Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Puisi

Pagi Ini

Pagi ini masih membayangkan pertemuan itu... Pertemuan dimana sebuah kata rindu bertemu satu....... kau dan aku hanyalah untaian biru Diantara sekian embun yang berada di dedaunan itu Sadarkah kamu?

MALAM DI SEBUAH JALAN

Kali ini, tak hanya puisi yg bercerita tentang dirimu.... Semalam, di jalan itu... jalan yang 18 tahun lalu pertama kita bertemu, menghidangkan kembali dirimu yang sayu.... Aku, hanya bisa memandang deretan kata yang tersusun darimu melalui android miniku... Semalam dijalan itu... jalan pertama kali kita bertemu... dalam balutan seragam putih abu-abu... Masih ingatkah kamu...

Karena Cinta Memang Begitu

Tadi, sekilas melihat wajahmu di ruangan itu... Dan matamu yang indah itu, sedikit beberbenturan dengan hatiku Bagaimana perasaanmu ketika itu? Oh ya, kemarinpun aku berusaha mengintip wajahmu Maafkan aku, karena cinta memang begitu

Semenjak Bertemu Denganmu

Tahukah kau... semenjak bertemu denganmu, aku hanya termangu menatap gambar diriku Tiba-tiba aku merasa ragu untuk kembali menemuimu di balik rerumputan itu... Satu atau bahkan dua minggu yang lalu, aku merasa rindu... namun rasaku menenggelamkan semua itu.. haru...

KASIH TAK SAMPAI

Masih menatap sedikit guratan awan di langit sana Sekilas, tampak membentuk seperti gambar wajahmu ah kamu...... sudah berapa lama singgah di beranda hatiku?

Sedikit Bertanya

Sedikit bertanya padamu, "Adakah semerbak cinta menghantuimu?" Sedikit bertanya padamu, "Apakah semerbak cintaku memabukkanmu?" Sedikit bertanya padamu, "Apakah segumpal rindu masih menganga dalam hatimu?" Sedikit bertanya padamu, "Apakah kebencianmu masih bersemayam dalam sukmamu?" Sedikit bertanya padamu......... Ah, maafkan aku sedikit-sedikit bertanya padamu karena cintaku, memang sedikit untukmu

Antara Kau, Aku dan Beras

Marilah kita membeli beras di trotoar-trotoar itu selagi murah selagi lumrah Marilah kita membeli beras di trotoar-trotoar itu selagi ada selagi bisa Marilah kita membeli beras di trotoar-trotoar itu selagi asyik selagi plastik Terakhir, marilah kita menjual harga diri ini selagi sepi selagi ada pembeli sejenak, lupakanlah berdikari Karena berdikari hanyalah milik para pemimpi Kau Aku Kita Hanyalah cerminan semata Selamat datang dusta

BAIT MALAM

Malam kembali menancapkan kaki-kakinya Sementara itu.... rembulan muda pun mulai menggoda dengan sedikit senyumnya Ah dia, Kenapa tak muncul dari balik jendela

Kau

Kau tahu, ada sedikit rindu yang membebani pikiranku... kau? Entahlah... Sekarang, aku hanya bisa menatap angsa-angsa itu dari kejauhan Angsa-angsa yang biasa kita beri makan setiap sorenya kala itu kelu

Gerimis

Malam berdiri tegak menjunjung langit Keangkuhannya ...... membelah congkak di hatiku Tiba-tiba gerimis membuyarkan semua itu Ah, kamu.....

Kau tahu......

Kau tahu.... dalam gelap ini aku masih mengingat wajahmu Kau tahu... dalam sunyi ini aku masih mengenang janjimu Kau tahu... dalam sakit ini aku masih menulis namamu Kau tahu... dalam cinta ini, aku tak lagi dapat membencimu walau.... aku sudah tak lagi menginginkanmu... Kejam!

AKU BERHARAP TAK ADA HUJAN DI SORE INI

Aku berharap tak ada hujan di sore ini. Karena pucuk-pucuk benci ini akan aku biarkan membumbung tinggi sampai ke langit sana... Sungguh, aku berharap tak ada hujan di sore ini. Karena hanya dia yang akan menjungkalkanku pada dekap-dekap kepedihan yang semakin menghitam... Lebam... Aku berharap tak ada hujan sore ini. Karena pucuk-pucuk rindu mulai hadir membelah waktu. Bosan! Sungguh bosan dengan kata yang satu itu. Rindu? Ya rindu... Karena dialah yang menjadikanku berayun ayu pada titik-titik kebencian... Aku berharap tak ada hujan di sore ini... Bagaimana dengan kamu?

Apa Kabar Waktu?

Apa kabar waktu? Terima kasih masih menyempatkan bersua denganku. Sekian lama aku bercumbu denganmu, kuharap engkau tahu betapa manisnya aku. Kemarin dan sekarang hanyalah kamu. Pun demikian besok.... Aku berharap masih bersanding denganmu ditemani langit-langit rumah yang mulai membiru. Apa kabar waktu? Aku bersyukur masih melihat wajahmu. Tatih-tatih langkahku masih tegap mengarah ke jiwamu. Oh rasa.... Begitu warna langit teramat indah ketika bercanda denganmu. Apa kabar waktu? Semoga sisa-sisa rindu ini berakhir dengan manis di pojok sungai itu. Sungai yang didalamnya mengalir air-air putih. Ditemani bidadari-bidadari yang masih perawan itu. Oh... apa kabar waktu? Marilah kita bercinta disela rindu itu.... Syahdu....

WANITA MALAM DAN LELAKI-LELAKI HILANG YANG TERJUNGKAL DALAM PERADUAN

Guratan malam masih berjajar di trotoar cinta Satu persatu, wanita-wanita penjaja kenikmatan mulai terlelap dalam rencana selanjutnya Tak ada keangkuhan, tak ada kesombongan Mereka hanya berharap agar pagi tak memberi sedikit mimpi agar pagi tak sekadar pagi Begitulah mereka, senantiasa mengharap pagi Setelah malam-malam keangkuhan mereka harus tersenyum pada lelaki-lelaki riang Lelaki-lelaki hilang yang terjungkal dalam peraduan Mungkin menjemukan Tapi apalah arti menjemukan bila dibanding dengan rencana siang bukankah setiap insan perlu santapan Ah, dimanakah kau iman?

Aku, kau, dan kegilaanku

Aku masih memandang malam. Bagaimana dengan engkau duhai perempuanku? Adakah engkau sama denganku? Satu demi satu bintang mulai mengasingkan diri. Sementara mataku masih tajam menatap awan buritan. Ah, dimana kata-kataku gerangan. Sedangkan bibir ini semakin berpagutan. Liar! Sorak sorai kelelawar makin mengantarku pada kesunyian. Ah, ramai kan? Bukan! Itu hanya khayalan yang bertengger dalam jagat kegilaanku. Biar!

Rindu#2

Kasih, sudah sampai dimanakah engkau Sedangkan gemuruh jiwa mengamuk perlahan Rindu itu kini menjadi beban Adakah itu kau rasakan?

Rindu#1

Rindu bukanlah catatan kaki ia adalah lampiran yang dibalikkan di - depan Sudahkah engkau merasa rentan?

Seperti halnya kemarin

Seperti halnya kemarin, malam ini aku masih menunggu janjimu Janji adalah pelepasan jiwa Ia tersandar pada kukusan waktu Adakah kau tahu itu? Seperti halnya kemarin, Malam ini aku masih menghitung sisa-sisa rindu yang semakin menghujung dalam pekatnya nafas dalam bekunya swarga Seperti halnya kemarin, Rangkaian-rangkaian ucap masih kusimpan rapi dalam almari hati Sakitkah ini?

RISALAH RINDU

Seperti halnya malam-malam yang tlah lalu Aku hanya bisa memandangimu dari tumpukan rindu yang semakin bertalu Entah sampai kapan aku pun tak tahu Hanya sedikit asa membuatku bertahan dari semua itu Rindu yang menggebu, Cinta yang membelenggu, hanyalah bagian dari benalu kaku yang membujur lurus seperti garis-garis cakrawala di sore ini Ah sudahlah.... Lebih baik aku bernyanyi bersama manyar-manyar yang mulai menghilang tanpa bekas, tanpa sisa hampa......