Skip to main content

Posts

SUDAHKAH KITA BERTUHAN ?

Pagi itu, seperti biasa sebelum berangkat kerja, saya memanjakan si Jengki ( Yamaha RS 100 tercinta :) ) dengan sentuhan-sentuhan ( ehemmm) lap kecil biar makin kinclong . Ya maklumlah, sebagai orang gantheng maka saya diharuskan menjaga kondisi tunggangan saya agar enak dipandang mata. Kata orang londo sana, eye cathing, yang artinya "nangkep mata."  :P Sentuhan demi sentuhan berjalan dengan lancar. Eits lagi asyik-asyiknya ngusap si Jengki, tetangga sebelah rumah datang menghampiri saya. Pak Sapun nama orang itu. Orang-orang di kampung ini biasa memanggilnya dengan nama Kang Sapun. Saya taksir (cewek kaleee ) usia kang Sapun dikisaran 60 an. Orangnya ramah, gemrapyak , dan apa adanya. Rumahnya tepat di sebelah utara rumahku, sama-sama menghadap ke arah matahari terbenam :). Saya biasa memanggil Ramane kepada Kang Sapun. Ya maklumlah, usia kami kan lumayan jauh berbeda. Saya kan masih swit sewen tin . Wkwkwkwk. "Wis meling mas!" ( sudah bersih mengkilap mas,red)

TAK SEMAHAL YANG SAYA DUGA

Sudah menjadi kemafhuman, setiap kekasih pasti ingin membahagiakan kekasihnya, iya to ? He he. Saya yakin, Anda pasti setuju dengan apa yang saya katakan tadi. Kalau tidak juga tidak apa-apa, toh masih banyak rumput hijau dilahan sana (apa hubungannya?). Begini kisahnya, ini berhubungan dengan liburan, lho kok ? Iya liburan. Liburan adalah "sesuatu" yang ditunggu oleh masing-masing orang, tak terkecuali pasangan ataupun keluarga. Karena dengan liburan, dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan kejenuhan. Apalagi bagi pasangan yang bekerja, pastilah liburan adalah salah satu agenda yang tidak boleh dilewatkan begitu saja. Kalau kita menonton ataupun membaca di berbagai media, ketika libur tiba maka banyak sekali manusia yang berbondong-bondong datang ke tempat hiburan (Diskotek kaleee). Maksud saya tentu saja obyek wisata, baik wisata alam maupun wisata-wisata hiburan lainnya. Tujuannya satu, menikmati liburan. He he he. Mengeluarkan banyak duit ? Bisa jadi. Mahal ? bisa jadi

Ternyata Sampeyan .....................

Seperti biasa, Ahad atawa Minggu adalah hari yang senantiasa saya tunggu, kenapa eh kenapa ? Karena eh karena (Kaya Lagunya Wa Haji Rhoma saja... wkwkwk), karena bisa merefresh otak, walau sehari, tapi sangat berarti (sok sibuk). Dan seperti biasa, bersih-bersih rumah, memasak (hobby soalnya... he he), dan utak atik si Jengki, motor RS 100 kesayanganku. Eits, tak lupa, bersantai dengan si bidadari tentunya, adalah aktivitas rutin di setiap Ahad. Ada yang spesial di Ahad kemarin. Ceritanya si bidadari kan beli lemari, maklumlah lemari yang lama udah mulai bubuken. Bubuken itu bahasa Jerman, artinya ya kurang lebih, mulai merapuh. Wkwkwkwk. Nah, jam dua an tuh lemari tiba juga di rumah, tentu saja dikirim sama sang juragannya bersama isterinya yang cantik itu. "Aslinya orang mana mas ?", tanya bapak yang juga sekaligus pengusaha mebelair tersebut. "Jatilawang Pak." "Jatilawangnya mana ?" Bapak itu bertanya sekali lagi. " Perbatasan Purwojati pak".

JANGAN DIBIKIN RIBET DECH

Met pagi, eh met pagiiiiii banget brada and sista. Gue harap sih lo semua lagi pada insomnia alias tidak bisa tidur. Hahaha. Mau nonton tivi, eh acaranya jelek-jelek, mau dengerin radio, eh penyiarnya udah pada molor ( yg ada cuman iklan melulu ). Akhirnya lo browsing internet sambil ngemil nasi goreng sama krupuk udang, eit tahu-tahu ada artikel keren, judulnya : JANGAN DIBIKIN RIBET DECH. Hahahaa. Jangan dibikin ribet dech. Kalimat yang sederhana itu sering terucap dari bibir siapa saja, baik bibir seksi maupun bibir yang dower sekalipun. Serius ! Kalau tak percaya, lo boleh tanya dech pada ikan di empang sebelah. Hah ? Mari kita lanjutkan empangnya, eh, anunya, artikelnya maksudnya. Pernah gak sih lo punya masalah yang berat ? keinjak gajah misalnya, halah ! Pastinya sebagai manusia yang kompleks ( perumahan kaleee) lo lo pada, termasuk gue lah, tentunya pernah ngalamin masa-masa sulit yang menurut kita, itu menjadi masalah besar and tentunya berat untuk kita hadapi. Contohnya

Sudah jatuh, tertimpa cinta....

Upz, pagi tlah tiba... pagi tlah tiba... Hatiku sengsara !!  :P Nyanyian itu terdengar merdu, walau dari balik gardu yang tak berpenjaga itu. Hmmm, siapa sih yang tak suka pagi ? Mungkin hanya para jomblo yang masih mempersulit bertemu pagi (mikir). Bukan kenapa, karena aku pernah merasakannya. Bangun pagi, sholat shubuh, kerja, kerja, kerja. Sehabis kerja paling hanya nonton tivi atau nongkrong digardu itu bersama "kesebelasan" jomblowan (gubrak). Begituuuu tiap hari, sampai-sampai jadwalku dihafal betul oleh ibu-ibu yang suka ngerumpi di warung pojok rumah temanku (maklum artis). Keadaan berubah ketika tiba-tiba aku terjatuh dari langit kesepian menuju langit kebahagiaan(apa pula ini). Seiring berjalannya pak pos, eh waktu akhirnya aku bisa jatuh cinta juga (sok bangedz). Ya namanya juga cinta, dia kan datang tak diundang dan pulangpun tak diantar, seperti pantun lama, dari mana datangnya lintah, dari sawah turun ke kali, disitulah lintahnya mandi. Wkwkwkwkwkk.... Oh ya sin

Pliss lah.... Pergi dari Hatiku (Essay Cinta)

Dewa Amor, mungkin kau kejam kali ini. Namun aku tidak bisa begitu saja mengumpatmu dari balik jendela hati ini. Bukankah aku yang menarik panahmu ? Hmmm, cinta memang sulit diterka, tapi ia datang bukan tanpa alasan (termangu). Sekali lagi, aku tidak menggerutu atau menjadikan Panah Sang Amor sebagai kambing hitamku, aku hanya bercerita disini, bercerita tentang sepotong cinta yang terlalu kuat untuk dilunakkan. Sepotong cinta yang seharusnya telah berlalu, namun belum berkesudahan. Menyebalkan memang. Tapi ... bukankah musafir harus berjalan menuju tujuannya ? Masih dalam potongan-potongan kisah itu. Ketika kapal sudah tertambat di dermaga, maka tak mungkin ia akan pergi kemana. Namun, bukankah tsunami bisa saja merubah takdir tambatan itu ? Hmmm.... sekali lagi, menyebalkan ! Khawatir ? tidak ! sekali lagi kukatakan, Tidak ! Aku tidak perlu khawatir akan "kecurangan-kecurangan" cinta. Karena jiwaku sudah terpaut dalam... dalam... sangat dalam... Disana, dirongga hati sang

Banyak Orang Miskin di Indonesia ? Kata Siapa ?

Kata siapa orang Indonesia miskin ? Tiap tahun mall-mall megah dibangun, toh banyak orang yang belanja disana, atau sekedar cuci mata kesana Bukankah cuci mata kesana juga butuh biaya ? Kata siapa orang Indonesia miskin ? Tiap tahun mobil-mobil dengan harga yang fantastis selalu saja meningkat penjualannya, Bahkan mobil-mobil yang "katanya" harganya milyaranpun banyak bertebaran di jalan-jalan aspal yang bergelombang Aneh bukan ? Lalu, kata siapa kalau orang Indonesia miskin ? Properti yang harganya mulai puluhan sampai ratusan jutapun banyak yang memiliki bahkan milyaranpun sanggup dibeli ? Kata siapa orang Indonesia miskin ? Disini, dikampungku yang rumahnya masih terbuat dari bambu, bahkan lantainyapun masih berdebu setiap pagi ada dering telepon berbunyi dan penyanyi menari di televisi Bajupun setiap hari berganti Hmmm... Lalu sebenarnya siapa yang miskin ? #Ditulis dalam rangka menenangkan dan menyenangkan diri sendiri selaku rakyat biasa yang sering terbebani dan terboh

UZUR TAPI MANJUR

Wah kangen rasanya saya menulis di blog ini. Alhamdulillah kesampaian juga untuk kembali menuliskan sesuatu yang semoga bermanfaat untuk sobat blogger semua. Pada mulanya saya ingin menulis pada awal Ramadhan tahun ini. Tapi saya diberi hadiah spesial oleh Allah SWT berupa operasi usus buntu pada hari ke-5 Ramadhan lalu. Kebetulan (mungkin kata ini lebih enak, he he) usus buntu saya sudah pecah. Alhasil operasi yang saya lakukan seperti operasi caesar, dan harus rest total sampai kondisi saya membaik sebagaimana semula. Disamping itu saya disarankan untuk tidak mengangkat barang/sesuatu yang tergolong berat agar kondisi usus yang habis dioperasi tidak berakibat fatal bagi tubuh saya. Karena kondisi kesehatan itulah, pulang dan berangkat kerja saya putuskan untuk naik angkutan umum. Tiga kali naik angkutan, angkutan pedesaan (maklum wong ndeso), Bus, dan angkutan desa lagi alias trayek. Sebenarnya itu bukan pengalaman baru buat saya, lah wong dari SMA sampai saya kuliah sudah terbiasa n

Mengapa Malu Pakai "Baju" Indonesia ?

Wah lama juga saya tidak memposting di blog tercinta ini. Pekerjaan dan "impian" yang membuat saya belum bisa memposting di blog ini. Pekerjan, ya pekerjaan, maklumlah sebagai petugas pendataan Data Pokok Pendidikan (DAPODIK) Sekolah, menjelang pergantian Tahun Pelajaran Baru harus sesegera mungkin meng up date data-data yang ada. hehee... Dan "impian", saya sebut impian karena sudah lama sekali mimpi-mimpi saya ini ingin segera terealisasi dalam kehidupan nyata. Wahh cetar banged kayaknya... hehee. Salah satunya adalah membuat Novel, alhamdulillah  hari ini mulai ditulis... heheee... Selain pekerjaan dan impian, ada juga beberapa tulisan yang belum saya selesaikan (bagi yang merasa, mohon maaf yahhh... hihihihi). Sengaja saya tulis judul : Mengapa Malu Pakai "Baju" Indonesia ?, karena keprihatinan saya kepada anak-anak muda di Negeri ini yang seakan-akan "lupa" dan "malu" pada budaya sendiri. Sebagai contoh, betapa anak-anak muda neger

Catatan Lorong Hati ( Teruntuk Anak Indonesia )

Lelaki tua itu masih memegangi lembaran kertas yang ada ditangannya. Sungguh, ia pantas dipanggil "kakek", daripada dipanggil "bapak". Perlahan.... keluarlah butiran - butiran air bening dari matanya.... Tangannya yang keriput masih saja bergetar memegang lembaran kertas itu.... yaaa....  kertas.... yang disitu tercantum  angka yang menunjukkan nama seorang perempuan... Perempuan yang tak asing baginya, perempuan yang senantiasa menghiburnya dikala ia sedih... Perempuan yang senantiasa memberikan senyuman dikala ia susah.... Masih segar betul dalam ingatanya, ketika musim hujan kemarin... Waktu itu hujan turun dengan derasnya. Badannya yang renta mulai merasakan rasa aneh, rasa yang sudah biasa ia rasakan.... Aneh ?? Yaa karena ia menganggap aneh pada dirinya sendiri... " Kenapa orang setua aku bisa terjatuh sakit, padahal aku harus menanggung isteriku, anak-anakku... Bukankah Tuhan tahu itu ??? Tuhan benar-benar aneh.. Kenapa ia memberikanku sakit ???" Te

wONG gEMBLUNG ( CRAZY PEOPLE )

Lelaki itu bernama Kasuko... Tubuhnya tegap, kekar... Tidak lebih tinggi dari orang yang berperawakan tinggi, tidak lebih pendek dari orang yang berperawakan pendek... Kulitnya sawo matang, tapi jika dilihat sekilas, cenderung menuju ke warna hitam... Rambutnya kusam, sekusam harapannya yang kian padam... Giginya putih kekuning-kuningan... Hidungnya mancung seperti halnya Petruk, tokoh punakawan dalam cerita wayang... Hanya saja, yang ia bawa bukan pethel... Tapi bilah panjang yang mulai mengering... dan seutas tali rafia yang menjungkal dari balik saku celananya.... Suaranya keras menggelegar... Sesekali, ingus keluar dari hidungnya yang masam... Pekerjaannya adalah menghitung setiap jengkal tanah yang ia lalui.... Bersiul adalah kegemarannya.... Namun yang paling aku sukai dari dia adalah ketika ia bergumam.... Tak jelas tapi aku suka... Orang-orang memanggil dia si gila.... Tapi aku pikir, dia bukan orang gila.... Masih kuingat jelas ketika dia menghiba pada tetangga sebelah untuk m