Skip to main content

Mengapa Malu Pakai "Baju" Indonesia ?

Wah lama juga saya tidak memposting di blog tercinta ini. Pekerjaan dan "impian" yang membuat saya belum bisa memposting di blog ini. Pekerjan, ya pekerjaan, maklumlah sebagai petugas pendataan Data Pokok Pendidikan (DAPODIK) Sekolah, menjelang pergantian Tahun Pelajaran Baru harus sesegera mungkin meng up date data-data yang ada. hehee... Dan "impian", saya sebut impian karena sudah lama sekali mimpi-mimpi saya ini ingin segera terealisasi dalam kehidupan nyata. Wahh cetar banged kayaknya... hehee.

Salah satunya adalah membuat Novel, alhamdulillah  hari ini mulai ditulis... heheee...

Selain pekerjaan dan impian, ada juga beberapa tulisan yang belum saya selesaikan (bagi yang merasa, mohon maaf yahhh... hihihihi).

Sengaja saya tulis judul : Mengapa Malu Pakai "Baju" Indonesia ?, karena keprihatinan saya kepada anak-anak muda di Negeri ini yang seakan-akan "lupa" dan "malu" pada budaya sendiri. Sebagai contoh, betapa anak-anak muda negeri ini justeru sangat menggemari tarian Gangnam Style dibandingkan dengan tarian-tarian tradisonal Indonesia yang justeru menurut saya kaya akan variasi gerakan dan filosofinya.. ceileehhhh... filosofi... hihihi.

Coba kita bayangkan, satu jenis tari yang bernama GANGNAM STYLE ternyata mampu "melupakan" ratusan atau bahkan mungkin ribuan tari tradisional yang ada di Indonesia. Pertanyaannya, mengapa itu bisa terjadi ? Saya tidak berhak dan tidak pantas menjudge apa yang dilakukan anak-anak muda yang gemar GANGNAM. Saya hanya ingin berbagi pendapat, itu saja.

Reminder ? entahlah. Yang jelas, dari dulu kita adalah bangsa yang mudah menerima kebudayaan dari luar. Lihatlah betapa mudah Budaya Hindu, Buddha, dan Islam menjamur di tanah ini. Tentu saja karena ada faktor toleransi dan keterbukaan dari nenek moyang kita. Tapi bukan berarti nenek moyang bangsa kita menerima begitu saja kebudayaan-kebudayaan yang datang dari luar. terbukti masih ada upacara-upacara tradisonal kuno dan penginggalan benda-benda kuno sebelum peradaban Hindhu datang, masih ada sampai sekarang. Ini berarti bahwa bangsa ini adalah bangsa yang menerima hal-hal baru, tanpa meninggalkan hal-hal atau kebiasaan lama yang masih dianggap pantas untuk tetap dijaga dan dilestarikan.

Kembali ke Gangnam, jika Korea mampu menghipnotis kita, kenapa kita yang memiliki keanekaragaman tarian yang lebih banyak dari mereka  tidak bisa menghipnotis mereka ? :)

Bagi yang optimis pasti mengatakan "BISA" !!! Toh kita dikenal sebagai bangsa yang terbuka dan ramah. Dengan sifat bangsa yang demikian, pastilah kita bisa mensejajarkan tarian-tarian tradisonal kita dengan tarian Gangnam. Dan yang lebih penting, adalah penanaman moral, bahwa bangsa kita bukanlah bangsa pengekor, tapi bangsa yang punya identitas.

Saya tidak tahu apakah ini adalah "hasil" dari "penjajahan" yang lama. Sehingga kita menjadi bangsa yang seperti ini ? Ahh... mungkin saya dan anak-anak muda bangsa ini yang kurang memahami tentang bangsa ini. Dan tulisan-tulisan di buku Sejarahpun mungkin harus ada yang diubah. Bahwa kita bukanlah bangsa yang dijajah, tetapi kita adalah bangsa "KSATRIA". Ksatria yang berjuang melawan orang-orang jahat yang mencoba merebut kemakmuran dan kejayaan negeri ini.

Selamat sore Indonesia :)











Popular posts from this blog

Dream of My Heart

Duhai dewiku yang lembut.... Dengarlah sapaan hatiku.... Masuklah engkau ke tungku asmaraku.... kan kubakar engkau dengan senyum cintaku...... ... ahhh..... Matamu yang sayu, bibirmu yang lembut mengguncang rinduku.... Hoooaaammmhhh……. Aku terbangun dari mimpiku.... Banyumas, 22 Agustus 2011 Dacho Darsono

MENANGGAPI MARAKNYA MINI MARKET

Kurang lebih 10 tahun yang lalu, saya bersama salah satu rekan kerja saya yang berprofesi sebagai guru membicarakan perihal peluang usaha yang sebenarnya masih terbentang luas di negeri ini. Berhubung kami tinggal di kampung, maka kamipun membicarakan peluang-peluang usaha yang bisa kami jalankan di kampung. Nah, waktu itu belum banyak mini market-mini market seperti saat ini. Kemudian timbul ide, kenapa tidak mendirikan mini market saja, bahkan kalau bisa super market? Apa bisa? Lha wong namanya juga ide... Maka dalam ide kami itupun tentu saja sangat bisa untuk mendirikan mini market. Pokok permasalahan awalnya adalah pada dana. Dari mana dananya? Nah lho.... Marilah kita berhitung dengan cara yang bodoh saja.... Hehehe... Misalkan dalam satu kampung ada 3.000 WARGA... lalu setiap warga "urunan" 1.000 rupiah saja, sudah berapa dana yang didapat? 3.000 x 1.000 = 3.000.000 TIGA JUTA RUPIAH Itu baru "urunan" seribuan ... Bagaimana jika 10.000? Tingal kalikan saja...

Supplier Marmer Berkualitas di Indonesia

Mempunyai tempat tinggal dan hunian mewah tentu menjadi idaman setiap orang, selain indah untuk dilihat juga terasa nyaman untuk ditinggali. mempercantik sebuah hunian banyak cara dilakukan oleh setiap orang. agar terlihat wah, biasanya digunakan beragam pernak pernik untuk menghias, seperti batu, keramik, bahkan marmer. Bicara mengenai Marmer, di Indonesia ada sebuah perusahaan bernama Fagetti yang merupakan perusahaan supplier marmer berkualitas yang sudah malang melintang diberbagai proyek besar di banyak kota di Indonesia. Supplier Marmer Berkualitas di Indonesia Sekilas Mengenai Fagetti Didirikan oleh Ferdinand Gumanti, satu-satunya orang di Asia yang menerima gelar "Master of Art Stone" oleh Antica Libera Corporazione Dell'Arte Della Pietra yang bergengsi di Italia, komitmen Fagetti adalah untuk memberikan yang terbaik kepada pelanggan, menyediakan peralatan dengan kualitas terbaik , manufaktur, bahan dan layanan batu. Di pabrik dan gudang seluas 23 hektar di Cibit