Skip to main content

Belajar jujur yuuk....

“Kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana.” Hayo masih ingat tidak dengan kalimat itu ? Bagi kalian yang hidup di zaman ’90 an dan hobi banget dengan dunia Pramuka, pasti sering membaca, minimal melihat kalimat seperti itu. Yupz, kalimat tersebut ada dalam buku saku pramuka (coba dech cek kalau masih ada bukunya. Buku bersejarah tuch gan... hikz). Ternyata eh ternyata dizaman serba canggih dan ruwet saat ini, menerapkan kejujuran terkadang serba salah, bahkan makan ati, begitu kata mpok Ati, eh salah... Kataku dhing. Mungkin agan-agan juga ngalamin hal seperti itu. Entah itu di rumah, di kantor, di sekolah, atau bahkan di lingkungan agan sendiri. Hmmmm...

Saya nulis ini bukan berarti saya orang yang selalu jujur, saya nulis ini karena tiba-tiba saja saya teringat dengan almarhum ayah saya yang wafat pada Ramadhan 1 tahun kemarin. Nah lo.. kok BISA ? Yaaa... Karena Beliau adalah orang yang pertama kali mengajarkan kejujuran, bukan dari kata-kata saja, tapi dari tindakan Beliau. Itulah alasan saya menulis ini, saya kangen Beliau ;)

Suatu malam, ketika Beliau masih hidup tentunya. Oh ya sebelum saya lanjutkan tulisan ini, dengan bangga dan tanpa malu saya beritahukan kepada agan-agan bahwa pekerjaan ayah saya adalah kernet, kadang-kadang menjadi kondektur (setelah berhenti, usaha sendiri membuat dan menjual batu bata). Saya lanjutkan cerita ini. Malam itu kami sekeluarga berkumpul, saya, ayah, ibu, nenek, kakek, adik-adik saya dan beberapa tetangga yang notabene masih saudara sedang bersantai. Ayah saya bilang bahwa ada salah satu kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang yang bekerja di Perusahaan Oto (PO) Bus adalah menyembunyikan uang bayaran penumpang di sepatu atau dilipatan celana. Ini dilakukan tentu saja agar tidak disetorkan ke pemilik bus. Dengan demikian penghasilan oknum tersebut menjadi “berganda”. Satu dari bayaran hasil setoran, dan yang satunya lagi dari uang yang disembunyikan tadi. Tiba-tiba ada yang nyeletuk, “Kok kamu tidak melakukan itu  ? Lumayan kan hasilnya”. Tanyanya ke ayahku. Lantas ayahku bilang, “Untuk apa aku melakukannya. Duit sepira-pira ya kurang ( sebanyak-banyaknya uang, tetap saja Kurang). Lagi pula aku bekerja untuk menghidupi keluargaku. Aku moh (tidak mau) melakukannya. Karena ini dimakan oleh isteri dan anak-anakku.”

HEBAT !!! Batinku waktu itu. Dan memang betul, sepengetahuanku sampai aku selesai kuliah, bahkan sampai Beliau berhenti bekerja, Beliau memang tidak pernah melakukan tindakan tidak terpuji seperti itu. Bahkan saking jujurnya, aku tidak diterima di salah satu sekolah negeri di Purwokerto. Hah, kok bisa ? ya, setamat SMP Beliau menyuruhku untuk mendaftar sendiri, bukan berarti Beliau tidak bertanggungjawab. Beliau berkata agar aku bisa mandiri. Apalagi nilai EBTANAS ku lumayan tinggi, 45 bro ! berarti rata-rata 7,5. Lumayan kan ? Lalu Beliau bilang, “Aku tidak akan titip pada salah satu orang di sekolah itu. Jika memang nilaimu bisa diterima, maka kamu diterima no. Jika tidak, ya sudah, aku tidak mau memakai model titipan.” Yang dimaksud titip adalah memasukanku ke sekolah itu dengan perantaraan orang dalam di sekolah tersebut. Bahasa kerennya ya KOLUSI or NEPOTISME... hehe. Akhirnya, tidak diterima. Padahal ada yang nilainya di bawah nilaiku bisa diterima. Kenapa ? karena titip. Sialan !

Dari peristiwa tidak diterima di sekolah itu, saya jadi belajar tentang banyak hal. Dari situlah juga, jujur, saya jadi benci dengan dunia pendidikan dan tetek bengek yang menyangkut dengan itu di negeri ini. (tentu saja berhubungan dengan hal yang gak bener). Emang banyak yang gak bener dalam dunia pendidikan di negeri ini ? Eng ing ooong....

Ternyata tidak mudah kan berbuat jujur ? Walaupun kita tahu, apa resiko bagi orang-orang yang tidak jujur. Semoga Tuhan melahirkan pejuang-pejuang kejujuran di negeri ini.



Thankyou pa....

Teruntuk almarhum ayahandaku tercinta : Ayahanda  Darmo Suwito Darsim bin Kartareja :

TERIMA KASIH PA TELAH MENGAJARKANKU KEJUJURAN. MOHON MAAF ANAKMU INI BELUM MAMPU MENERAPKANNYA SECARA SEMPURNA. SEMOGA ALLAH SWT MEMBERIKAN AMPUNAN DAN DIMASUKAN KE SURGA INDAHNYA. AMIIN.....



Catatan kecil ini saya tulis di Wlahar Wetan pada 23 Mei 2013

Pas malem Jumat.

Popular posts from this blog

Dream of My Heart

Duhai dewiku yang lembut.... Dengarlah sapaan hatiku.... Masuklah engkau ke tungku asmaraku.... kan kubakar engkau dengan senyum cintaku...... ... ahhh..... Matamu yang sayu, bibirmu yang lembut mengguncang rinduku.... Hoooaaammmhhh……. Aku terbangun dari mimpiku.... Banyumas, 22 Agustus 2011 Dacho Darsono

MENANGGAPI MARAKNYA MINI MARKET

Kurang lebih 10 tahun yang lalu, saya bersama salah satu rekan kerja saya yang berprofesi sebagai guru membicarakan perihal peluang usaha yang sebenarnya masih terbentang luas di negeri ini. Berhubung kami tinggal di kampung, maka kamipun membicarakan peluang-peluang usaha yang bisa kami jalankan di kampung. Nah, waktu itu belum banyak mini market-mini market seperti saat ini. Kemudian timbul ide, kenapa tidak mendirikan mini market saja, bahkan kalau bisa super market? Apa bisa? Lha wong namanya juga ide... Maka dalam ide kami itupun tentu saja sangat bisa untuk mendirikan mini market. Pokok permasalahan awalnya adalah pada dana. Dari mana dananya? Nah lho.... Marilah kita berhitung dengan cara yang bodoh saja.... Hehehe... Misalkan dalam satu kampung ada 3.000 WARGA... lalu setiap warga "urunan" 1.000 rupiah saja, sudah berapa dana yang didapat? 3.000 x 1.000 = 3.000.000 TIGA JUTA RUPIAH Itu baru "urunan" seribuan ... Bagaimana jika 10.000? Tingal kalikan saja...

Supplier Marmer Berkualitas di Indonesia

Mempunyai tempat tinggal dan hunian mewah tentu menjadi idaman setiap orang, selain indah untuk dilihat juga terasa nyaman untuk ditinggali. mempercantik sebuah hunian banyak cara dilakukan oleh setiap orang. agar terlihat wah, biasanya digunakan beragam pernak pernik untuk menghias, seperti batu, keramik, bahkan marmer. Bicara mengenai Marmer, di Indonesia ada sebuah perusahaan bernama Fagetti yang merupakan perusahaan supplier marmer berkualitas yang sudah malang melintang diberbagai proyek besar di banyak kota di Indonesia. Supplier Marmer Berkualitas di Indonesia Sekilas Mengenai Fagetti Didirikan oleh Ferdinand Gumanti, satu-satunya orang di Asia yang menerima gelar "Master of Art Stone" oleh Antica Libera Corporazione Dell'Arte Della Pietra yang bergengsi di Italia, komitmen Fagetti adalah untuk memberikan yang terbaik kepada pelanggan, menyediakan peralatan dengan kualitas terbaik , manufaktur, bahan dan layanan batu. Di pabrik dan gudang seluas 23 hektar di Cibit