Skip to main content

PADA SUATU MALAM DI HUTAN SUATU PULAU

"Syarif, terserah kau sekarang! Yang jelas, aku bukanlah lelaki pengecut yang menembak seseorang tanpa senjata. Aku adalah lelaki yang memiliki harga diri. Dan perjuangankupun ini adalah dalam rangka menegakkan harga diri kami selaku muslim yang selama ini teraniaya. Syarif, aku memang saudaramu. Dan tidak sepantasnyalah kita saling berhadapan seperti ini. Tapi inilah jalan hidupku. Aku tak mungkin mengikutimu, pun sebaliknya. Syarif, aku berharap, diakhirat nanti kita berbagi kebahagiaan bersama. Sama seperti dua puluh tahun yang lalu. Masih ingatkah kau Syarif?"

Aku hanya terpaku mendengar perkataan sahabat baikku itu. Dua puluh tahun yang lalu..... Dua puluh tahun yang terasa singkat bagi kami. Aku masih ingat kala terakhir bertemu dengan sahabatku ini. Pagi itu, dengan dihantarkan kedua orang tuaku, aku berpamitan pada guru kami tercinta, almarhum romo kyai Muslim. Di kediaman Beliaulah terakhir aku bertemu dengan Rusmin, sahabatku itu. Baru dua minggu ia menjadi khodam di kediaman romo kyai Muslim. Aku masih ingat kata-kata perpisahan yang aku ucapkan kepadanya.

"Rus, aku berharap suatu saat nanti kita bertemu dalam suasana yang menggembirakan."

Ia hanya mengangguk sembari memelukku erat. Kulihat ada air bening mengalir dalam matanya yang sendu itu. Dekapannya semakin mengguncang. Tak terasa tangis kamipun berhamburan laksana embun pagi yang membunuh sunyi.

Delapan tahun bersama di pesantren. Delapan tahun dalam bilik yang sama. Suka duka kami rasakan. Dan saat ini kami harus berpisah.

"Syarif! Cepat tembak kepalaku! Aku ingin syahid Syarif! Aku ingin Syahid! Cepat tembak kepalaku Syarif!!!"

Tiba-tiba aku terhenyak demi mendengar kata-kata sahabatku yang perkasa ini.

Kini, kami berhadapan lagi. Dia yang kukenal sebagai Abu Rozak, Imam Pasukan Mujahidin di pulau ini, ternyata adalah Rusmin.

Rusmin, sahabatku terkasih. Sahabat yang dulu merawatku ketika aku terkena busur panah ketika kami latihan dulu di pesantren. Sahabat yang pernah membelaku mati-matian ketika lurah pondok pesantrenku menuduhku sebagai pencuri pakaian di tempat kami nyantri. Sahabat yang pernah..... Ah, Rusmin...... apa yang harus aku lakukan padamu!

DORRR!!!

Tiba-tiba tubuhku terhuyung lemas. Serasa berat sekali kepalaku.... Dan tiba-tiba rasa dingin mulai menghampiriku. Ah, entah dari mana peluru ini bisa menembus dadaku.

"Syarif!  Syarif!......"

Popular posts from this blog

Dream of My Heart

Duhai dewiku yang lembut.... Dengarlah sapaan hatiku.... Masuklah engkau ke tungku asmaraku.... kan kubakar engkau dengan senyum cintaku...... ... ahhh..... Matamu yang sayu, bibirmu yang lembut mengguncang rinduku.... Hoooaaammmhhh……. Aku terbangun dari mimpiku.... Banyumas, 22 Agustus 2011 Dacho Darsono

MENANGGAPI MARAKNYA MINI MARKET

Kurang lebih 10 tahun yang lalu, saya bersama salah satu rekan kerja saya yang berprofesi sebagai guru membicarakan perihal peluang usaha yang sebenarnya masih terbentang luas di negeri ini. Berhubung kami tinggal di kampung, maka kamipun membicarakan peluang-peluang usaha yang bisa kami jalankan di kampung. Nah, waktu itu belum banyak mini market-mini market seperti saat ini. Kemudian timbul ide, kenapa tidak mendirikan mini market saja, bahkan kalau bisa super market? Apa bisa? Lha wong namanya juga ide... Maka dalam ide kami itupun tentu saja sangat bisa untuk mendirikan mini market. Pokok permasalahan awalnya adalah pada dana. Dari mana dananya? Nah lho.... Marilah kita berhitung dengan cara yang bodoh saja.... Hehehe... Misalkan dalam satu kampung ada 3.000 WARGA... lalu setiap warga "urunan" 1.000 rupiah saja, sudah berapa dana yang didapat? 3.000 x 1.000 = 3.000.000 TIGA JUTA RUPIAH Itu baru "urunan" seribuan ... Bagaimana jika 10.000? Tingal kalikan saja...

Supplier Marmer Berkualitas di Indonesia

Mempunyai tempat tinggal dan hunian mewah tentu menjadi idaman setiap orang, selain indah untuk dilihat juga terasa nyaman untuk ditinggali. mempercantik sebuah hunian banyak cara dilakukan oleh setiap orang. agar terlihat wah, biasanya digunakan beragam pernak pernik untuk menghias, seperti batu, keramik, bahkan marmer. Bicara mengenai Marmer, di Indonesia ada sebuah perusahaan bernama Fagetti yang merupakan perusahaan supplier marmer berkualitas yang sudah malang melintang diberbagai proyek besar di banyak kota di Indonesia. Supplier Marmer Berkualitas di Indonesia Sekilas Mengenai Fagetti Didirikan oleh Ferdinand Gumanti, satu-satunya orang di Asia yang menerima gelar "Master of Art Stone" oleh Antica Libera Corporazione Dell'Arte Della Pietra yang bergengsi di Italia, komitmen Fagetti adalah untuk memberikan yang terbaik kepada pelanggan, menyediakan peralatan dengan kualitas terbaik , manufaktur, bahan dan layanan batu. Di pabrik dan gudang seluas 23 hektar di Cibit