Skip to main content

KOMEDI PAGI

Tak seperti biasanya, jam tiga pagi kurang beberapa menit dan sepersekian detik gue harus bangun. Wah tumben pakai kata gue? Ya iyalah, ini kan musim mudik... Biasanya banyak kata gue dan elo yang tiba-tiba muncul di perkampungan "gue"  ;)
Al Kindi and me...

Lha itu, kok makai kata tak seperti biasanya, emangnya elo biasa bangun jam berapa sih kang? Hehehe... Biasanya ya jam segituan gue udah bangun. Gue makai kata tak seperti biasanya karena pagi itu gue sahurnya sendirian. Kenapa? *(sambil ter-Komar-Komar....) Karena isteri gue lagi cuti puasa, biasalah perempuan. Mbuehehe.......
Baiklah langsung ke TKP.....
Bagitu bangun langsung gue meluncur ke dapur mungil rumah kami. Langsung saja gue buka wadah nasi yang dulunya adalah kado pernikahan dari teman-teman kami :)... Dan... Alangkah terseok-seoknya hati gue. Ketika gue buka, ternyata ZOOONK! Ndak ada nasi mas bro! Walah.... Baru keingetan kalau malamnya isteri gue bilang kalau belum menanak nasi. Karena lagi agak sakit juga, akhirnya isteri gue minta tolong supaya malam itu juga gue harus menanak nasi. Wah, karena malamnya gue juga lumayan capek, maka gue putuskan untuk menanak nasi di pagi hari nanti saja menjelang sahur.
Wuihhh.... saking lelapnya kayaknya nih gue pas tidur, akhirnya gue bangun agak sedikit terlambat. Karena niatnya, gue mau menanak nasin jam dua pagi. Ah, sudah tua juga kelesss... Begitu bangun pagi, gue lupa kalau gue belum menanak nasi..... Hasilnya ya itu... ZOONK... Kagak ada nasi mas broh! Weka weka weka...............
Setelah menanak nasi di rice cooker, gue langsung menuju kamar mandi untuk berwudlu. Oh ya, di rumah mungil kami, air bersumber dari sumur bor. Karena sumur bornya lumayan dalem, kamipun menggunakan jet pam guna keperluan sehari-hari yang berhubungan dengan air. Tak terkecuali wudlu. Selesai berwudlu, ketika gue lagi di garasi rumah, tiba-tiba saja pet... MATI LAMPU.
Waduh, baru keingetan kalau daya listrik di rumah kami tidak kuat jika digunakan bersamaan untuk menanak nasi dan jetpam. Belum lemari es yang menyala 24 jam nonstop. Ditambah beberapa lampu yang senantiasa menyala di malam hari. Hadeuhhh... Sikring terputus. Pagi-pagi buta seperti ini, mana ada warung atau toko yang buka di kampung ini?
Akhirnya gue akalin tuh sikring.... Nyari-nyari kabel yang pas untuk ngegantiin serabut kabel pada sikring yang putus. Bingung yah? Gak usah bingung.... Wong gue biasa ngakalin sikring sewaktu muda dulu...  *sekarang udah tuaaaa.... hahaha...
Setelah mencari kesana kesini, akhirnya, gue nemuin kabel buat ngakalin tuh sikring. Dengan bersusah payah gue berhasil memasang salah satu serabut kabel itu pada sikring. And... saatnya beraksi...
Gue pasang tuh sikring dan ... JEGLEG........... Ternyata lampu masih mati. Gagal Bro! Hadeuuhh.........
Ya mau bagaimana lagi, akhirnya makan sahur berubah menu. Tanpa nasi! Untunglah ada bingkisan parcel lebaran dari tempat kerja gue. Nah, ada roti.... Lumayanlah untuk sahur. Roti plus teh manis :)
Untungnya lagi, gue punya lampu darurat... itu tuh, lampu yang pakai baterai. Dengan ditemani lampu itu, gue makan sahur, eh minum dan nyenack sahur... hahaha.... Kegembiraanpun bertambah manakala anak gue, Al Kindi yang baru berusia 10 bulan terbangun dan ikutan sahur..... Jadi dech dua orang ganteng rebutan roti parcel.... Maklumlah, si Al Kindi lagi seneng-senengnya sama si roti........Hahahahaaa..........
Apakah "kegembiraan" itu sudah selesai sampai disitu. Tidak saudara-saudara!
Menjelang jam enam pagi, dua keponakan kami datang ke rumah. Tanpa babibu apalagi babi babi, isteri gue langsung nyuruh kedua keponakan gue buat beli sikring. Kebetulan, ya lagi-lagi kebetulan, dua keponakan kami tadi lagi senang-senangnya naik sepeda motor. Soalnya baru beberapa minggu mereka baru bisa mengendarai sepeda motor. Jadinya ya itu... kerjaan mereka di liburan kali ini ya muter-muter kayak baling-baling bambunya si Doraemon :P
Setelah mereka membeli sikring, langsung saja gue tancepin tuh sikring. Dan.... lagi-lagi listrik masih mati. Ugh, listrik pulsa lagi... Mbingungin juga nich. Akhirnya gue minta tolong ke tetangga gue yang sedikit paham tentang instalasi listrik.
Dengan membawa peralatan tempur seadanya :)  tetangga gue tersebut langsung utak dan atik. Oper sini oper sana...  *sepakbola mbok :P
Hasilnya sama... Listrik masih modiar... alias mati binti MEDODONG!
Dia nyaranin agar gue menghubungi PLN. Langsung gue berniat menelpon pak PLN... Eh, baru inget kalau hape gue mati sedari semalam dan belum di charge......... hadeuh....
Tanpa banyak pertimbangan, apalagi pagi itu gue harus berangkat kerja, akhirnya gue langsung ke kantor PLN yang jaraknya lumayan dekat :) Kurang lebih 7 menitan akhirnya sampai juga gue ke kantor PLN.
Setelah menceritakan permasalahan listrik kepada petugas jaga, akhirnya gue pulang ke rumah. Kata si petugas sih sekitar jam setengah delapanan atau jam delapanan petugas akan datang ke rumah gue... Gue tunggu sampai jam tengah delapan, masih belum juga nongol tuh petugas. Akhirnya gue dan isteri gue berangkat kerja sembari menitipkan informasi pada tantenya isteriku yang biasa ngejagain si Al Kindi kalau pagi ini petugas dari PLN mau datang ke rumah untuk mengecek listrik yang padam sedari pagi.
Hmmmm..... Pagi itu gue terlambat di tempat kerja gue. Padahal hari itu gue ada jadwal sebagai pemateri pesantren kilat di tempat kerja. Teknik Dakwah, begitu gue baca materi jadwal yang ada di meja gue yang harus gue isi.......
Benar-benar komedi pagi :)

Popular posts from this blog

Dream of My Heart

Duhai dewiku yang lembut.... Dengarlah sapaan hatiku.... Masuklah engkau ke tungku asmaraku.... kan kubakar engkau dengan senyum cintaku...... ... ahhh..... Matamu yang sayu, bibirmu yang lembut mengguncang rinduku.... Hoooaaammmhhh……. Aku terbangun dari mimpiku.... Banyumas, 22 Agustus 2011 Dacho Darsono

MENANGGAPI MARAKNYA MINI MARKET

Kurang lebih 10 tahun yang lalu, saya bersama salah satu rekan kerja saya yang berprofesi sebagai guru membicarakan perihal peluang usaha yang sebenarnya masih terbentang luas di negeri ini. Berhubung kami tinggal di kampung, maka kamipun membicarakan peluang-peluang usaha yang bisa kami jalankan di kampung. Nah, waktu itu belum banyak mini market-mini market seperti saat ini. Kemudian timbul ide, kenapa tidak mendirikan mini market saja, bahkan kalau bisa super market? Apa bisa? Lha wong namanya juga ide... Maka dalam ide kami itupun tentu saja sangat bisa untuk mendirikan mini market. Pokok permasalahan awalnya adalah pada dana. Dari mana dananya? Nah lho.... Marilah kita berhitung dengan cara yang bodoh saja.... Hehehe... Misalkan dalam satu kampung ada 3.000 WARGA... lalu setiap warga "urunan" 1.000 rupiah saja, sudah berapa dana yang didapat? 3.000 x 1.000 = 3.000.000 TIGA JUTA RUPIAH Itu baru "urunan" seribuan ... Bagaimana jika 10.000? Tingal kalikan saja...

Supplier Marmer Berkualitas di Indonesia

Mempunyai tempat tinggal dan hunian mewah tentu menjadi idaman setiap orang, selain indah untuk dilihat juga terasa nyaman untuk ditinggali. mempercantik sebuah hunian banyak cara dilakukan oleh setiap orang. agar terlihat wah, biasanya digunakan beragam pernak pernik untuk menghias, seperti batu, keramik, bahkan marmer. Bicara mengenai Marmer, di Indonesia ada sebuah perusahaan bernama Fagetti yang merupakan perusahaan supplier marmer berkualitas yang sudah malang melintang diberbagai proyek besar di banyak kota di Indonesia. Supplier Marmer Berkualitas di Indonesia Sekilas Mengenai Fagetti Didirikan oleh Ferdinand Gumanti, satu-satunya orang di Asia yang menerima gelar "Master of Art Stone" oleh Antica Libera Corporazione Dell'Arte Della Pietra yang bergengsi di Italia, komitmen Fagetti adalah untuk memberikan yang terbaik kepada pelanggan, menyediakan peralatan dengan kualitas terbaik , manufaktur, bahan dan layanan batu. Di pabrik dan gudang seluas 23 hektar di Cibit