Saturday, February 15, 2014

SUDAHKAH KITA BERTUHAN ?

Pagi itu, seperti biasa sebelum berangkat kerja, saya memanjakan si Jengki ( Yamaha RS 100 tercinta :) ) dengan sentuhan-sentuhan ( ehemmm) lap kecil biar makin kinclong. Ya maklumlah, sebagai orang gantheng maka saya diharuskan menjaga kondisi tunggangan saya agar enak dipandang mata. Kata orang londo sana, eye cathing, yang artinya "nangkep mata."  :P

Sentuhan demi sentuhan berjalan dengan lancar. Eits lagi asyik-asyiknya ngusap si Jengki, tetangga sebelah rumah datang menghampiri saya. Pak Sapun nama orang itu. Orang-orang di kampung ini biasa memanggilnya dengan nama Kang Sapun. Saya taksir (cewek kaleee ) usia kang Sapun dikisaran 60 an. Orangnya ramah, gemrapyak, dan apa adanya. Rumahnya tepat di sebelah utara rumahku, sama-sama menghadap ke arah matahari terbenam :). Saya biasa memanggil Ramane kepada Kang Sapun. Ya maklumlah, usia kami kan lumayan jauh berbeda. Saya kan masih swit sewen tin. Wkwkwkwk.

"Wis meling mas!" (sudah bersih mengkilap mas,red). Begitu kang Sapun mengawali percakapan kami di pagi yang cerah itu. " Ya jelaslah Ramane." (Ya jelas lah pak,red). Sahut saya sembari mengelus-elus si Jengki dengan lap yang mulai mengotor. "Tidak kesawah ?" Gantian saya yang bertanya. " Ora mas." (tidak mas,red). "Kenapa ?" Tanya saya heran. Biasanya jam segini kang Sapun sudah pergi ke sawah ataupun ke ladang. "Sedih mas kalau ke sawah". Wah, jadi tambah heran deh saya. Sambil melongo kaya kodok ijo, saya lantas bertanya lagi bak wartawan yang belum dapat berita karena sudah dead line alias mati garis :P

" Padi di sawah sedang kena hama mas. Hama wereng. Entah panen atau tidak. Karena itulah, saya jadi sedih kalau ke sawah."

"Oooohhhh." Melongo lagi deh saya, untung ndak ada laler (lalat,red).

"Wah, bisa ndak panen dong ramane?" Dag dig dug juga melempar pertanyaan seperti itu.

" Tapi padi di ladang saya bagus mas. Jadi saya masih bisa panen padi mas."

=====================================



Sulit rasanya membayangkan bagaimana kehidupan para petani di kampung ini. Saya pikir bukan hanya di kampung ini saja. Bayangkan saja, mulai dari membeli bibit padi, merawat, dan memanennya memerlukan biaya yang tidak sedikit. Parahnya lagi, jika musim memupuk tiba, itu pupuk pada jalan-jalan entah kemana. Konon bisa ngilang kaya Mak Lampir. Wuzzzzttt. Sangat menyedihkan dan menggelakan sekali. Kakek saya pernah nyari sampai ke Cilacap. Dan itupun belum tentu dapat. Sudah jauh-jauh dari Banyumas, eh di Cilacap juga lagi ndak ada pupuk. Ibarat pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga, tangganya dari besi, trus tanahnya ada kotoran ayam (TA satu) alias TA1. Wkwkwkwk. Belepot kan ? Itu belum cukup untuk menggambarkan betapa SUSAHNYA jadi petani. Ketika padi sudah mulai ditanam dan mulai mrocot (Kalian tanya sendiri dech pada KARTIKA pesbukers, mrocot itu artinya apa. wkwkwkk) para petani harus berhadapan lagi dengan beragam penyakit tanaman dan hewan yang menyerang padi atawa hama. Bulan ini, di kampung isteri saya, ya tempat tinggal saya juga saat ini, hama wereng sudah mulai menyerang areal persawahan. Tak tanggung-tanggung, hampir semua areal persawahan yang luasnya berhektar-hektar menjadi sasaran wereng.

Hama ini bukan kali pertamanya menyerang kampung ini. Sudah sering, dan hasilnyapun luar biasa. Bayangkan saja, ada areal seluas satu bau hanya menghasilkan padi 6 kandhi. Hebat tuh wereng !!!

BTW alias bai de we, saya tidak akan membahas pertanian ataupun perwerengan terlalu dalam. Karena saya bukan ahlinya, lagi pula terlalu mencakitkan, kata anak-anak alay :P.

Kembali ke cerita kang Sapun dan saya, jujur ketika kang Sapun bilang , " Tapi padi di ladang saya bagus mas. Jadi saya masih bisa panen padi mas." ada hal menarik yang bisa saya pelajari. Mari kita bicarakan lebih dalam. Hehehehe. Kalimat, Tapi padi di ladang saya bagus mas. Jadi saya masih bisa panen padi mas, merupakan kalimat "syukur". Nah lo. Oke, begini maksud saya, andaikata padi di ladang kang Sapun juga terkena hama, bagaimana kira-kira reaksi kang Sapun ? Pasti Anda bisa menebaknya kan ? ;)

Sayapun kembali merenung, bagaimana ya nasib para petani yang hanya memiliki sawah ? Yang pasti, mereka tidak akan mengucapkan kalimat kang Sapun tadi (" Tapi padi di ladang saya bagus mas. Jadi saya masih bisa panen padi mas.") karena mereka tidak memiliki ladang. Kang Sapun terlihat masih tenang karena ia memiliki ladang dengan padi yang bagus. Dengan kata lain, ada harapan lain yang notabene  sedang dinantikan oleh kang Sapun yaitu padi ladang alias pari gaga.

Lalu sekali lagi, bagaimana ya dengan nasib petani lain yang tidak memiliki ladang/gaga ? Hmmm... Mereka punya Tuhan. Saya harap, prinsip itu digigit kuat-kuat oleh petani yang sedang ditimpa musibah wereng tersebut. Ya, mereka punya Tuhan. Bukankah tidak ada kekhawatiran bagi mereka yang punya Tuhan ? Bukankah Tuhan sudah menjamin hidup dan kehidupan bagi hamba-Nya ? Tidak mudah memang. Tapi inilah yang menjadi akar kegelisahan saya atas berbagai hal yang terjadi di negeri ini.

Akar ? ya, akar kegelisahan saya. Jika orang-orang di negeri ini berprinsip bahwa "SAYA PUNYA TUHAN", saya yakin dengan seyakin yakinnya kalau negeri ini akan menjadi negeri yang makmur dan dirahmati oleh Tuhan. Saya tidak mengatakan kalau bangsa ini adalah bangsa ATHEIS, bukan sama sekali bukan ! Saya hanya bertanya-tanya, jika bangsa ini mengaku sebagai bangsa yang punya Tuhan, mengapa masih banyak "kelaliman" di negeri ini ? Korupsi, kolusi, nepotisme, pembunuhan, pemerkosaan, menghilangkan hak, semena-mena, dan......lain.........lainnnnn................... Masih terjadi di negeri ini.

Sudahkah kita BERTUHAN ?

#renungan sore







Tuesday, February 11, 2014

TAK SEMAHAL YANG SAYA DUGA

Sudah menjadi kemafhuman, setiap kekasih pasti ingin membahagiakan kekasihnya, iya to ? He he. Saya yakin, Anda pasti setuju dengan apa yang saya katakan tadi. Kalau tidak juga tidak apa-apa, toh masih banyak rumput hijau dilahan sana (apa hubungannya?). Begini kisahnya, ini berhubungan dengan liburan, lho kok ? Iya liburan. Liburan adalah "sesuatu" yang ditunggu oleh masing-masing orang, tak terkecuali pasangan ataupun keluarga. Karena dengan liburan, dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan kejenuhan. Apalagi bagi pasangan yang bekerja, pastilah liburan adalah salah satu agenda yang tidak boleh dilewatkan begitu saja.

Kalau kita menonton ataupun membaca di berbagai media, ketika libur tiba maka banyak sekali manusia yang berbondong-bondong datang ke tempat hiburan (Diskotek kaleee). Maksud saya tentu saja obyek wisata, baik wisata alam maupun wisata-wisata hiburan lainnya. Tujuannya satu, menikmati liburan. He he he. Mengeluarkan banyak duit ? Bisa jadi. Mahal ? bisa jadi. Stok tabungan menipis ? bisa jadi ? Hmmm. Lalu, bagaimana menurut Anda. Apakah hal-hal seperti mahalnya biaya liburan menjadi suatu masalah tersendiri bagi Anda ? Walah. Ketika menikmatinya mungkin Anda tidak begitu peduli, tapi ketika liburan usai, trus Anda lihat isi kantong atawa tabungan Anda... Eng ing ong... Rupanya "terkuras". Ya tidak apa-apa sih, tapi ada ndak sih liburan murah ?

Persiapan liburan, ya persiapan liburan mungkin akan sedikit mengurangi beban biaya ? lho kok bisa ? Saya mau tanya, pernah ndak sampeyan-sampeyan bertanya kepada pasangan atau keluarga Anda tentang rencana mengisi liburan ? Misalnya begini nih pertanyaannya : " Kekasihku yang cantik (ehemmm), liburan nanti kita kemana yah ?" Atau seperti ini, "Anak-anak, nanti liburan kita ke pantai yah ?" Pernah ga bertanya seperti itu ? Hayo jawab ! Hmmm ... Lalu apa hubungannya dengan pengurangan beban biaya ?

Begini maksud saya, jika kita mengalokasikan dana kita untuk liburan, saya pikir ini bagian dari persiapan yang kelak dikemudian harinya kita tidak akan njlimet dengan kondisi keuangan kita. Tentu saja karena hal ini sudah dipersiapkan sejak dini. Jadi, kebutuhan - kebutuhan pokok lainnya tidak akan tergoyah oleh "duit liburan" yang kita keluarkan. Atau, jangan-jangan, ketika Anda bertanya pada pasangan ataupun keluarga Anda, mereka menjawab begini... " Kita liburan di rumah saja dech yah. Menonton tivi bareng anak-anak kita sembari makan-makan masakan mama". Nah lo. Ngirit kan ?

Biasanya kan kalau kita mau liburan ada sederet tempat wisata yang kita tulis. Banyak banget, saking banyaknya, bingung mau kemana. Wkwkwkwkk. Padahal, bisa jadi pasangan atau keluarga Anda hanya ingin menghabiskan liburan bersama Anda di rumah. Sekadar nonton tivi, atau berleha-leha di rumah. Soalnya, isteri saya, kurang lebih setahun ini, lagi seperti itu. Kalau libur, penginnya berleha-leha dan bermalas-malasan di rumah. Tak semahal  yang saya duga ternyata. Bagaimana liburan Anda selanjutnya ?

Salam bahagia :)

Monday, February 3, 2014

Ternyata Sampeyan .....................

Seperti biasa, Ahad atawa Minggu adalah hari yang senantiasa saya tunggu, kenapa eh kenapa ? Karena eh karena (Kaya Lagunya Wa Haji Rhoma saja... wkwkwk), karena bisa merefresh otak, walau sehari, tapi sangat berarti (sok sibuk). Dan seperti biasa, bersih-bersih rumah, memasak (hobby soalnya... he he), dan utak atik si Jengki, motor RS 100 kesayanganku. Eits, tak lupa, bersantai dengan si bidadari tentunya, adalah aktivitas rutin di setiap Ahad.

Ada yang spesial di Ahad kemarin. Ceritanya si bidadari kan beli lemari, maklumlah lemari yang lama udah mulai bubuken. Bubuken itu bahasa Jerman, artinya ya kurang lebih, mulai merapuh. Wkwkwkwk. Nah, jam dua an tuh lemari tiba juga di rumah, tentu saja dikirim sama sang juragannya bersama isterinya yang cantik itu.

"Aslinya orang mana mas ?", tanya bapak yang juga sekaligus pengusaha mebelair tersebut. "Jatilawang Pak." "Jatilawangnya mana ?" Bapak itu bertanya sekali lagi. " Perbatasan Purwojati pak". "Wah, kalau begitu njenengan kenal sama Romo Kyai....... (Rahasia) ?". "Bukan kenal lagi pak, saya sering sowan ke dalemnya Beliau....." Belum selesai saya bercerita, bapak itu langsung memberi kode supaya saya TOSS dengan Beliau. Dengan tertawa lebar, beliau langsung mengetosskan tangannya ke tangan saya. Sontan saja saya bengong kaya kucing ompong.

"Ternyata sampeyan santri Beliau yah mas." Giliran saya yang tertawa... "Saya bukan santri pak, malu saya. Saya ini orang bregajulan. Masa ada tampang santri dari orang seperti saya ini pak." Lalu Bapak tersebut berkata, "Ternyata bener, sampeyan itu muridnya Romo Kyai......  . Ha ha ha... Terserah sampeyan mas mau ngomong apa. Yang jelas, sampeyan mau ngakuin atau tidak, saya ini adalah kakak seperguruan sampeyan. Hahaha...."   Waduh !!! Mati aku !(Gumam batinku).

Akhirnya, saya jabat erat tangan Beliau sambil mengucap hamdalah, tadinya mau nyium tangan Beliau, eits, dia mengelak !!! Satu guru satu ilmu... Hadeuh....  Sudah lama saya tidak menjumpai santri Kyai saya yang spesial seperti ini. Aslinya Purworejo, dia mantan pegawai yang akhirnya memutuskan membuka usaha sendiri. Alasannya, Beliau ingin mandiri dan memiliki penghasilan sendiri . Bukan kehalalannya saja, bahkan yang subhat dan makruhpun berusaha Beliau hindari. "Benar-benar santrinya Romo Kyai........" Giliranku yang bicara seperti itu, walau dalam hati.

Featured Post

Karakteristik Meeting Room yang Sesuai untuk Meeting

Karakteristik Meeting Room - Menjamurnya bisnis startup mendorong bermunculannya perusahaan pelayanan coworking space dan private space. Be...