Setelah sekian lama tidak bisa nangkring di angkringan, akhirnya bisa juga saya menikmati gurihnya nasi kucing dan jahe susu di salah satu angkringan paporit (maksude favorit ) saya. Ya maklumlah, sehabis operasi usus buntu, ada beberapa makanan yang musti saya hindari. And now, setelah mendapat restu dari bapak dukun bayi ( he he he ), akhirnya saya mulai melahap beberapa makanan paporit saya, termasuk nasi kucing. Apa itu nasi kucing ? Ya nasi untuk kucing lah yaw ( Kucing Garong).
Bagi saya, nikmatnya nasi kucing itu terletak pada sambelnya yang rasanya sangat aseloleh. Wk wk wk. Selain itu, aroma geseknya begitu kentara menusuk lubang anus, eh maaf, hidung maksud saya. Ditambah sedapnya jahe susu hangat. Rasanya sangat jos gandhos menikmati makanan dan minuman tersebut di waktu malam. Belum lagi pemandangan kota lama Banyumas yang begitu antik. Lebayyyyyyyyyyy.
Lagi lahap-lahapnya menikmati nasi kucing, eit tiba-tiba terdengar dentuman suara motor yang dahsyat. Reflek, mata ini menoleh ke belakang. Upz, lelaki muda pengendara motor tersebut langsung menyapa saya, "Malem Bro. Kirain Motor CB, ternyata RS. Motor antik nih bro." Begitu celetuk dia sambil tersenyum.
Saya pun langsung menyahut, "Iya bro, ini RS. Cuman bodynya aja yang CB. He he he."
Akhirnya kami ngobrol ngalor ngidul kaya caleg yang lagi orasi. Pemuda ini berasal dari Surabaya, isterinya guru, orang Cilacap isterinya. Pekerjaannya touring ( ha ha ha). No no no, dia bikers dari club CB. Dan pekerjaannya masih berhubungan dengan sepeda motor, yupz, dia menjual spare part sepeda motor.
Ceritanya, sudah hampir seminggu dia nungguin adiknya yang kecelakaan. Tangan dan kaki adiknya patah. Dan sampai malam tadi, adiknya masih transfusi darah. Selain tangan dan kakinya yang patah, adiknya juga mengalami gangguan pada syaraf otaknya. Karena kondisinya yang belum stabil, bagian-bagian tubuhnya yang patah belum dioperasi juga.
"Padahal sudah habis 45 juta bro." Katanya sembari melahapi nasi kucing.
" Empat puluh lima juta ? Belum dioperasi ?" Tanyaku heran.
"Iya bro, belum dioperasi. Nanti kalau dioperasi, biayanya tambah lagi." Timpalnya sembari mencari-cari sesuatu disakunya.
"Tapi bagaimanapun juga, seberapapun biayanya, tetap akan kami usahakan juga demi kesembuhan adik saya itu. Nyawa bro !"
Terharu juga saya mendengar kalimat yang diucapkan dengan sangat tegas oleh pemuda ini. Dia pun menceritakan tentang pekerjaan adiknya. Saya tahu persis bagaimana rasanya mengalami cobaan seperti itu. Ketika saya operasi dulu, sayapun membayar biaya yang tidak sedikit. Bukan hanya biaya operasinya, tapi juga biaya lain yang menyertainya, termasuk obat. Memang saya mempunyai asuransi untuk kesehatan. Tapi ada beberapa obat yang berada diluar jaminan/asuransi. Mungkin bagi Bill Gate ataupun milyarder lainnya, 500 ribu itu tidak mahal. Tapi bagi saya, 500 ribu diluar asuransi itu adalah mahal. Padahal, sehari bisa 2 kali.
Dan yang lebih antik lagi, dari total belasan juta rupiah biaya operasi, perusahaan asuransi membantu tidak lebih dari separuhnya. Alhamdulillah. Saya jadi ingat tetangga saya yang sakit parah. Dia tidak mempunyai jaminan kesehatan yang cukup. Akhirnya, dia diobati melalui pengobatan alternatif karena kendala biaya. Dan akhirnya, karena takdir juga sih, ia pun meninggal.
Ada pelajaran yang saya ambil dari kisah yang saya sampaikan di atas, yaitu : JANGAN PERNAH SAKIT, KARENA SAKIT ITU MAHAL HARGANYA BRO !
Wkwkwkwkwkwkwkwkwk.....
Thursday, March 20, 2014
Wednesday, March 12, 2014
GUNUNG SLAMET
Ada teman kerja yang percaya dengan ramalan bahwasanya Gunung Slamet akan meletus pada tahun ini, Kiamat ! Begitu katanya (geleng2 bathuk).
==========================
Jika Tuhan berkehendak meletus, tentu saja meletus. Tapi percaya begitu saja dengan RAMALAN adalah sesuatu yang pantas dipertanyakan.
Saya, yang notabene orang Banyumas asli, sekuat mungkin untuk tidak mengatakan kalau gunung Slamet akan meletus. Bukan tanpa sebab, bukankah sebagai muslim kita telah diberitahu oleh Tuhan, bahwasanya Tuhan pernah bersabda : Aku seperti persangkaan hamba-Ku.
Jika saya berprasangka bahwa Gunung Slamet akan meletus, saya justru takut, Tuhan akan benar2 membuat meletus itu gunung.
Yang kedua dari segi penamaan. Leluhur kita menamai gunung tersebut dengan Gunung Slamet (Selamat). Sebagai orang Jawa, khususnya Banyumas yang penuh dengan ajaran spiritualitas dan filosofis, nama SLAMET yang disematkan pada gunung itu tentulah punya maksud tertentu. Jika kita belajar tentang filosofi Jawa, setiap kata mempunyai makna. Dan kata dalam budaya Jawa bukanlah sekedar kata. Ada aspek lain didalamnya, termasuk salah satunya adalah do'a.
Leluhur kita memberi nama Slamet, menurut saya adalah sebuah do'a supaya Tuhan senantiasa memberikan keselamatan dan kedamaian pada seluruh makhluk yang berada di gunung dan di sekitar gunung tersebut.
Bukankah selama ini daerah2 yg berada disekitar Gunung Slamet adalah daerah2 yang tergolong tentram ?
Dan sebagaimana saya tulis di awal kata, jika Tuhan berkehendak, maka kehendak-Nya adalah yg terbaik untuk kita, dan tak ada yang akan bisa melawan kehendak-Nya.
Marilah kita bersama-dama berdo'a : Semoga Allah SWT memberikan kedamaian dan keselamatan kepada kita semua.
Amiin.
==========================
Jika Tuhan berkehendak meletus, tentu saja meletus. Tapi percaya begitu saja dengan RAMALAN adalah sesuatu yang pantas dipertanyakan.
Saya, yang notabene orang Banyumas asli, sekuat mungkin untuk tidak mengatakan kalau gunung Slamet akan meletus. Bukan tanpa sebab, bukankah sebagai muslim kita telah diberitahu oleh Tuhan, bahwasanya Tuhan pernah bersabda : Aku seperti persangkaan hamba-Ku.
Jika saya berprasangka bahwa Gunung Slamet akan meletus, saya justru takut, Tuhan akan benar2 membuat meletus itu gunung.
Yang kedua dari segi penamaan. Leluhur kita menamai gunung tersebut dengan Gunung Slamet (Selamat). Sebagai orang Jawa, khususnya Banyumas yang penuh dengan ajaran spiritualitas dan filosofis, nama SLAMET yang disematkan pada gunung itu tentulah punya maksud tertentu. Jika kita belajar tentang filosofi Jawa, setiap kata mempunyai makna. Dan kata dalam budaya Jawa bukanlah sekedar kata. Ada aspek lain didalamnya, termasuk salah satunya adalah do'a.
Leluhur kita memberi nama Slamet, menurut saya adalah sebuah do'a supaya Tuhan senantiasa memberikan keselamatan dan kedamaian pada seluruh makhluk yang berada di gunung dan di sekitar gunung tersebut.
Bukankah selama ini daerah2 yg berada disekitar Gunung Slamet adalah daerah2 yang tergolong tentram ?
Dan sebagaimana saya tulis di awal kata, jika Tuhan berkehendak, maka kehendak-Nya adalah yg terbaik untuk kita, dan tak ada yang akan bisa melawan kehendak-Nya.
Marilah kita bersama-dama berdo'a : Semoga Allah SWT memberikan kedamaian dan keselamatan kepada kita semua.
Amiin.
Tuesday, March 4, 2014
PEMECUT ATAU PENGECUT ?
Pada hari Minggu kuturut ayah ke kota
Naik delman istimewa kududuk di muka
Kududuk samping Pak Kusir yang sedang bekerja
Mengendarai kuda supaya baik jalannya
Tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk
Tuk tik tak tik tuk tik tak
Suara sepatu kuda
==========================================
Hayo siapa yang ingat lagu di atas ? Saya yakin dengan seyakin-yakinnya pastilah kita yang pernah makan bangku Taman Kanak Kanak mengenal lagu itu (jengkol kalee dimakan). Sedikit bernostalgia, ndak apa-apa kan ? Bukankah nostalgia lebih bagus daripada lo yang gila ? Brrrrr...
Jika Anda menyanyikan lagu itu, apa yang terbayang dalam pikiran Anda ? Liburankah ? Delmannyakah ? Kusirnyakah ? atau jangan-jangan kotoran kudanya ? Waduh, bau dong !
Yee namanya juga nebak, boleh benar kan ?
Berdasarkan primbon yang saya curi dari Master Deddy Cor coran (emangnya sumur, dicor segala) saya bisa menebak, pasti apa yang saya sebutkan di atas adalah benar-benar apa yang ada dalam pikiran Anda. Tepuk tangan saudara-saudara !
Lah wong lagunya kan menceritakan itu semua (liburan, delman, kusir, dan tentunya kotoran kuda, eh kudanya maksud saya). Iya kan ? Baiklah, mari kita bahas kotoran kudanya. Gubrak !
Jujur, tulisan ini terinspirasi dari orang-orang yang katanya pemimpin tapi dalam praktiknya malah seperti pemimpi. Nah lho. Lalu apa hubungannya dengan lagu di atas tadi ? Baiklah, akan saya paksa agar bisa saling berhubungan. He he he. Ketika saya menyanyikan lagu di atas, hal yang saya ingat adalah kuda dan kusirnya. Coba perhatikan, sang sais atawa kusir didalam mengendalikan laju kudanya ia membawa alat yang super canggih. He he. Apakah itu ? Pecut ! Ya pecut alias cemeti.
Ketika kudanya dianggap santai, letoy atau bahkan salah arah ketika berjalan, maka si kusir dengan semangat tujuh limanya, eh empat limanya akan memukulkan pecutnya pada sang kuda agar jalannya sesuai dengan yang diinstrusikan. Saya ndak tahu apakah kudanya sakit atau tidak (soalnya saya bukan kuda, melainkan coverboy). So, saya pun ndak berani bilang kalau si kusir tadi tak berperikekudaan. Tapi ya namanya juga makhluk hidup. Saya pikir si kuda juga merasakan sesuatu yang bernama sakit. Lantas, apakah si kusir diartikan sebagai seseorang yang kejam ? Tidak kan ?
Ketika sang kuda sudah salah arah, maka kewajiban si kusirlah agar sang kuda kembali berada pada jalur yang benar, jalur horseway tentunya. Jika salah arah, bisa-bisa si kusir ditimpukin sendal jepit sama penumpangnya. Masih untung ditimpukin sendal jepit, coba kalau ada penumpang yang nimpukin makai baju. Pasti pingsan. Lho kok pingsan ? Ya karena di dalam baju itu ada durian montongnya, lima lagi. Nyaho kan ?
Seperti halnya pemimpin, ketika yang dipimpin ada yang berbelok arah atau melenceng, tidak berada pada rel of the rule (istilah ngawur namun benar) maka kewajban pemimpinlah untuk memecut bawahan (rok kaleee) yang dianggap sudah melenceng dari tujuan instansi ataupun organisasi yang ia pimpin. Beresiko ? Pasti beresiko.
Kenapa beresiko ? karena yang dipecut bukanlah kuda, melainkan manusia. Jika kuda, kemungkinan besar ia akan menurut, tapi manusia, belum tentu kan ? Inilah mengapa ada beberapa buku tentang seni dalam memimpin. Lalu mengapa saya menyamakan kuda dengan bawahan dan kusir adalah pemimpin ? Mari kita diskusikan lebih lanjut. Dalam hal ini, saya tidak akan menyamakan hal tersebut di atas dengan cara kasat mata, tapi dengan cara kasat hati, eh kebeningan hati. Pusing kan ?
Tidaklah mungkin menyamakan manusia dengan hewan, saya sekedar bertamsil bahwasanya pemimpin ya laiknya sang kusir yang mengendalikan kuda. Jangan sampai sebaliknya. Pemimpin yang dikendalikan oleh para bawahannya. Sekarang banyak lho para pemimpin yang di dalam ia memimpin justeru disetir oleh para bawahannya. Parahnya, ada pemimpin yang takut dengan bawahnnya sendiri dan akibatnya ia menjadi pemimpin yang inkonsistensi dengan putusan-putusannya sendiri serta tega mengorbankan orang lain agar ia tampak “tidak salah” dihadapan bawahannya yang lain. Apakah ini terjadi di tempat Anda bekerja ? Atau mungkin dalam penyelenggaraan pemerintahan di negeri antah barantah ini ? Hmmm...
Sepantasnyalah pemimpin harus menjadi pemecut bagi orang-orang yang dipimpinnya, bukan malah menjadi pengecut yang bersembunyi dibalik rok kepemimpinannya dengan berbagai alasan. Tampak gagah di mata bawahan, padahal ia hanya menjadi pengecut dibalik kegagahannya itu. Sungguh memalukan.
Dan yang perlu kita renungkan, bahwasanya pemimpin tidaklah selalu bos di tempat Anda bekerja. Bahwa pemimpin tidaklah selalu jendral yang penuh tanda bintang di bajunya. Tetapi pemimpin bisa berwujud sesuatu yang bernama ruh. Jika ruh Anda sudah mampu memimpin jasad dengan keberanian, maka kebahagiaan sejati akan mengiringi Anda. Namun jika ruh Anda menjadi pemimpin yang pengecut, kalah dengan jasad Anda, maka bersiaplah menuju kegetiran hidup yang tiada tara. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing dan memberikan petunjuk-Nya kepada kita semua. Amiin.
Naik delman istimewa kududuk di muka
Kududuk samping Pak Kusir yang sedang bekerja
Mengendarai kuda supaya baik jalannya
Tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk
Tuk tik tak tik tuk tik tak
Suara sepatu kuda
==========================================
Hayo siapa yang ingat lagu di atas ? Saya yakin dengan seyakin-yakinnya pastilah kita yang pernah makan bangku Taman Kanak Kanak mengenal lagu itu (jengkol kalee dimakan). Sedikit bernostalgia, ndak apa-apa kan ? Bukankah nostalgia lebih bagus daripada lo yang gila ? Brrrrr...
Jika Anda menyanyikan lagu itu, apa yang terbayang dalam pikiran Anda ? Liburankah ? Delmannyakah ? Kusirnyakah ? atau jangan-jangan kotoran kudanya ? Waduh, bau dong !
Yee namanya juga nebak, boleh benar kan ?
Berdasarkan primbon yang saya curi dari Master Deddy Cor coran (emangnya sumur, dicor segala) saya bisa menebak, pasti apa yang saya sebutkan di atas adalah benar-benar apa yang ada dalam pikiran Anda. Tepuk tangan saudara-saudara !
Lah wong lagunya kan menceritakan itu semua (liburan, delman, kusir, dan tentunya kotoran kuda, eh kudanya maksud saya). Iya kan ? Baiklah, mari kita bahas kotoran kudanya. Gubrak !
Jujur, tulisan ini terinspirasi dari orang-orang yang katanya pemimpin tapi dalam praktiknya malah seperti pemimpi. Nah lho. Lalu apa hubungannya dengan lagu di atas tadi ? Baiklah, akan saya paksa agar bisa saling berhubungan. He he he. Ketika saya menyanyikan lagu di atas, hal yang saya ingat adalah kuda dan kusirnya. Coba perhatikan, sang sais atawa kusir didalam mengendalikan laju kudanya ia membawa alat yang super canggih. He he. Apakah itu ? Pecut ! Ya pecut alias cemeti.
Ketika kudanya dianggap santai, letoy atau bahkan salah arah ketika berjalan, maka si kusir dengan semangat tujuh limanya, eh empat limanya akan memukulkan pecutnya pada sang kuda agar jalannya sesuai dengan yang diinstrusikan. Saya ndak tahu apakah kudanya sakit atau tidak (soalnya saya bukan kuda, melainkan coverboy). So, saya pun ndak berani bilang kalau si kusir tadi tak berperikekudaan. Tapi ya namanya juga makhluk hidup. Saya pikir si kuda juga merasakan sesuatu yang bernama sakit. Lantas, apakah si kusir diartikan sebagai seseorang yang kejam ? Tidak kan ?
Ketika sang kuda sudah salah arah, maka kewajiban si kusirlah agar sang kuda kembali berada pada jalur yang benar, jalur horseway tentunya. Jika salah arah, bisa-bisa si kusir ditimpukin sendal jepit sama penumpangnya. Masih untung ditimpukin sendal jepit, coba kalau ada penumpang yang nimpukin makai baju. Pasti pingsan. Lho kok pingsan ? Ya karena di dalam baju itu ada durian montongnya, lima lagi. Nyaho kan ?
Seperti halnya pemimpin, ketika yang dipimpin ada yang berbelok arah atau melenceng, tidak berada pada rel of the rule (istilah ngawur namun benar) maka kewajban pemimpinlah untuk memecut bawahan (rok kaleee) yang dianggap sudah melenceng dari tujuan instansi ataupun organisasi yang ia pimpin. Beresiko ? Pasti beresiko.
Kenapa beresiko ? karena yang dipecut bukanlah kuda, melainkan manusia. Jika kuda, kemungkinan besar ia akan menurut, tapi manusia, belum tentu kan ? Inilah mengapa ada beberapa buku tentang seni dalam memimpin. Lalu mengapa saya menyamakan kuda dengan bawahan dan kusir adalah pemimpin ? Mari kita diskusikan lebih lanjut. Dalam hal ini, saya tidak akan menyamakan hal tersebut di atas dengan cara kasat mata, tapi dengan cara kasat hati, eh kebeningan hati. Pusing kan ?
Tidaklah mungkin menyamakan manusia dengan hewan, saya sekedar bertamsil bahwasanya pemimpin ya laiknya sang kusir yang mengendalikan kuda. Jangan sampai sebaliknya. Pemimpin yang dikendalikan oleh para bawahannya. Sekarang banyak lho para pemimpin yang di dalam ia memimpin justeru disetir oleh para bawahannya. Parahnya, ada pemimpin yang takut dengan bawahnnya sendiri dan akibatnya ia menjadi pemimpin yang inkonsistensi dengan putusan-putusannya sendiri serta tega mengorbankan orang lain agar ia tampak “tidak salah” dihadapan bawahannya yang lain. Apakah ini terjadi di tempat Anda bekerja ? Atau mungkin dalam penyelenggaraan pemerintahan di negeri antah barantah ini ? Hmmm...
Sepantasnyalah pemimpin harus menjadi pemecut bagi orang-orang yang dipimpinnya, bukan malah menjadi pengecut yang bersembunyi dibalik rok kepemimpinannya dengan berbagai alasan. Tampak gagah di mata bawahan, padahal ia hanya menjadi pengecut dibalik kegagahannya itu. Sungguh memalukan.
Dan yang perlu kita renungkan, bahwasanya pemimpin tidaklah selalu bos di tempat Anda bekerja. Bahwa pemimpin tidaklah selalu jendral yang penuh tanda bintang di bajunya. Tetapi pemimpin bisa berwujud sesuatu yang bernama ruh. Jika ruh Anda sudah mampu memimpin jasad dengan keberanian, maka kebahagiaan sejati akan mengiringi Anda. Namun jika ruh Anda menjadi pemimpin yang pengecut, kalah dengan jasad Anda, maka bersiaplah menuju kegetiran hidup yang tiada tara. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing dan memberikan petunjuk-Nya kepada kita semua. Amiin.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Featured Post
Karakteristik Meeting Room yang Sesuai untuk Meeting
Karakteristik Meeting Room - Menjamurnya bisnis startup mendorong bermunculannya perusahaan pelayanan coworking space dan private space. Be...

-
Bagi anda yang sedang mengembangkan bisnis dalam skala mikro kecil dan menengah di bidang retail, pengadaan barang ataupun penjualan barang ...
-
Cinta bukanlah dagangan yang dijajakan di pinggir-pinggir trotoar jalan. Tapi bukan berarti ia tak ada di trotoar-trotoar itu. Ia senantiasa...
-
Sebelumnya penulis telah membahas seberapa penting alexa rank untuk sebuah blog atau website. Dan sekarang kita akan membahas bagaimana cara...