Skip to main content

PEMECUT ATAU PENGECUT ?

 Pada hari Minggu kuturut ayah ke kota
Naik delman istimewa kududuk di muka
Kududuk samping Pak Kusir yang sedang bekerja
Mengendarai kuda supaya baik jalannya
Tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk
Tuk tik tak tik tuk tik tak
Suara sepatu kuda
==========================================

Hayo siapa yang ingat lagu di atas ? Saya yakin dengan seyakin-yakinnya pastilah kita yang pernah makan bangku Taman Kanak Kanak mengenal lagu itu (jengkol kalee dimakan).  Sedikit bernostalgia, ndak apa-apa kan ? Bukankah nostalgia lebih bagus daripada lo yang gila ? Brrrrr...

Jika Anda menyanyikan lagu itu, apa yang terbayang dalam pikiran Anda ? Liburankah ? Delmannyakah ? Kusirnyakah ? atau jangan-jangan kotoran kudanya ? Waduh, bau dong !
Yee namanya juga nebak, boleh benar kan ?

Berdasarkan primbon yang saya curi dari Master Deddy Cor coran (emangnya sumur, dicor segala) saya bisa menebak, pasti apa yang saya sebutkan di atas adalah benar-benar apa yang ada dalam pikiran Anda. Tepuk tangan saudara-saudara !
Lah wong lagunya kan menceritakan itu semua  (liburan, delman, kusir, dan tentunya kotoran kuda, eh kudanya maksud saya). Iya kan ? Baiklah, mari kita bahas kotoran kudanya. Gubrak !

Jujur, tulisan ini terinspirasi dari orang-orang yang katanya pemimpin tapi dalam praktiknya malah seperti pemimpi. Nah lho. Lalu apa hubungannya dengan lagu di atas tadi ? Baiklah, akan saya paksa agar bisa saling berhubungan. He he he. Ketika saya menyanyikan lagu di atas, hal yang saya ingat adalah kuda dan kusirnya. Coba perhatikan, sang sais atawa kusir didalam mengendalikan laju kudanya ia membawa alat yang super canggih. He he. Apakah itu ? Pecut ! Ya pecut alias cemeti.

Ketika kudanya dianggap santai, letoy atau bahkan salah arah ketika berjalan, maka si kusir dengan semangat tujuh limanya, eh empat limanya akan memukulkan pecutnya pada sang kuda agar jalannya sesuai dengan yang diinstrusikan. Saya ndak tahu apakah kudanya sakit atau tidak (soalnya saya bukan kuda, melainkan coverboy). So, saya pun ndak berani bilang kalau si kusir tadi tak berperikekudaan. Tapi ya namanya juga makhluk hidup. Saya pikir si kuda juga merasakan sesuatu yang bernama sakit. Lantas, apakah si kusir diartikan sebagai seseorang yang kejam ? Tidak kan ?

Ketika sang kuda sudah salah arah, maka kewajiban si kusirlah agar sang kuda kembali berada pada jalur yang benar, jalur horseway tentunya. Jika salah arah, bisa-bisa si kusir ditimpukin sendal jepit sama penumpangnya. Masih untung ditimpukin sendal jepit, coba kalau ada penumpang yang nimpukin makai baju. Pasti pingsan. Lho kok pingsan ? Ya karena di dalam baju itu ada durian montongnya, lima lagi. Nyaho kan ?

Seperti halnya pemimpin, ketika yang dipimpin ada yang berbelok arah atau melenceng, tidak berada pada rel of the rule (istilah ngawur namun benar) maka kewajban pemimpinlah untuk memecut bawahan (rok kaleee) yang dianggap sudah melenceng dari tujuan instansi ataupun organisasi yang ia pimpin. Beresiko ? Pasti beresiko.

Kenapa beresiko ? karena yang dipecut bukanlah kuda, melainkan manusia. Jika kuda, kemungkinan besar ia akan menurut, tapi manusia, belum tentu kan ? Inilah mengapa ada beberapa buku tentang seni dalam memimpin. Lalu mengapa saya menyamakan kuda dengan bawahan dan kusir adalah pemimpin ? Mari kita diskusikan lebih lanjut. Dalam hal ini, saya tidak akan menyamakan hal tersebut di atas dengan cara kasat mata, tapi dengan cara kasat hati, eh kebeningan hati. Pusing kan ?

Tidaklah mungkin menyamakan manusia dengan hewan, saya sekedar bertamsil bahwasanya pemimpin ya laiknya sang kusir yang mengendalikan kuda. Jangan sampai sebaliknya. Pemimpin yang dikendalikan oleh para bawahannya. Sekarang banyak lho para pemimpin yang di dalam ia memimpin justeru disetir oleh para bawahannya. Parahnya, ada pemimpin yang takut dengan bawahnnya sendiri dan akibatnya ia menjadi pemimpin yang inkonsistensi dengan putusan-putusannya sendiri serta tega mengorbankan orang lain agar ia tampak “tidak salah” dihadapan bawahannya yang lain. Apakah ini terjadi di tempat Anda bekerja ? Atau mungkin dalam penyelenggaraan pemerintahan di negeri antah barantah ini ? Hmmm...

Sepantasnyalah pemimpin harus menjadi pemecut bagi orang-orang yang dipimpinnya, bukan malah menjadi pengecut yang bersembunyi dibalik rok kepemimpinannya dengan berbagai alasan. Tampak gagah di mata bawahan, padahal ia hanya menjadi pengecut dibalik kegagahannya itu. Sungguh memalukan.

Dan yang perlu kita renungkan, bahwasanya pemimpin tidaklah selalu bos di tempat Anda bekerja. Bahwa pemimpin tidaklah selalu jendral yang penuh tanda bintang di bajunya. Tetapi pemimpin bisa berwujud sesuatu yang bernama ruh. Jika ruh Anda sudah mampu memimpin jasad dengan keberanian, maka kebahagiaan sejati akan mengiringi Anda. Namun jika ruh Anda menjadi pemimpin yang pengecut, kalah dengan jasad Anda, maka bersiaplah menuju kegetiran hidup yang tiada tara. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing dan memberikan petunjuk-Nya kepada kita semua. Amiin.















Popular posts from this blog

Dream of My Heart

Duhai dewiku yang lembut.... Dengarlah sapaan hatiku.... Masuklah engkau ke tungku asmaraku.... kan kubakar engkau dengan senyum cintaku...... ... ahhh..... Matamu yang sayu, bibirmu yang lembut mengguncang rinduku.... Hoooaaammmhhh……. Aku terbangun dari mimpiku.... Banyumas, 22 Agustus 2011 Dacho Darsono

MENANGGAPI MARAKNYA MINI MARKET

Kurang lebih 10 tahun yang lalu, saya bersama salah satu rekan kerja saya yang berprofesi sebagai guru membicarakan perihal peluang usaha yang sebenarnya masih terbentang luas di negeri ini. Berhubung kami tinggal di kampung, maka kamipun membicarakan peluang-peluang usaha yang bisa kami jalankan di kampung. Nah, waktu itu belum banyak mini market-mini market seperti saat ini. Kemudian timbul ide, kenapa tidak mendirikan mini market saja, bahkan kalau bisa super market? Apa bisa? Lha wong namanya juga ide... Maka dalam ide kami itupun tentu saja sangat bisa untuk mendirikan mini market. Pokok permasalahan awalnya adalah pada dana. Dari mana dananya? Nah lho.... Marilah kita berhitung dengan cara yang bodoh saja.... Hehehe... Misalkan dalam satu kampung ada 3.000 WARGA... lalu setiap warga "urunan" 1.000 rupiah saja, sudah berapa dana yang didapat? 3.000 x 1.000 = 3.000.000 TIGA JUTA RUPIAH Itu baru "urunan" seribuan ... Bagaimana jika 10.000? Tingal kalikan saja...

Supplier Marmer Berkualitas di Indonesia

Mempunyai tempat tinggal dan hunian mewah tentu menjadi idaman setiap orang, selain indah untuk dilihat juga terasa nyaman untuk ditinggali. mempercantik sebuah hunian banyak cara dilakukan oleh setiap orang. agar terlihat wah, biasanya digunakan beragam pernak pernik untuk menghias, seperti batu, keramik, bahkan marmer. Bicara mengenai Marmer, di Indonesia ada sebuah perusahaan bernama Fagetti yang merupakan perusahaan supplier marmer berkualitas yang sudah malang melintang diberbagai proyek besar di banyak kota di Indonesia. Supplier Marmer Berkualitas di Indonesia Sekilas Mengenai Fagetti Didirikan oleh Ferdinand Gumanti, satu-satunya orang di Asia yang menerima gelar "Master of Art Stone" oleh Antica Libera Corporazione Dell'Arte Della Pietra yang bergengsi di Italia, komitmen Fagetti adalah untuk memberikan yang terbaik kepada pelanggan, menyediakan peralatan dengan kualitas terbaik , manufaktur, bahan dan layanan batu. Di pabrik dan gudang seluas 23 hektar di Cibit