Skip to main content

Lapangan Cabe


Sore itu, tak seperti biasanya si Panjul mengenakan pakaian lengkap ala pemain bola. Kaos, celana, sepatu, kasut, deker ia kenakan lengkap. Tak lupa ia juga membawa bola sepak yang baru saja ia beli di pasar loak terkenal di kecamatannya. Wah, pokoknya mantap murantap dech penampilan Panjul kali ini. Kayak pemain sepak bola ternama asal negeri tetangga, Dapid Bekam! Mbuehehehe.

"Mau kemana lu njul? tumben makai pakaian renang kek gitu. Ndak salah alamat kan elu?"

Baru beberapa meter Panjul keluar dari rumahnya, terdengar suara cempreng yang sudah sangat ia hafal sedari ia masih jadi orok. Siapa lagi kalau bukan suaranya si John Dhegle. Teman karibnya yang telah lama hilang. Namun seiring dengan banyaknya dupa dan mantra-mantra yang dibacakan kambing dan kucingnya, alhasil si John Dhegle berhasil pulang ke kampungnya dengan menaiki ojek monyet. Huh!

"Kampret lu john! Ini bukan pakaian renang, tapi pakaian petugas penyedot tinja. Puas?"

Panjul langsung menjawab dengan gayanya yang bengis seperti para pantomim yang kehilangan mukanya ;)

"Gitu aja marah. Santai aja Njul!"

"Santai kambing maksud lu John?" Jawab Panjul sedikit sewot.

"Ya terserah lu njul. Santai kambing atau santai Kuta sama saja. Sama-sama berakhiran O. Hahahahaha!"

"Hmmm.... Seandainya yang bilang kek gitu adalah Cindy Crawford, maka sudah aku lempar bibirnya dengan bibirku ini. Tapi karena yang bilang kek gitu adalah elu John, maka elu akan gue lempar pakai kentut gue Terima ini, ciaattt!  Duuuut! Hahahaha."

"Sompret lu Njul!"

"Makanya, kalau ngomong sama orang ganteng kek gue, elu harus ngaca dulu di kolam ikan milik mbah Setra."

"Okey lah Njul. Ngomong-ngomong mau main bola dimana njul?"

"Di meja pingpong! Ya dilapangan sepak bola lah John. Gitu aja nanya. Makanya kalau ngilang jangan terlalu lama, jadinya lu tahu perkembangan kampung ini. Huh, dasar! Gue cabut nich John. Keburu Maghrib nanti. Oh ya, kapan-kapan gue mampir kerumah lu John. Sudah lama gue tidak ngambil celana lu. Boleh kan? Hahahaha!"

"Cah edian! okey njul, gue juga udah kangen kumpul sama lu. Besok saja lu ke rumah gue. kebetulan besok nyokap gue bikin sambel goreng lidah tuyul. Ntar gue kasih semuanya ke elu dech njul. Mbuehehe!"

"Huh, kampret!"

Singkat cerita, si Panjul akhirnya sampai juga di lapangan bola favoritnya. Namun si Panjul merasakan ada keganjilan disana. Tiba disana, bukannya lapangan penuh rumput yang ia lihat, tapi kebun cabe. Nah lho, apakah si Panjul salah jalan? Atau salah lihat? Entahlah, yang jelas gue gak salah ketik. Mbuehehe.

Tiba-tiba saja si Panjul melihat ada papan yang terbuat dari kayu yang terpampang di sebelah gawang yang masih tersisa. Sontak ia langsung mendekati papan tersebut. Ternyata di papan tersebut tertulis kata-kata yang mengusik perhatian si Panjul.

Begini tulisannya :

KARENA PENGURUS SEPAK BOLA DI KAMPUNG INI SERING BERKELAHI GARA-GARA PEREMPUAN DAN RAMBUTAN, MAKA DEMI KEGIATAN PRODUKTIF YANG DAPAT MENGUNTUNGKAN PETANI, LAPANGAN INI DITUTUP DIUBAH MENJADI KEBUN CABE. BAGI YANG KEBERATAN BISA LANGSUNG MENEMUI SAYA LEWAT EMAIL MAUPUN MEDIA TIDAK SOSIAL LAINNYA.

TERIMA KASIH

TTD

LURAH HATI

Dengan wajah kecewa, akhirnya si Panjul kembali ke rumahnya sembari menyanyikan salah satu lagunya Ona Sutra yang berjudul BOLA.

"Bolaaaa.... tungguuu.....!"


Popular posts from this blog

Dream of My Heart

Duhai dewiku yang lembut.... Dengarlah sapaan hatiku.... Masuklah engkau ke tungku asmaraku.... kan kubakar engkau dengan senyum cintaku...... ... ahhh..... Matamu yang sayu, bibirmu yang lembut mengguncang rinduku.... Hoooaaammmhhh……. Aku terbangun dari mimpiku.... Banyumas, 22 Agustus 2011 Dacho Darsono

MENANGGAPI MARAKNYA MINI MARKET

Kurang lebih 10 tahun yang lalu, saya bersama salah satu rekan kerja saya yang berprofesi sebagai guru membicarakan perihal peluang usaha yang sebenarnya masih terbentang luas di negeri ini. Berhubung kami tinggal di kampung, maka kamipun membicarakan peluang-peluang usaha yang bisa kami jalankan di kampung. Nah, waktu itu belum banyak mini market-mini market seperti saat ini. Kemudian timbul ide, kenapa tidak mendirikan mini market saja, bahkan kalau bisa super market? Apa bisa? Lha wong namanya juga ide... Maka dalam ide kami itupun tentu saja sangat bisa untuk mendirikan mini market. Pokok permasalahan awalnya adalah pada dana. Dari mana dananya? Nah lho.... Marilah kita berhitung dengan cara yang bodoh saja.... Hehehe... Misalkan dalam satu kampung ada 3.000 WARGA... lalu setiap warga "urunan" 1.000 rupiah saja, sudah berapa dana yang didapat? 3.000 x 1.000 = 3.000.000 TIGA JUTA RUPIAH Itu baru "urunan" seribuan ... Bagaimana jika 10.000? Tingal kalikan saja...

Supplier Marmer Berkualitas di Indonesia

Mempunyai tempat tinggal dan hunian mewah tentu menjadi idaman setiap orang, selain indah untuk dilihat juga terasa nyaman untuk ditinggali. mempercantik sebuah hunian banyak cara dilakukan oleh setiap orang. agar terlihat wah, biasanya digunakan beragam pernak pernik untuk menghias, seperti batu, keramik, bahkan marmer. Bicara mengenai Marmer, di Indonesia ada sebuah perusahaan bernama Fagetti yang merupakan perusahaan supplier marmer berkualitas yang sudah malang melintang diberbagai proyek besar di banyak kota di Indonesia. Supplier Marmer Berkualitas di Indonesia Sekilas Mengenai Fagetti Didirikan oleh Ferdinand Gumanti, satu-satunya orang di Asia yang menerima gelar "Master of Art Stone" oleh Antica Libera Corporazione Dell'Arte Della Pietra yang bergengsi di Italia, komitmen Fagetti adalah untuk memberikan yang terbaik kepada pelanggan, menyediakan peralatan dengan kualitas terbaik , manufaktur, bahan dan layanan batu. Di pabrik dan gudang seluas 23 hektar di Cibit