Skip to main content

BACK TO THE BOOK


Sebelumnya walaupun terlambat, saya ucapkan selamat Hari Buruh untuk kita semua (saya kan termasuk buruh). Dan khusus hari ini, saya ucapkan selamat  Hari Pendidikan Nasional untuk seluruh warga bangsa di Indonesia Raya tercinta ini. Semoga setiap anak bangsa, tanpa terkecuali, dapat mencicipi pendidikan sampai ke jenjang perguruan tinggi. Amiin.  #optimis

Berkenaan dengan hari pendidikan nasional ini, saya akan menulis hal yang masih berkaitan dengan pendidikan. Apa itu? budaya membaca.

Tulisan ini terinspirasi ketika pagi tadi saya melihat informasi di salah satu televisi swasta di negeri ini. Dalam berita tersebut dikatakan bahwa menurut UNESCO, minat baca di negeri ini termasuk rendah. Berdasarkan penelitian UNESCO, konon dari 1.000 orang hanya 1 orang saja yang terbiasa dengan budaya membaca. Nah lho... Memprihatinkan. Masih kalah dengan tetangga sebelah, yaitu Thailand dan Malaysia apa lagi Jepang. Konon katanya, minat baca di jepang sudah mencapai angka 85%. Keren kan?

Lalu, bagaimana yah dengan saya sendiri? Hohohoho....

Seingat saya, sebelum saya duduk di bangku Sekolah Dasar, saya sudah bisa membaca. :) Dan ketika saya SD, saya suka membaca berbagai buku dongeng dan majalah yang ada di perpustakaan maupun di rumah sendiri. Kebetulan, ayah dan nenek saya sering mengumpulkan buku yang saya sendiri tidak tahu entah dari mana buku-buku itu ;)

Menginjak SMP, kebetulan sekali sekolahku mewajibkan murid-murid untuk berlangganan salah satu majalah pendidikan. Jangan salah, di majalah tersebut juga berisi berbagai hal yang berhubungan dengan dunia anak muda seperti musik, artis, puisi. cerpen, dan cerbung. Kebetulan juga perpustakaan di sekolahku bukunya bagus-bagus. So, seringkali aku membayar denda ke perpustakaan karena saking banyaknya buku-buku yang telat aku kembalikan ke perpustakaan. Hehehe....

Menginjak SMA, aku masih sering lho ke perpustakaan. Namun intensitasnya tidak seperti sewaktu masih di SMP dulu. Hehehe... Sudah mulai berkeliaran di dunia luar soalnya. Hahahaha....

Semasa kuliah yah sama lah.... Jarang ke perpustakaan, Tapi.... beli buku sendiri! :)

Nah, yang hebat itu sewaktu jadi pengangguran. Walaupun nggak nganggur-nganggur amat, tapi aku berlangganan salah satu majalah lho. Dan kebetulan punya beberapa teman yang punya buku-buku bagus. Akhirnya, sering minjem sini minjem sana dech :)

Ketika bekerja, hampir setiap bulan aku sisihkan uang gajianku untuk membeli buku. Sebagian besar buku-buku yang aku beli adalh buku-buku tentang motivasi, religi, cerpen, dan komputer. Kebiasaan membeli buku itu berangsur hilang ketika aku menikah. Maklumlah, sudah punya tanggungan dan gajianku sungguh tak seberapa ;)

Tapi untunglah, isteriku berlangganan majalah. So, kebiasaan membaca masih bisa terjaga. Dan kebetulan sekali sekarang di perpustakaan tempatku bekerja bukunya bagus-bagus banget dan koleksinya lumayan banyak. Bahkan buku-buku terbarupun ada disana. Walau hanya beberapa. Alhasil, tiap ada waktu senggang, aku nyuri-nyuri waktu ke perpustakaan untuk membaca buku dan pinjam buku tentunya :) Sekarang lagi menyelesaikan Rumah Kaca-nya oom Pram :)

Oh senangnya bisa kembali bergelut dengan buku. Impianku, dapat membuat perpustakaan pribadi di rumahku. Ya kalau dihitung-hitung sekarang ada sekitar 90 atau seratusan buku dan majalah yang aku punya :)

Bagaimana dengan Anda?

Popular posts from this blog

Dream of My Heart

Duhai dewiku yang lembut.... Dengarlah sapaan hatiku.... Masuklah engkau ke tungku asmaraku.... kan kubakar engkau dengan senyum cintaku...... ... ahhh..... Matamu yang sayu, bibirmu yang lembut mengguncang rinduku.... Hoooaaammmhhh……. Aku terbangun dari mimpiku.... Banyumas, 22 Agustus 2011 Dacho Darsono

MENANGGAPI MARAKNYA MINI MARKET

Kurang lebih 10 tahun yang lalu, saya bersama salah satu rekan kerja saya yang berprofesi sebagai guru membicarakan perihal peluang usaha yang sebenarnya masih terbentang luas di negeri ini. Berhubung kami tinggal di kampung, maka kamipun membicarakan peluang-peluang usaha yang bisa kami jalankan di kampung. Nah, waktu itu belum banyak mini market-mini market seperti saat ini. Kemudian timbul ide, kenapa tidak mendirikan mini market saja, bahkan kalau bisa super market? Apa bisa? Lha wong namanya juga ide... Maka dalam ide kami itupun tentu saja sangat bisa untuk mendirikan mini market. Pokok permasalahan awalnya adalah pada dana. Dari mana dananya? Nah lho.... Marilah kita berhitung dengan cara yang bodoh saja.... Hehehe... Misalkan dalam satu kampung ada 3.000 WARGA... lalu setiap warga "urunan" 1.000 rupiah saja, sudah berapa dana yang didapat? 3.000 x 1.000 = 3.000.000 TIGA JUTA RUPIAH Itu baru "urunan" seribuan ... Bagaimana jika 10.000? Tingal kalikan saja...

Supplier Marmer Berkualitas di Indonesia

Mempunyai tempat tinggal dan hunian mewah tentu menjadi idaman setiap orang, selain indah untuk dilihat juga terasa nyaman untuk ditinggali. mempercantik sebuah hunian banyak cara dilakukan oleh setiap orang. agar terlihat wah, biasanya digunakan beragam pernak pernik untuk menghias, seperti batu, keramik, bahkan marmer. Bicara mengenai Marmer, di Indonesia ada sebuah perusahaan bernama Fagetti yang merupakan perusahaan supplier marmer berkualitas yang sudah malang melintang diberbagai proyek besar di banyak kota di Indonesia. Supplier Marmer Berkualitas di Indonesia Sekilas Mengenai Fagetti Didirikan oleh Ferdinand Gumanti, satu-satunya orang di Asia yang menerima gelar "Master of Art Stone" oleh Antica Libera Corporazione Dell'Arte Della Pietra yang bergengsi di Italia, komitmen Fagetti adalah untuk memberikan yang terbaik kepada pelanggan, menyediakan peralatan dengan kualitas terbaik , manufaktur, bahan dan layanan batu. Di pabrik dan gudang seluas 23 hektar di Cibit