Skip to main content

Kelucuan yang Tidak Lucu

Selamat sore prends. Gemana kabar nih?
Yah, saya harap sampeyan lagi adem ayem tak mikirin utang apalagi belepotan nyari mantan kesana kesini. Sudahlah.. Disini saja.. Nyatanya... Nyegerin men! Mbuehehe....

Kelucuan yang tidak lucu. Itulah judul postingan saya kali ini.

Postingan ini terinspirasi dari beberapa kejadian yang menurut saya lucu tapi tidak lucu.

Maksudnya gemana?

Yaaa... Gitu dah!
:)

Sebelumnya saya tegaskan disini bahwa postingan ini tidak ditujukan atau bahkan dimaksudkan untuk menyindir apalagi menghina komunitas tertentu.

Intinya, saya berharap agar anak-anak di negeri ini pada hidup damai tidak saling caci dan gontok-gontokan untuk sesuatu yang justru merugikan diri kita sendiri dan bangsa ini pada umumnya. Bahkan Negara...

Kayaknya gawat inih?

Bisa jadi ;)

Okey, ini saya kasih gambaran sesuatu yang lucu tapi tidak lucu.

Jika di media sosial, Youtube misalnya, ada Ustadz yang sedang berdakwah, kira-kira dakwah itu sebenarnya untuk siapa?

Muslim?
Nasrani?
Hindu?
Buddha?
Konghucu?
atau Komunis?

Jika di media sosial, lagi-lagi Youtube misalnya, ada Pendeta yang sedang berceramah, kira-kira ceramah itu sebenarnya untuk siapa?

Muslim?
Nasrani?
Hindu?
Buddha?
Konghucu?
atau Komunis?

Jika di media sosial, lagi-lagi Youtube misalnya, ada Bhiksu yang sedang berceramah, kira-kira ceramah itu sebenarnya untuk siapa?

Muslim?
Nasrani?
Hindu?
Buddha?
Konghucu?
atau Komunis?

Tidak usah dijawab dengan sebegitu idealis... Santai saja....


Istilah kafir misalnya....
Sepengetahuan saya, masing-masing agama mempunyai istilah yang kurang lebih sama maknanya, hanya berbeda penyebutan. Kebetulan saudara saya kan ada yang Nasrani (Kuliah di seminari malah), dan teman ada yang Buddha bahkan atheis.

Kelucuan yang tidak lucu tentang terminologi kafir ini pun terjadi.

Sekali lagi, semua Agama mempunyai istilah yang maknanya kurang lebih sama.

Anehnya, jika ada masalah kafir, ada tuh komentator yang nggak rela dikatain seperti itu, bahkan mearah-marah di kolom komentar. Padahal jelas-jelas dia non muslim.

Sungguh, media sosial, selain membuat kita pintar, ternyata juga membuat kita membodoh-bodohkan diri sendiri.

Kalau muslim menyebut non muslim kafir, karena itu memang keyakinannya.

Nasrani menyebut orang yang berada diluar agamanya sebagai domba yang tersesat pun sah-sah saja.

Hindu, Buddha ya sama...

Kenapa ini menjadi lucu?

Ini kan ranah keyakinan... Kenapa harus dibawa-bawa dalam ranah sosial bahkan politik...

Kita harus sama-sama rela dikafir-kafirkan atau apalah itu namanya oleh orang yang berbeda Agama dengan kita. Karena itu keyakinan.

Namun membawa ranah keyakinan tersebut bahkan mempermasalahkanya, terlebih masuk ke ranah politik, jadinya lucu ini.


Keyakinan itu kan yakin.

Biar saja orang lain mau bilang apa tentang kita, yang penting adalah tidak merasa paling benar dihadapan semua orang.

Toleransi menjadi kata yang tidak suci lagi saat ini.

Semoga kita tidak terjebak dalam permainan ini.

NKRI harga mati!






Popular posts from this blog

Dream of My Heart

Duhai dewiku yang lembut.... Dengarlah sapaan hatiku.... Masuklah engkau ke tungku asmaraku.... kan kubakar engkau dengan senyum cintaku...... ... ahhh..... Matamu yang sayu, bibirmu yang lembut mengguncang rinduku.... Hoooaaammmhhh……. Aku terbangun dari mimpiku.... Banyumas, 22 Agustus 2011 Dacho Darsono

MENANGGAPI MARAKNYA MINI MARKET

Kurang lebih 10 tahun yang lalu, saya bersama salah satu rekan kerja saya yang berprofesi sebagai guru membicarakan perihal peluang usaha yang sebenarnya masih terbentang luas di negeri ini. Berhubung kami tinggal di kampung, maka kamipun membicarakan peluang-peluang usaha yang bisa kami jalankan di kampung. Nah, waktu itu belum banyak mini market-mini market seperti saat ini. Kemudian timbul ide, kenapa tidak mendirikan mini market saja, bahkan kalau bisa super market? Apa bisa? Lha wong namanya juga ide... Maka dalam ide kami itupun tentu saja sangat bisa untuk mendirikan mini market. Pokok permasalahan awalnya adalah pada dana. Dari mana dananya? Nah lho.... Marilah kita berhitung dengan cara yang bodoh saja.... Hehehe... Misalkan dalam satu kampung ada 3.000 WARGA... lalu setiap warga "urunan" 1.000 rupiah saja, sudah berapa dana yang didapat? 3.000 x 1.000 = 3.000.000 TIGA JUTA RUPIAH Itu baru "urunan" seribuan ... Bagaimana jika 10.000? Tingal kalikan saja...

Supplier Marmer Berkualitas di Indonesia

Mempunyai tempat tinggal dan hunian mewah tentu menjadi idaman setiap orang, selain indah untuk dilihat juga terasa nyaman untuk ditinggali. mempercantik sebuah hunian banyak cara dilakukan oleh setiap orang. agar terlihat wah, biasanya digunakan beragam pernak pernik untuk menghias, seperti batu, keramik, bahkan marmer. Bicara mengenai Marmer, di Indonesia ada sebuah perusahaan bernama Fagetti yang merupakan perusahaan supplier marmer berkualitas yang sudah malang melintang diberbagai proyek besar di banyak kota di Indonesia. Supplier Marmer Berkualitas di Indonesia Sekilas Mengenai Fagetti Didirikan oleh Ferdinand Gumanti, satu-satunya orang di Asia yang menerima gelar "Master of Art Stone" oleh Antica Libera Corporazione Dell'Arte Della Pietra yang bergengsi di Italia, komitmen Fagetti adalah untuk memberikan yang terbaik kepada pelanggan, menyediakan peralatan dengan kualitas terbaik , manufaktur, bahan dan layanan batu. Di pabrik dan gudang seluas 23 hektar di Cibit