Cerita ini terjadi beberapa tahun silam ketika saya belum menikmati sesuatu yang bernama "pernikahan". He he he.
Maghrib yang indah berlalu dengan cepatnya. Sungguh, waktu yang sia-sia jika saya hanya duduk-duduk saja tanpa menikmati untaian ilmu dari kyai saya. Atas kehendak Allah SWT, hari itu saya sholat berjamaah dengan guru yang begitu saya hormati. Dua gelas teh manis dan beberapa nyamikan khas banyumasan ala kadarnya menemani obrolan santai kami. Ya, obrolan. Bagi sebagian orang mungkin obrolan adalah sesuatu yang biasa, tapi bagi saya, ketika obrolan itu melibatkan Beliau guru saya, maka itu menjadi obrolan yang istimewa. Dan berdasarkan pengalaman saya selama ini, hampir tak ada obrolan yang sia-sia ketika berbicara dengan Beliau.
Waktu itu, sedang ramai-ramainya perbincangan tentang berbagai macam aliran dan organisasi dalam Islam selain NU dan Muhammadiyah. Pergerakan mereka yang bisa dikatakan luar biasa mulai membumbui berita-berita di berbagai media massa. Apalagi adanya peristiwa bom Bali yang sangat menohok kaum muslim waktu itu. Sungguh mengasyikkan perbincangan kami.
Pada waktu itu, jujur saja saya marah dan kecewa atas berbagai tindakan yang dilakukan oleh beberapa muslim yang menurut saya tidak mencerminkan "kemuslimannya". Hanya berbeda paham saja, sudah berani mengkafirkan. Hanya berbeda rokaat tarawih saja pada saling menghujat, bahkan sudah ada yang main bunuh segala. Ah !
Menjelang Isya guru saya berkata : " Allah SWT itu Maha Suci, Maha Baik. Ia akan memantulkan kebaikan pada hati siapa saja yang Ia kehendaki. Karena ia Maha Suci, maka kebaikan-Nya pun akan Ia pantulkan pada manusia-manusia yang berhati bersih. Tak peduli ia warga NU, Muhammadiyah, Persis, ataupun lainnya. Jika ia berhati bersih, maka Allah akan memberikan cahaya kebaikan kepada jiwanya. Cahaya yang akan membawa kedamaian, keselamatan, dan ketentraman bukan hanya untuk dirinya saja, melainkan juga semesta alam.
Aja rumangsa paling bener (Jangan merasa paling benar)......."
Subhanallah.