Skip to main content

BERKUNJUNG KE KEDIAMAN SANG MAESTRO, AHMAD TOHARI

Tanggal 22 Oktober 2015 kemarin, merupakan hari bersejarah bagi bangsa ini dan saya pribadi tentunya :)



Berbincang santai bersama sang Budayawan, Kyai Ahmad Tohari... ssttt... saya yg makai batik coklat di pojok itu... manis kan? xixixixi



Bersejarah bagi bangsa ini karena tanggal 22 Oktober tersebut dijadikan sebagai HARI SANTRI. Wuih, keren :) Bersejarah bagi saya pribadi karena di tanggal tersebut (kemarin), saya berkesempatan berkunjung ke kediaman Kyai Ahmad Tohari, sang penulis "Ronggeng Dukuh Paruk."

Dua kali saya kesana dalam hari itu. Yang pertama di pagi hari sekitar jam 7-an. Begitu sampai di rumah Beliau saya melihat Beliau sedang tertidur di ruang tamu. Kebetulan pintu rumah Beliau terbuka lebar. Rumah dengan halaman yang cukup luas disertai beraneka ragam tumbuhan yang lumayan lebat menjadikan suasana di teras rumah Beliau sangat sejuk. Nyaman dan damai. Begitu kesan ketika saya menginjakan kaki saya di depan kediaman Beliau.

Sungguh suatu kesempatan yang langka. Kenapa langka? Karena belum tentu setiap orang bisa langsung bertemu dengan Beliau. Tentu saja mengingat kesibukan Beliau yang menurut saya sih padat. Hehe.

Begitu saya melihat Beliau sedang tertidur,saya mengurungkan niat untuk langsung mengulukan salam atau sekadar mengetuk kecil pintu rumah Beliau yang asri itu. Sengaja saya menemui seorang lelaki setengah baya yang sedang menyapu halaman rumah Beliau. Lelaki setengah baya yang hanya mempunyai satu tangan itu memang sedari saya turun dari sepeda motor sudah memberikan senyuman dan langsung mempersilahkan saya untuk masuk ke kediaman Romo kyai Tohari.

"Nuwun sewu pak mengganggu, kebetulan pak Tohari sedang istirahat. Tampaknya Beliau kelelahan."

"Baru kemarin siang Beliau pulang dari Jerman. Mungkin kelelahan. Ditunggu saja mas!"

Belum selesai saya bicara, lelaki yang sangat sopan tersebut sudah memberikan informasi penting kepada saya :)

Hmmm... ternyata Beliau baru pulang dari Jerman. Saya baru ingat kalau beberapa hari yang lalu memang ada kegiatan yang berhubungan dengan buku di Frankfurt Jerman. Mungkin Beliau mengikuti acara tersebut. Batin saya.

Akhirnya saya menunggu sampai Beliau bangun dengan menimati aneka ragam tanaman di halaman rumah Beliau yang asri.

Tiba-tiba saja Beliau bangun.... Belum sempat menyempurnakan duduk, Beliau menyuruh saya masuk dengan isyarat tangan dan memanggil saya tentunya...

"Sini mas masuk!"

Saya langsung mengulukan salam sembari mencium tangan Beliau...

"Ada keperluan apa mas?"

Kemudian saya langsung mengutarakan maksud kedatangan saya. Namun melihat kondisi Beliau yang nampaknya sedang kelelahan, maka saya pun hanya berbicara secukupnya dan langsung meminta nomor handphone Beliau.

"Maaf mas... saya kemarin baru pulang dari Frankfurt.... Lumayan jauh perjalanannya. Hehe..."

Sangat khas sekali suara tawa Beliau...

"Njih kyai... tadi saya diberitahu sama bapak yang sedang menyapu halaman rumah kyai...." Saya memang memanggil Beliau dengan sebutan Kyai.... Dari dulu :)

"Nanti sore saya kesini lagi kyai... ya kalau diperbolehkan..."

"Tentu saja boleh mas... Sering-seringlah kemari.... Mumpung saya masih hidup dan sehat ... Hehehehe."

"Matur nuwun kyai....."

Akhirnya sorenya saya kembali ke kediaman Beliau bersama mas Hermawan Prasojo dan isteri Beliau...

Lain waktu saya posting "hasil" dari "perbincangan" kecil kami disana...

Jum'atan dulu yuuukkk!

:)

Popular posts from this blog

Dream of My Heart

Duhai dewiku yang lembut.... Dengarlah sapaan hatiku.... Masuklah engkau ke tungku asmaraku.... kan kubakar engkau dengan senyum cintaku...... ... ahhh..... Matamu yang sayu, bibirmu yang lembut mengguncang rinduku.... Hoooaaammmhhh……. Aku terbangun dari mimpiku.... Banyumas, 22 Agustus 2011 Dacho Darsono

MENANGGAPI MARAKNYA MINI MARKET

Kurang lebih 10 tahun yang lalu, saya bersama salah satu rekan kerja saya yang berprofesi sebagai guru membicarakan perihal peluang usaha yang sebenarnya masih terbentang luas di negeri ini. Berhubung kami tinggal di kampung, maka kamipun membicarakan peluang-peluang usaha yang bisa kami jalankan di kampung. Nah, waktu itu belum banyak mini market-mini market seperti saat ini. Kemudian timbul ide, kenapa tidak mendirikan mini market saja, bahkan kalau bisa super market? Apa bisa? Lha wong namanya juga ide... Maka dalam ide kami itupun tentu saja sangat bisa untuk mendirikan mini market. Pokok permasalahan awalnya adalah pada dana. Dari mana dananya? Nah lho.... Marilah kita berhitung dengan cara yang bodoh saja.... Hehehe... Misalkan dalam satu kampung ada 3.000 WARGA... lalu setiap warga "urunan" 1.000 rupiah saja, sudah berapa dana yang didapat? 3.000 x 1.000 = 3.000.000 TIGA JUTA RUPIAH Itu baru "urunan" seribuan ... Bagaimana jika 10.000? Tingal kalikan saja...

Supplier Marmer Berkualitas di Indonesia

Mempunyai tempat tinggal dan hunian mewah tentu menjadi idaman setiap orang, selain indah untuk dilihat juga terasa nyaman untuk ditinggali. mempercantik sebuah hunian banyak cara dilakukan oleh setiap orang. agar terlihat wah, biasanya digunakan beragam pernak pernik untuk menghias, seperti batu, keramik, bahkan marmer. Bicara mengenai Marmer, di Indonesia ada sebuah perusahaan bernama Fagetti yang merupakan perusahaan supplier marmer berkualitas yang sudah malang melintang diberbagai proyek besar di banyak kota di Indonesia. Supplier Marmer Berkualitas di Indonesia Sekilas Mengenai Fagetti Didirikan oleh Ferdinand Gumanti, satu-satunya orang di Asia yang menerima gelar "Master of Art Stone" oleh Antica Libera Corporazione Dell'Arte Della Pietra yang bergengsi di Italia, komitmen Fagetti adalah untuk memberikan yang terbaik kepada pelanggan, menyediakan peralatan dengan kualitas terbaik , manufaktur, bahan dan layanan batu. Di pabrik dan gudang seluas 23 hektar di Cibit