Geger kembali terjadi di kampung Sangga. Kali ini, Tosin, berandal kampung Sangga yang terkenal memiliki ajian welut putih ditemukan tewas bersimbah darah. Mayatnya ditemukan di pinggiran kali Keluk. Mengenaskan! Mungkin begitu kalimat yang tepat untuk menggambarkan keadaan mayat si Tosin.
Bagaimana tidak mengenaskan, kepalanya hancur. Seluruh isi kepala si Tosin keluar berhamburan. Lehernya nyaris putus. Lengan sebelah kirinya hilang. Dan bukan itu saja, alat kelamin si Tosin hilang entah kemana.
Seluruh warga yang penasaran berhamburan menuju tepi kali Keluk. Kali yang membelah desa Sangga menjadi dua dukuh itu memang selalu menyimpan misteri. Dan pagi ini, ditepian kali itu, si Tosin ditemukan tewas secara mengenaskan.
"Kang, apa benar dia si Tosin?"
"Iya Ja. Dia memang Tosin. Gelang yang ia pakai dan tentu saja tatto berbentuk huruf jawa itu tak bisa membohongi kita!"
"Hmmm.... Kira-kira, siapa yang mebunuhnya kang? Atau jangan-jangan...."
"Entahlah Ja... Aku juga bingung. Tosin memang berandal. Dia maling yang selalu lolos dalam setiap buruan. Tapi kali ini... ah, sungguh aneh. Siapa yang bisa membunuhnya? Atau jangan-jangan dia mati sendiri? Hmmmm..."
Suasana semakin ramai saja. Tiba-tiba, dari seberang kali Keluk terlihat lelaki renta menggunakan jubah hitam pekat mendekati mereka. Bukan jubah atau wajah sang lelaki tua itu yang membikin kecut warga yang sedang menyaksikan mayat si Tosin, namun, cara menyeberangi kali itu yang membikin kecut para warga kampung Sangga. Lelaki itu menaiki perahu putih. Perahu yang berjalan sendiri, tanpa bantuan apapun.
Perlahan tapi pasti, lelaki renta itu mulai mendekati kerumunan warga yang sedang mengerubuti mayat si Tosin. Tak satupun kalimat yang keluar dari mulut mereka. Suasana mendadak hening. Dan ditengah keheningan itulah, sang lelaki renta yang menaiki kapal putih itu mengangkat mayat si Tosin. Dimasukkannya mayat si Tosin kedalam perahu putihnya.
Setelah tubuh hancur si Tosin masuk ke perahu, tiba-tiba saja langit di atas desa Sangga berubah hitam. Angin berhembus kencang. Kabut putih mulai menyelimuti sekitar kali Keluk. Bersamaan itu pula, sang lelaki renta bersama perahunya hilang begitu saja. Bak ditelan bumi.
Seluruh warga hanya terperangah. Kali Keluk, kali dengan air yang jernih itu kini berubah merah. Ya, airnya merah. Dan baunya anyir. Anyir seperti darah si Tosin.
"Pergilah kalian! Pergi!"
Suara menggelegar yang muncul dengan tiba-tiba itu menyadarkan warga yang sedari tadi hanya diam. Sontak, mereka lari berhamburan meninggalkan kali Keluk. Kali dengan sejuta misteri. Sampai kini.
Featured Post
Karakteristik Meeting Room yang Sesuai untuk Meeting
Karakteristik Meeting Room - Menjamurnya bisnis startup mendorong bermunculannya perusahaan pelayanan coworking space dan private space. Be...

-
Cinta bukanlah dagangan yang dijajakan di pinggir-pinggir trotoar jalan. Tapi bukan berarti ia tak ada di trotoar-trotoar itu. Ia senantiasa...
-
Sebelumnya penulis telah membahas seberapa penting alexa rank untuk sebuah blog atau website. Dan sekarang kita akan membahas bagaimana cara...
-
Bagi anda yang sedang mengembangkan bisnis dalam skala mikro kecil dan menengah di bidang retail, pengadaan barang ataupun penjualan barang ...