Jujur saya rada malas untuk membicarakan masalah yang bersentuhan dengan politik. Bukan berarti saya anti politik. Bukan! Saya hanya kecewa karena hakikat dari politik itu seakan hilang di negeri ini.
Bagi saya, hakikat politik adalah mensejahterakan manusia dan aneka rupa kehidupan yang menyertai manusia itu sendiri. Ndak tahu menurut kalian politik itu apa. Tapi menurut saya, itulah hakikat dari politik yang sebenarnya.
Politik, yang konon berasal dari bahasa luar sana (ndak tahu bahasa mana... wkwkwkwk), menurut saya adalah sesuatu yang mulia. Ia bukan sesuatu yang kotor. Ibarat pisau, maka ia tergantung pada si pemegang pisau tersebut. Mau digunakan buat ngiris bawang, atau justeru ngiris tangan orang lain. Hiy... ngeri!
Tulisan ini terinpirasi dari berbagai macam kasus yang sedang menjadi pembicaraan orang di negeri ini. Sudah cukup lama. Karena kelamaan itulah akhirnya saya menulis postingan ini. Kasus apakah itu? Kasus KPK dan POLRI. Kok tadi bilangnya berbagai macam kasus? Kan cuma satu. Hmmm, aku bilang berbagai macam kasus, karena banyaknya kasus yang menyertainya.
Tapi bukankah kasus tersebut adalah kasus hukum, bukanlah kasus politik? Ah, bagiku itu hanyalah pepesan kosong belaka. Sama seperti pencuri yang menasihati temannya untuk tidak mencuri. VERDONSEH! :)
Bagi saya selaku rakyat biasa, kasus KPK dan POLRI plus para politisi busuk itu sangat menyedihkan dan juga memalukan. Saling bully diantara mereka menjadi bahan pemberitaan bahkan headline di berbagai macam media. Saling serang dan tinju diantara mereka sungguh-sungguh memilukan. Ketika pukulan tepat mengenai kepala lawannya, lantas lawannya itu jatuh, maka teriakan yes akan bergema dimana-mana. Lucunya, bukan hanya teriakan mereka yang betarung saja yang terdengar, tapi teriakan dari semua orang termasuk media. Benar-benar menyedihkan!
Rasa puas ketika berhasil menjatuhkan lawan terekspos sedemikian rupa dimana-mana. Bukan hanya batin mereka saja yang bertarung yang mengatakan, "Rasain Lu", tapi juga batin-batin yang lain yang menonton mereka diluar ring pertandingan. Bayangkan, hanya penonton!
Sejenak, pandangan manusia tertuju pada kasus itu. Bukan hanya pandangan saja, tapi cacian, makian, hinaan, dan alibi-alibi lain ikut meramaikan kasus tersebut. Sungguh bully membully diantara mereka dan KITA menjadi hal yang seolah-olah biasa saja.
Lantas pertanyaannya, siapakah sesungguhnya musuh diantara kita? Siapakah sesungguhnya yang paling benar diantara kita?
Pertarungan "derby" sesama anak bangsa ini sungguh harus segera dihentikan. Ingatlah, kita sudah miskin, bodoh, dan tak punya apa-apa lagi untuk dibanggakan. Lantas, kenapa kita harus berkelahi dengan anak-anak bangsa sendiri?
Tunggu dulu, tadi kau bilang kita miskin, bodoh, dan tak punya apa-apa lagi, apa maksudmu? Sudahlah, aku tak mau membahas disini. Tapi pertanyaan saya, Apakah Anda sudah merasa menjadi bangsa yang kaya? Jika kaya, apa yang kau punya?
Minyak?
Emas?
Tembaga?
Pasir laut?
Atau mobil-mobil yang berseliweran itu?
Milik kaliankah?
Itu baru beberapa bagian yang aku sebutkan. Bagian yang konon adalah milik kalian, wahai bangsa Nusantara!
Sudahlah, kita sudah beperang (maaf saya ndak mau bilang "kita dijajah") dengan bangsa-bangsa Eropa selama ratusan tahun, dengan Dai Nipon 3,5 tahun. Dan sampai sekarang pun kita masih berperang melawan hegemoni-hegemoni kekuasaan jahat yang tidak rela agar bangsa nusantara ini menjadi bangsa yang makmur. Marilah kita sudahi "permusuhan" ini. Lihatlah di depan sana, masih banyak "musuh-musuh" lainnya yang membelenggu kita. Sudahlah..... Kita sudah terlalu capek untuk bertengkar dengan saudara sendiri. Ingatlah, masih ada anak cucu kita yang harus kita besarkan menjadi manusia-manusia merdeka. Malulah pada mereka! Malulah!
Dan ingatlah....... Ketika kematian itu tiba, apakah engkau mengira tidak ada pertanggungan jawab atasnya?
Nb. Sorry guys, gue udah gak tahan buat ngelanjutin ini tulisan :(
Monday, February 9, 2015
SELAMAT SIANG CINTA
Selamat siang cinta.....
Sama seperti hari kemarin, aku masih mengais sisa-sisa rindu yang mulai pudar termakan zaman. Entahlah, mungkin aku sudah bosan dengan ketiadaanmu yang selalu menghardik batinku. Disini, sepuluh tahun yang lalu, aku memberimu sepasang mawar merah. Sepasang mawar yang mengoyak seluruh jasadku sampai habis. Sepasang mawar yang membunuh cintaku dengan angkuhnya.
Suasana taman itu masih seperti dulu. Hanya ada bougenville yang terlihat semarak dari balik gubuk ini. Sementara burung-burung manyar yang selalu bernyanyi di tepi kolam itu kini tinggal guratan semu. Tak ada lagi nyanyian merdunya. Sama seperti diriku, kehilangan kemerduan wajahmu.
Aku masih disini cinta. Sekadar menatap taman dan kolam yang mulai mengering itu. Ah, mengering di musim hujan. Sungguh mencengangkan!
Cinta.... Masih sama seperti dulu. Aku masih bersandar di pohon mahoni di depan gubuk ini. Seakan ada dirimu disampingku. Ah, sungguh menyakitkan!
Upz, seorang anak kecil bermain balon di samping kolam itu. Seorang wanita cantik berkerudung jingga menemani anak itu. Wanita cantik yang sepertinya tak asing bagi diriku. Ah, dia.....
Lantas, bagaimana aku harus mengubur mimpiku yang kelam itu, sedangkan wajahmu selalu memburu setiap desahan nafasku. Ough... membuncah sudah.
Sama seperti hari kemarin, aku masih mengais sisa-sisa rindu yang mulai pudar termakan zaman. Entahlah, mungkin aku sudah bosan dengan ketiadaanmu yang selalu menghardik batinku. Disini, sepuluh tahun yang lalu, aku memberimu sepasang mawar merah. Sepasang mawar yang mengoyak seluruh jasadku sampai habis. Sepasang mawar yang membunuh cintaku dengan angkuhnya.
Suasana taman itu masih seperti dulu. Hanya ada bougenville yang terlihat semarak dari balik gubuk ini. Sementara burung-burung manyar yang selalu bernyanyi di tepi kolam itu kini tinggal guratan semu. Tak ada lagi nyanyian merdunya. Sama seperti diriku, kehilangan kemerduan wajahmu.
Aku masih disini cinta. Sekadar menatap taman dan kolam yang mulai mengering itu. Ah, mengering di musim hujan. Sungguh mencengangkan!
Cinta.... Masih sama seperti dulu. Aku masih bersandar di pohon mahoni di depan gubuk ini. Seakan ada dirimu disampingku. Ah, sungguh menyakitkan!
Upz, seorang anak kecil bermain balon di samping kolam itu. Seorang wanita cantik berkerudung jingga menemani anak itu. Wanita cantik yang sepertinya tak asing bagi diriku. Ah, dia.....
Lantas, bagaimana aku harus mengubur mimpiku yang kelam itu, sedangkan wajahmu selalu memburu setiap desahan nafasku. Ough... membuncah sudah.
Sunday, February 8, 2015
TAK ADA LAGI JALAN KECIL DI JALAN ITU
Masih berkisah tentang masa-masa SMA ku dulu. Hmm, entah kenapa beberapa hari ini aku terngiang masa laluku tempo dulu, especially masa-masa sewaktu masih SMA dulu.
Aku beri tahu kepada kalian, dulu di depan SMA ku ada jalan yang begitu rindang. Kenapa rindang? Karena berderet pepohonan. Rapi, dari arah barat menuju ke timur. Jika kalian tinggal di Purwokerto, atau mungkin pernah menyambangi kota itu, aku yakin tak akan asing dengan nama jalan ini. Jalan Dr. Angka.
Ya, di jalan Dr. Angka inilah SMA ku berada. Dulu, dari arah barat ke timur, sampai ke perempatan Rumah Sakit DKT (sekarang sudah ada juga Hotel Aston), jalan itu terbagi menjadi tiga. Satu jalan raya besar, dan dua jalan raya kecil. Seingatku, jalan raya yang berada di tengah, digunakan untuk kendaraan-kendaraan besar dan sepeda motor. Sedangkan jalan yang kecil, jalan yang berada di sisi kanan dan kiri jalan besar digunakan untuk sepeda onthel dan becak.
Jalan-jalan kecil itu dibatasi oleh semacam trotoar, namun ditanami pohon dan aneka tanaman hias. Indah dan teduh. Sebelum aku indekost, aku biasa nungguin angkot I2 ataupun I1 menuju terminal Purwokerto.
Setelah aku indekost, aku terbiasa jalan pagi di jalan kecil itu. Bukan sembarang jalan-jalan, tapi jalan-jalan mencari sarapan. Hehehe.
Namun, seiring dengan pesatnya pembangunan, jalan-jalan yang kecil itu dihilangkan. Alhasil, jalan Dr. Angka semakin lebar. Satu sisi aku senang, mengingat banyaknya volume kendaraan yang semakin meningkat. Dengan dilebarkannya jalan tersebut, secara otomatis memudahkan pengguna jalan raya selama berlalu lintas. Namun, sisi lainnya, sisi yang tak bisa lepas dari sejarah hidupku adalah hilangnya berbagai kenangan indah dan pahit tentunya, di jalan-jalan kecil itu.
Jalan kecil itu adalah saksi bisu ketika aku menunggu angkot. Jalan kecil dengan pohon rindang itu adalah saksi bisu ketika saban hari Selasa dan Kamis aku belatih karate di SMA 4 Purwokerto. Jalan coy! Maklum waktu itu masih kere. Belum punya sepeda yang ada mesinnya. Wehehe. Jalan kecil itu adalah juga saksi bisuku ketika setiap malam tertentu aku bisa menikmati wajahnya yang ayu :)
Dan masih banyak lagi kenangan di sepanjang jalan itu. Termasuk melihat salah satu temanku yang dikejar-kejar wanita penghibur gara-gara temanku itu menghina sang wanita yang berprofesi sebagai penghibur di salah satu tempat hiburan malam yang kebetulan juga berada di jalur jalan itu. Hahaha.
Sudahlah. Sebenarnya aku masih ingin banyak bercerita perihal jalan kecil di jalan raya itu. Namun mataku tampaknya sudah terkontaminasi virus ngantuk. Hehehe.
Oh ya, sekedar pertanyaan kecil sebelum aku menyudahi tulisan ini. Kira-kira nasib mobil Esemka pegimane ye?
Salam MOBNAS ;)
Aku beri tahu kepada kalian, dulu di depan SMA ku ada jalan yang begitu rindang. Kenapa rindang? Karena berderet pepohonan. Rapi, dari arah barat menuju ke timur. Jika kalian tinggal di Purwokerto, atau mungkin pernah menyambangi kota itu, aku yakin tak akan asing dengan nama jalan ini. Jalan Dr. Angka.
Ya, di jalan Dr. Angka inilah SMA ku berada. Dulu, dari arah barat ke timur, sampai ke perempatan Rumah Sakit DKT (sekarang sudah ada juga Hotel Aston), jalan itu terbagi menjadi tiga. Satu jalan raya besar, dan dua jalan raya kecil. Seingatku, jalan raya yang berada di tengah, digunakan untuk kendaraan-kendaraan besar dan sepeda motor. Sedangkan jalan yang kecil, jalan yang berada di sisi kanan dan kiri jalan besar digunakan untuk sepeda onthel dan becak.
Jalan-jalan kecil itu dibatasi oleh semacam trotoar, namun ditanami pohon dan aneka tanaman hias. Indah dan teduh. Sebelum aku indekost, aku biasa nungguin angkot I2 ataupun I1 menuju terminal Purwokerto.
Setelah aku indekost, aku terbiasa jalan pagi di jalan kecil itu. Bukan sembarang jalan-jalan, tapi jalan-jalan mencari sarapan. Hehehe.
Namun, seiring dengan pesatnya pembangunan, jalan-jalan yang kecil itu dihilangkan. Alhasil, jalan Dr. Angka semakin lebar. Satu sisi aku senang, mengingat banyaknya volume kendaraan yang semakin meningkat. Dengan dilebarkannya jalan tersebut, secara otomatis memudahkan pengguna jalan raya selama berlalu lintas. Namun, sisi lainnya, sisi yang tak bisa lepas dari sejarah hidupku adalah hilangnya berbagai kenangan indah dan pahit tentunya, di jalan-jalan kecil itu.
Jalan kecil itu adalah saksi bisu ketika aku menunggu angkot. Jalan kecil dengan pohon rindang itu adalah saksi bisu ketika saban hari Selasa dan Kamis aku belatih karate di SMA 4 Purwokerto. Jalan coy! Maklum waktu itu masih kere. Belum punya sepeda yang ada mesinnya. Wehehe. Jalan kecil itu adalah juga saksi bisuku ketika setiap malam tertentu aku bisa menikmati wajahnya yang ayu :)
Dan masih banyak lagi kenangan di sepanjang jalan itu. Termasuk melihat salah satu temanku yang dikejar-kejar wanita penghibur gara-gara temanku itu menghina sang wanita yang berprofesi sebagai penghibur di salah satu tempat hiburan malam yang kebetulan juga berada di jalur jalan itu. Hahaha.
Sudahlah. Sebenarnya aku masih ingin banyak bercerita perihal jalan kecil di jalan raya itu. Namun mataku tampaknya sudah terkontaminasi virus ngantuk. Hehehe.
Oh ya, sekedar pertanyaan kecil sebelum aku menyudahi tulisan ini. Kira-kira nasib mobil Esemka pegimane ye?
Salam MOBNAS ;)
Saturday, February 7, 2015
A LETTER OF LOVE
Kasih.... apa yang kau lakukan malam ini untuk mengenangku? Membaca puisiku? atau hanya sekedar menyebut namaku di hatimu? Jadi ingat ketika masih SMA dulu. Malam menjelang pagi seperti ini, aku masih mengeja sedikit demi sedikit namamu. Sembari mendengarkan surat-surat cinta yang biasa dibacakan oleh penyiar favoritku di radio itu. Radio gaulnya anak muda masa itu. Ah, sungguh indah. Apalagi setelah pembacaan surat cinta itu selesai, biasanya langsung diputarkan lagu yang pas sekali dengan isi surat cinta itu. Oh syahdunya.
Kasih... Jujur, untuk mengingat namamu saja aku susah. Bukan karena aku melupakanmu ataupun membenci setiap pertemuan yang terjadi saat ini, bukan! Bukan itu!
Aku hanya ingin mengenang yang indah-indah saja. Hanya itu sebenarnya. Tapi entah mengapa ketika aku teringat wajahmu, rautan-rautan kepedihan itu muncul begitu saja. Rautan yang masih tertanam hingga sekarang. Kasih.... Itulah sebabnya aku mulai tak berdaya ketika mencoba mengeja namamu, huruf demi huruf.
Kasih.... Apa yang akan kau lakukan ketika kau membaca tulisan sederhanaku ini? Aku berharap, ada sedikit cahaya kebahagiaan walau sesaat. Bukankah kebahagiaan yang kita miliki hanya sesaat?
Selamat malam kasih.... Selamat malam cinta.... Semoga rembulan di awan sana menceritakan kegundahanku pada dirimu.
Kasih... Jujur, untuk mengingat namamu saja aku susah. Bukan karena aku melupakanmu ataupun membenci setiap pertemuan yang terjadi saat ini, bukan! Bukan itu!
Aku hanya ingin mengenang yang indah-indah saja. Hanya itu sebenarnya. Tapi entah mengapa ketika aku teringat wajahmu, rautan-rautan kepedihan itu muncul begitu saja. Rautan yang masih tertanam hingga sekarang. Kasih.... Itulah sebabnya aku mulai tak berdaya ketika mencoba mengeja namamu, huruf demi huruf.
Kasih.... Apa yang akan kau lakukan ketika kau membaca tulisan sederhanaku ini? Aku berharap, ada sedikit cahaya kebahagiaan walau sesaat. Bukankah kebahagiaan yang kita miliki hanya sesaat?
Selamat malam kasih.... Selamat malam cinta.... Semoga rembulan di awan sana menceritakan kegundahanku pada dirimu.
REAL MADRID, AKHIRNYA MALAM INI KAU DIPECUNDANGI
Malam Minggu ini tak seperti biasanya tivi di rumahku kurang ada peminatnya. Hehehe. Biasanya untuk sekedar nonton acara favoritku, aku harus nunggu para tivi junkies di rumahku ini untuk menyelesaikan hajat mereka. Ya apalagi kalau bukan menunggu acara mereka selesai. Biasanya siih pilem-pilem Indiahe. Wkwkwkwkwk.
Tapi tidak malam ini. Mungkin mereka capek sehingga tivi yang biasanya mereka tonton justru sekarang kebalikannya. Tivi yang pada nonton mereka. Alhasil akupun dengan leluasa pencat-pencet remote buat nyari acara yang menurutku bagus.
Wuih ada bola, sepak bola maksudku. Liga Inggris dan Liga Spanyol. Dengan antusias dan tanpa jampi-jampi mantra segera kupilih untuk menonton pertandingan sepakbola liga Spanyol. Derby Madrid. Real Madrid versus Atletico Madrid.
Dengan sederet pemain bintang yang konon sangat mahal banderol mereka, ternyata sampai tulisan ini diterbitkan, Real Madrid sudah dipecundangi empat kosong (4-0) oleh Atletico. Wualah......................... Gemana jantung kalian? Ga begitu ambrol kan mendengar kekalahan si Putih? Hehehehe.
Tapi tenang saja, walaupun Real Madrid dipecundangi malam ini, tapi dia masih bertengger pada deretan atas klasemen sementara. Untuk fans Real Madrid, sing sabar ya? :) Belande masih jauh no! Wkwkwkwk.......
Tapi tidak malam ini. Mungkin mereka capek sehingga tivi yang biasanya mereka tonton justru sekarang kebalikannya. Tivi yang pada nonton mereka. Alhasil akupun dengan leluasa pencat-pencet remote buat nyari acara yang menurutku bagus.
Wuih ada bola, sepak bola maksudku. Liga Inggris dan Liga Spanyol. Dengan antusias dan tanpa jampi-jampi mantra segera kupilih untuk menonton pertandingan sepakbola liga Spanyol. Derby Madrid. Real Madrid versus Atletico Madrid.
Dengan sederet pemain bintang yang konon sangat mahal banderol mereka, ternyata sampai tulisan ini diterbitkan, Real Madrid sudah dipecundangi empat kosong (4-0) oleh Atletico. Wualah......................... Gemana jantung kalian? Ga begitu ambrol kan mendengar kekalahan si Putih? Hehehehe.
Tapi tenang saja, walaupun Real Madrid dipecundangi malam ini, tapi dia masih bertengger pada deretan atas klasemen sementara. Untuk fans Real Madrid, sing sabar ya? :) Belande masih jauh no! Wkwkwkwk.......
Friday, January 23, 2015
Plisss..... Jangan Kau Nyanyikan Lagi Lagu Nina Bobo Itu
Nina bobo
Ooh Nina bobo
Kalau tidak bobo digigit nyamuk
===================================================
Siapa sih yang tak kenal lagu tersebut? Jika ada yang belum kenal, silahkan kalian kenalan lebih dahulu. Cocok ya syukur, kalau ndak cocok ya sahabatan saja. Wkwkwkwk. #comblang kaleee :)
Tadinya bingung mau posting apa, eh pas semalam bidadariku nyanyi lagu "Nina Bobo" tiba-tiba munculah sesuatu yang sudah lama tak cari-cari. Ee siapa dia? Ide. Yupz, dari nyanyian tersebut munculah ide untuk postinganku kali ini. Ide ini muncul ketika tiba-tiba saja naluri kabapakanku tidak terima dengan baris terakhir dari lagu tersebut. Wah sok kebapakan banget sih lu son. Son son.. Wehehehe...
Kalau tidak bobo digigit nyamuk. Nah ini dia bagian terakhir dari lagu Nina Bobo itu yang menyentuh relung hatiku yang terdalam. #lebayyyyy
Lebay? Mungkin saja! Tapi coba ulang-ulang bait tersebut sembari bernyanyi. Bukan hanya dimulut sahaja, tapi cobalah untuk diresapi. Mari kita nyanyikan bersama-sama. Satu dua tiga! Oh ya ingat ya, berulang-ulang!
Masih belum ngeh juga? Baiklah. Kita bikin mudah. Yang punya nama Nina ada ndak? Coba ngacung! Oh ndak ada....
Baiklah, kalau ndak ada, aku tanya lagi. Yang punya adik atau kakak yang bernama Nina ada ndak? Atau yang punya anak yang bernama Nina mungkin. Ada ndak? Hayooo Ngaku!
Baiklah, jika kamu namanya Nina, jika ada saudara kamu atau mungkin buah hati kalian yang bernama Nina, kira-kira kalian sedih ndak dido'akan seperti itu? Seperti apa? Ya itu... Kalau tidak bobo digigit nyamuk. Ah, itu kan lagu mas bukan do'a?.
Okey... okey.... Kalau kamu masih ndak apa-apa alias rapopo dengan nyanyian itu ya ndak papa. It's okey :) Tapi, pernah ndak dengar seseorang atau pernah baca ungkapan seperti ini : PERKATAAN ADALAH DO'A. Wah....
Kalau pernah maka kamu wajib takut dengan lagu yang didendangkan itu. Itu lagu mas, bukan perkataan. Terserahlah.... Wong aku juga ndak maksa-maksa kamu amat untuk patuh pada tulisanku ini. Wehehehe....
Tapi keinginanku untuk menulis ini, selain ide yang muncul semalam, aku juga ingat salah satu nasihat guruku (Semoga Allah SWT merahmati Beliau). Beliau berpesan kepadaku, "Dalam sehari semalam yang 24 jam itu, ada saat-saat dimana malaikat mengaminkan ucapanmu. Kita tidak tahu kapan tepatnya waktu itu. Oleh karena itu, cobalah untuk selalu berusaha berkata-kata yang baik dalam hidupmu. Sehingga kalimat "amin" yang dilafadzkan oleh malaikat itu senantiasa berupa doa'-do'a kebaikan, bukan sebaliknya."
Hmmm.... Jadi merenung. Seandainya Nina itu adalah anakku dan semalaman ia tidak tidur, maka seluruh badannya akan bentol-bentol digigit nyamuk. Jika nyamuk itu membawa penyakit bagaimana?
Ah, mungkin terlalu lebay. Tapi setidaknya aku punya pengalaman sendiri tentang makna sebuah ucapan. Kisah ini aku dapatkan dari almarhum ayahku terkasih.
Dulu, waktu sepupuku masih tinggal di kampung ia suka sekali mandi di irigasi. Saking seringnya mandi disana, ibunya marah. Bahkan terlontar perkataan seperti ini, "Mandi terus sana di irigasi. Nanti hidupmupun akan berakhir di air." Selang beberapa tahun kemudian, keluarga sepupuku pindah ke luar jawa. Disanalah, tepatnya di suatu pantai di daerah tempat tinggalnya yang baru, sepupuku itu menghembuskan nafas terakhirnya. Ia tewas digulung ombak. Anehnya, waktu itu ia bersama temannya di pantai. Konon ia dan temannya hanya cuci muka, namun hanya ia seorang yang terbawa gelombang ombak di pantai itu :(
Baiklah, mulai sekarang plisss dech kita ganti nyanyian lagu Nina Bobo dengan lagu-lagu lainnya. Syukur sholawat ataupun lagu-lagu keagamaan yang lain. Kenapa? Kasihan si Nina :)
Sajak Siang
Mentari merona dengan angkuhnya
sementara garis-garis cakrawala berjajar rapi membangun anyaman sang siang
Aduhai kenari...
Tolong panggilkan merpati kemari
mendekap bumi
Menghentak ribuan caci yang tiada henti
dari balik jeruji hati yang slalu menanti.....
diri.....
sementara garis-garis cakrawala berjajar rapi membangun anyaman sang siang
Aduhai kenari...
Tolong panggilkan merpati kemari
mendekap bumi
Menghentak ribuan caci yang tiada henti
dari balik jeruji hati yang slalu menanti.....
diri.....
Subscribe to:
Posts (Atom)
Featured Post
Karakteristik Meeting Room yang Sesuai untuk Meeting
Karakteristik Meeting Room - Menjamurnya bisnis startup mendorong bermunculannya perusahaan pelayanan coworking space dan private space. Be...

-
Cinta bukanlah dagangan yang dijajakan di pinggir-pinggir trotoar jalan. Tapi bukan berarti ia tak ada di trotoar-trotoar itu. Ia senantiasa...
-
Sebelumnya penulis telah membahas seberapa penting alexa rank untuk sebuah blog atau website. Dan sekarang kita akan membahas bagaimana cara...
-
Bagi anda yang sedang mengembangkan bisnis dalam skala mikro kecil dan menengah di bidang retail, pengadaan barang ataupun penjualan barang ...