Wednesday, March 11, 2015

3 CARA DAHSYAT UNTUK MENYAMPAIKAN PERASAAN CINTA KAMU



Tidak semua orang berani untuk mengungkapkan rasa cintanya kepada orang yang disayangi. Setidaknya butuh keberanian untuk mengungkapkan perasaan ini. Keberanian yang dimaksud bukan hanya keberanian untuk mengatakannya secara langsung, tapi juga keberanian untuk menerima “penolakan”. Nah lo!

Bagi yang pernah ditolak, saya yakin sakit sekali rasanya!

*Sakitnya tuh disini (pegang bibir kamu yang dower itu) wkwkkwk...



Don’t worry be trasi. Bagi kalian yang belum berani untuk menyatakan cinta secara langsung pada si jantung hati, berikut lima cara yang bisa kamu gunakan untuk ngungkapin isi hati kamu kepada orang yang kamu sayangi. Lima cara ini didapat dari persemedian yang panjang tanpa melibatkan lembaga survei manapun, apalagi lembaga survei abal-abal yang telah terbukti ngawur quick qountnya.

Cekidot!

Cara pertama, Lewat “kurir”. Carilah orang yang dekat dengannya. Dan perlu diingat juga, orang yang dekat dengannya adalah orang yang bisa kamu percayai. Kalau tidak bisa berabe. Nanti terjadi apa yang diistilahkan sebagai pagar makan rambutan. Ih ngeri kan ? Melalui orang inilah kamu sampaikan perasaan kamu kepadanya.

Cara kedua, Lewat “alat” modern. Bisa lewat Handphone, SMS, BBM, twitter, fesbuk dan lainnya yang masih memiliki hubungan saudara dengannya. Jika ingin kembali ke masa lalu, tulislah surat, dijamin pegel tuh tangan kamu. Wkwkwwkk. Sampaikan isi hati kamu, perasaan cinta kamu melalui media-media tadi. So swittttttttttt  ;)

Cara ketiga, cari si Doraemon. Jika kamu cowok, mintalah pada Doraemon untuk mengubah wajahmu menjadi seperti Al Ghazali putranya Bapak Ahmad Dhani. Jika kamu cewek, mintalah wajah kamu diubah menjadi miss universe tahun 1945. Setelah wajah kalian sudah berubah, langsung dech kamu nyari wartawan, trus kamu minta dijadiin headline ditempat wartawan itu bekerja dengan judul AKU MENCINTAIMU DUHAI SAYANGKU.

Gemana ? Mak nyoss kan ? wehehehe...

Sekian bimbingan teknis dari saya. Jika ada yang tersenyum sendiri-sendiri, cobalah untuk berhati-hati...

* Jaga otak kamu!

COBA CEK HATI KAMU, LAGI JATUH CINTA APA TIDAK!

“Jatuh cinta berjuta rasanya.....”  Begitu potongan sebuah lagu lama yang mungkin pernah kamu dengar di waktu kamu masih kecil dulu. Oh ya, untuk mengecek apakah kamu sedang jatuh cinta pada seseorang atau tidak, coba dech jawab 5 pertanyaan berikut ini!

(* Inget, ga boleh contek-contekkan! Kalau ada yang ketahuan mencontek, tak kasih hukuman nyariin upil di hidung teman kamu... weh!)

Berikut 7 pertanyaan ajaib yang harus kamu jawab :

  1. Apa perasaan kamu ketika kamu mendengar nama orang yang kamu kagumi? jawab “Ya” jika senang. Jawab “Tidak” jika kamu tak senang!

  2. Apakah kamu senantiasa ingat pada orang yang kamu kagumi itu?

  3. Apakah kamu ingin selalu bertemu dengan orang itu?

  4. Apakah kamu selalu berusaha untuk mengetahui aktivitas dari kegiatan orang yang kamu kagumi itu? Misalnya saja kamu ngecekin twitter atau facebook nya.

  5. Apakah kamu sering memulai berkomunikasi untuk berhubungan dengan dia? Misalnya saja BBM, chatting, sms, atau telepon.

  6. Apakah kamu merasa cemburu atau bahkan sakit hati ketika mendengar nama orang yang kamu kagumi itu sedang didekati oleh orang lain?

  7. Apakah kamu senang jika ia menelpon atau BBM kamu?

Hmm, jika jawaban dari tujuh pertanyaan itu adalah “YA” kemungkinan besar kamu sedang mulai jatuh cinta pada seseorang yang kamu kagumi tersebut. #jlepp!

Saran saya, cobalah untuk mengatakan perasaan kamu yang sebenarnya. Jika kamu belum berani atau  tidak berani untuk mengucapkannya, kamu bisa menggunakan beberapa cara untuk menyampaikan perasaan cinta kamu. Silahkan kalian baca 5 cara menyampaikan perasaan cinta kepada seseorang yang kamu sayangi.

Ingat, cinta yang diterima bukan terjadi karena hanya niat, tapi juga karena kesempatan.

Waspadalah..... waspadalah!

*Sambil nutupin jidat

Monday, March 9, 2015

Menulis Lagi

Alhamdulillah bisa corat-coret di blog ini lagi setelah hampir dua minggu tidak posting. Kenapa boy? Sakit coy!

Yupz, sakit. Sebenarnya dua minggu kemarin sudah mulai terasa sakit. Bahkan ada satu hari yang kosong di dua minggu yang lalu. Kosong gemana maksudnya? Ilang? Hari kok ilang? Mbuehehe. Kosong tidak masuk kerja maksudku. #salto

Minggu yang lalu lebih manis lagi. Dari Selasa sampai Sabtu (Ahad juga tentunya), tidak beraktivitas termasuk menulis di berbagai sosial media. Jangankan menulis, mau buka di hape saja rasanya berat banget. Alhasil, hanya tiduran di kamar sederhana sembari meratapi nasib. Wekeekekek....

Padahal aku sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti beberapa GA yang sedang diadakan sama teman-teman blogger. Tapi mau gemana lagi, akhirnya aku tidak bisa mengikutinya. Huhuhuhu.... Maapin yah teman-teman :(

Hari ini, walau masih sedikit pusing, kuberanikan diri memberangkatkan badan ini ke tempat kerja. Sembilan puluh kilometer pulang pergi adalah jarak yang lumayan melelahkan. Belum lagi sekarang, kendaraan sudah berjibun. Mulai dari roda satu sampai tak beroda... Nah lho! Jadi, jangan pernah bilang kalau warga negara Indonesia itu miskin yah? hikz :)

Oh ya ngomong-ngomong penyakitnya apa sih boy? Kok bisa sampai lama kek gitu? Panu, kadas, kudis, atau sakit hati? mbuehehehe.

Cuman sakit kepala sih. Tapi ya itu, ada demamnya, ada pileknya, ada menggigil-menggigilnya,  mual-mualnya, ada muntah-muntahnya, bahkan perut ini ndak mau dikasih makanan, eh nasi. Alhasil hampir satu minggu cuman minum air doang wang wang wang :)

Mengesankan :)

Semoga tak terulang lagi di masa-masa yang akan datang....

Saturday, February 28, 2015

PERHATIAN : JOMBLO DILARANG PACARAN!

Saya itu heran sama beberapa teman yang sampai saat ini masih membujang. Tentu saja teman seangkatan maupun teman seangkutan. Eh... wortel kali diangkut-angkut :) Diatas angkatan saya tentunya. Bagaimana ndak heran, lah wong usianya saja pada di atas 30 an (Masih imut kan) tapi pada belom kawin juga.   #lemparinCangkul. Mbuehehehe...

Saya dulu bercita-cita untuk kawin, eh nikah dibawah usia 30-an. Alhamdulillah seiring detak jam dinding berbunyi, kesampean juga. MERDEKAAA!!!

Keheranan saya bertumpuk manakala melihat teman-teman saya itu sudah pada bekerja. Bahkan secara penghasilan, gaji mereka melebihi gaji saya. Ya bagaimana lagi, wong gaji saya di bawah UMR kok. Mbuehehehehe....

Seharusnya mereka harus lebih berani untuk menikah dibanding saya dulu. Iya nggak bro?

Tapi tunggu dulu, bisa jadi mereka belum menikah karena faktor lain. Apa itu? Ya ndak tahu lah. Memang ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan untuk menikah. Bukan sekadar duit! Bisa jadi kesiapan mental, orang tua, dan ada  jodohnya terutama. Hihihihihi....

Namun dari pengalamanku dan pengalaman beberapa temanku yang biasa curcolcurcolan denganku, salah satu cobaan bagi mereka yang mau melangsungkan pernikahan biasanya adalah modal. Ya maklumlah saya termasuk tipe pria yang suka ini suka itu semasa lajangnya.  #ketahuan Belangnya, eh borosnya ;)

Tapi secara umum, kebanyakan masalah yang lumayan bikin pusing alias mumeti ya  itu itu.... MODAL. Oleh karena itu saran saya yang sudah jadi orang tua (wehehehehe), rajin-rajinlah menabung, terutama emas.

Dan buat yang masih jomblo, DILARANG PACARAN! Segera saja MENIKAH!

Jika ada kendala dengan modal, silahkan hubungi saya. Nanti saya kasih alamat bank di kota-kota sampeyan.... Ben ngutang nang kana......

Wahahahaha............

Ngapain Ngeblog?

Eng ing ooong.......

Dengan penuh keringat dan berlimbahkan air liur, akhirnya bisa ngeblog lagi ini. Mbuehehhee...

Ngemeng-ngemeng kemane aje mas, kok hari  gini baru nongol? Ya biasalah lelaki sibuk. Ngurus ini ngurus itu. Ninggalin ini ninggalin itu. Nyuekin sini nyuekin situ. Pergi ke negara ini ke negara itu (bo 'ong bingit). Pokoknya ada-ada saja yang  tidak dikerjakan. Akhirnya ya blognya zooooonk. Karena jarang ngeblog alias ngeposting di blog ini. Mbuehehehe.  #lemparSendal

Kadang saya mikir, sebenarnya apa sih yang saya inginkan dengan ngeblog ini. Duit? Belum dapet banyak. Ketenaran? Belum tenar juga. Buktinya sampai saat ini belum banyak yang tahu nomor sepatu saya. Apalagi wajah imutku. Jauuuh. #tiarap

Lalu (lintas) apa ya sebenarnya yang dicari dengan ngeblog seperti ini? Coba aja sampeyan bayangin. Udah cakep kek gini, dandannya rapi, belum makan siang pula, gajian tinggal sedikit, anak masih basata (bawah satu tahun brooo), kerjaan masih berjubel, eh sempat-sempatnya ngeblog. Bukankah ngeblog itu butuh inspirasi. Butuh pikiran. Emangnya sampeyan, copas-copas melulu. Mbuehehehehe.....   #kabur

Jadi sebenarnya apa ya yang sedang saya cari dalam dunia blogging ini?

Pertanyaan yang cukup merisaukan hati isteri, eh hati ini. Saya yakin, sampeyan-sampeyan yang ngeblog juga punya alasan mengapa kok seneng banget ngeblog. Ngapain ngeblog? Saya yakin pertanyaan itu pernah terbang rendah di hati sampeyan-sampeyan pada. Dan jawabannya sayapun meyakini akan berbeda-beda.

So, ngapain ngeblog?

Nb. Pertanyaan diatas nggak USAH dijawab. Karena sudah diketahui oleh TUHAN YANG MAHA KUASA.......

Mbuehehehehhe................

Wednesday, February 18, 2015

THANKS FOR THE MEMORIES

Aku tak tahu, apa lagi yang harus aku lakukan setelah melepasmu pergi. Dahan cemara masih basah waktu itu. Sementara dedaunan limau masih menunggui embun dengan cantiknya. Oh sungguh mengharukan. Tak terasa butiran air jernih menetes di pipi mungilku. Sekali lagi, apa yang harus aku lakukan setelah aku melepas kepergianmu?

Bukit di utara sana berdiri dengan tegarnya. Ingin sekali aku menirunya. Tapi.... bisakah aku?

Seperti merpati yang kehilangan satu sayapnya, begitulah gambaran jiwaku waktu itu. Perlahan namun pasti, kau bunuh sisa-sisa rindu yang terkadang masih menyapaku. Begitu kejamkah dirimu? Dan untuk kesekian kalinya, apa yang harus aku lakukan setelah melepas kepergianmu?

Lukisan wanita yang berjudul "Violet" itu masih menempel di dinding kamarku. Lukisan yang kau berikan sepuluh tahun yang lalu. Lukisan yang kau buat sendiri dengan jari-jari indahmu itu. Masih ingatkah kamu?

Sepasang sapu tangan dengan bordir "hati" ditengahya masih kulihat di almari pakaianku. Sapu tangan yang dulu kau beli dengan keringatmu sendiri. Sapu tangan yang memikat hati siapa saja yang melihatnya. Masih ingatkah kamu?

Sementara di sisi ruangan lain di rumahku, masih saja kulihat bonsai indah yang mulai mengering. Bonsai yang kau bawa sendiri dengan sepeda motor bututmu yang dulu. Masih ingatkah kamu?

Setiap pagi, kicauan kenari masih terdengar dari rumah sebelah. Kicauan yang dulu kau banggakan dengan segenap perkataan manismu. Masih ingatkah kamu?

Ah, terlalu banyak hal yang semestinya aku buang jauh ke telaga sana. Apalagi sekarang, ketika aku melihatmu dipelaminan itu. Pelaminan yang dulu kau harapkan, sekarang terkabul jua. Hanya satu yang membuatku terluka. Sangat terluka.....

Aku...... tak ada disampingnya.

Tuesday, February 17, 2015

BACK TO CAMPUS

Bagi beberapa orang, dapat menikmati bangku kuliah adalah hal yang mudah dan biasa. Mereka yang mampu secara finansial dan kemauan tentunya, pasti dapat merasakan indahnya berburu ilmu di universitas yang mereka kehendaki. Namun tidak bagi saya. Mimpi untuk dapat mengecap ilmu di bangku kuliah baru saya dapatkan setelah delapan tahun lulus dari SMU. Itupun baru sebatas pendidikan diploma tiga (D3). Impian saya adalah kuliah sampai strata satu (S1). Tanpa mengurangi rasa syukur, saya berucap alhamdulillah atas selesainya program diploma tiga saya itu.

Sebagai anak pertama, istilah orang di Banyumas sini adalah mbarep, jujur saya merasa mempunyai beban yang lebih berat ketimbang dua adik perempuan saya. Apalagi keluarga saya bukanlah keluarga yang tergolong mampu secara finansial. Maka sekedar bermimpi untuk kuliahpun adalah ibarat pungguk merindukan bulan. Bagaimana tidak, sekedar untuk makan saja kami harus pandai-pandai mengatur uang. Apalagi kuliah.

Kenapa saya ingin sekali kuliah? Karena saya yakin dengan janji Tuhan di kitab-Nya. Bahwa Ia akan meninggikan derajat umat-Nya yang beriman dan berilmu. Menimbang bahwa saya dilahirkan oleh keluarga yang menurut saya secara derajat sosial berada di lapisan bawah, maka saya harus menimba ilmu setinggi-tingginya untuk menaikan derajat saya dan keluarga saya.

Di tahun dua ribu saya berhasil menyelesaikan SMU saya. Saking semangatnya saya untuk bisa kuliah, diam-diam saya mendaftar Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) di Purwokerto. Tapi ibarat pepatah, sepandai-pandainya orang menyimpan bangkai pasti akan ketahuan juga, ternyata ayahku mengetahuinya. Tapi Beliau merestuiku untuk mendaftar.

Alhasil, saya tidak lulus dalam ujian tersebut. Kegalauan mulai melanda jiwaku waktu itu. Cita-cita untuk menimba ilmu di perguruan tinggi seakan tinggal kenangan. Saya benar-benar frustrasi waktu itu. Mau bekerja, bekerja sebagai apa. Berbekal ijazah SMU, apa yang bisa aku lakukan. Sedangkan cita-citaku waktu itu adalah kerja kantoran (Ya seperti saat ini. Hehe).

Ditengah kegalauan tersebut akhirnya saya memantapkan diri untuk mengikuti kursus komputer dan administrasi perkantoran. Tentu saja dalam rangka merealisasikan cita-cita saya untuk bekerja sebagai pekerja kantoran. Namun, apakah keinginan untuk berkuliah masih ada? Tentu saja masih ada. Dan saya yakin, suatu saat nanti saya pasti bisa menikmati indahnya mengais ilmu di bangku perguruan tinggi.

Waktupun mulai berlalu. Dengan bersusah payah aku menyelesaikan kursus komputer dan administrasi tersebut. Berbekal ilmu di tempat kursus itu, akhirnya saya bisa bekerja di salah satu perusahaan komanditer di Purwokerto. Tugas saya adalah sebagai tenaga pemasaran. Perusahaan yang bergerak di jual beli komputer itu adalah tempat kerja pertama saya. Dari tempat inilah mimpi untuk bisa kembali kuliah saya bangun kembali. Saya yakin dengan kondisi keuangan saya waktu itu, selain saya bisa membantu orang tua saya, saya pasti bisa membiayai kuliah sendiri.

Namun apa hendak dikata, baru tiga bulan saya bekerja di perusahaan tersebut, perusahaan dimana saya bekerja disana ternyata mengalami masalah keuangan. Konon, dari sumber-sumber yang bisa aku percaya, ada perselisahan diantara para pemilik perusahaan komanditer tersebut. Akhirnya perusahaan itu dinyatakan kolaps dan akhirnya bubar jalan. Akhirnya saya menjadi pengangguran. Dan sekali lagi, semangat untuk kuliah waktu itu mulai pudar.

Sebagai pengangguran yang hidup di kampung, sungguh sangat menjemukan. Sebagai orang yang tak terbiasa dengan tidak melakukan apa-apa, maka bekerja serabutanpun saya lakukan. Mulai dari kuli sampai jualan minyak wangi saya lakukan. Selain itu, saya juga aktif pada salah satu organisasi kepemudaan di kampungku. Sampai pada suatu waktu, aku didaulat untuk menjadi ketua organisasi itu. Saya juga aktif di musholla kampung sebagai jamaah dan guru ngaji untuk anak-anak di kampungku.

Mungkin inilah salah satu jawaban lagi dari Tuhan perihal janji-Nya yang lain. Barang siapa yang menolong agama Allah, maka Allah akan menolong hamba-nya itu. Saya sangat yakin dengan janji-janji Tuhan. Hingga pada suatu malam, ketika saya mengajar ngaji tetangga saya yang juga masih berkerabat dengan saya, saya ditawari untuk bekerja ditempat ibu dari si anak yang sayan ajari mengaji ini. Beliau adalah kepala staf tata usaha pada salah satu sekolah negeri di desaku. Akhirnya dengan berbekal keyakinan, saya mendaftar di sekolah tersebut. Lantas, apakah saya langsung diterima?

Mungkin Tuhan masih merindukan rintihan hamba-Nya sepertiku. Rintihan berupa alunan do'a setiap sehabis sholat. Dimana salah satu kalimat dalam do'aku adalah sebagai berikut :

" Ya Allah, berilah hamba kesempatan untuk bekerja sembari kuliah."

Begitu salah satu kalimat dalam do'a ku.

Di bulan kesembilan dari hari melamar pekerjaanku di sekolah itu, akhirnya ditahun 2005 itu, aku diterima sebagai staf tata usaha dan ditugasi sebagai tenaga operator komputer sampai sekarang.

Akhirnya cita-cita untuk bisa kuliah muncul lagi. Namun ada yang menjadi sedikit ganjalan di hatiku. Apa itu? Tentu saja gaji. Sebagai tenaga wiyata bhakti saya hanya mendapat gaji yang sedikit. Jauh dari upah minimum regional atau UMR. Tapi saya berkeyakinan, bahwa saya pasti bisa kuliah. Dan waktupun menjawab semua itu. Di tahun 2008, salah satu teman kantorku kuliah di salah satu politeknik swasta di Purwokerto. Aku diajaknya. Dan karena  politeknik baru, biaya kuliah di kampus tersebut tergolong murah, bahkan sangat murah. Alhamdulillah, ditahun keempat, di tahun 2012 saya berhasil menyelesaikan kuliah saya itu.

Lantas apakah saya sudah puas? Tentu saja belum! Cita-cita saya hingga saat ini adalah kuliah sampai S1. Apakah saya bisa? Kembali muncul pertanyaan seperti itu dalam diri saya. Bukan karena sebab. Karena saat ini saya sudah menikah dan dikaruniai seorang anak kecil yang lucu yang baru berusia lima bulan. Dan tolong dicatat, saat ini saya masih bekerja sebagai tenaga wiyata bhakti dan gajinya? Hahaha. Tentu masih jauh dari UMR.

Lalu apa yang saya lakukan untuk mengejar cita-cita saya untuk kembali ke kampus guna menempuh jalur pendidikan yang lebih tinggi ini?

Pertama, saya menyisihkan sedikit demi sedikit uang yang saya punya. Kebetulan ada beberapa kegiatan yang dari kegiatan tersebut saya mendapatkan sedikit uang. Misalnya saja kegiatan pramuka, sepakbola, maupun kegiatan lainnya yang dilaksanakan di sekolah saya ini.

Kedua, saat ini saya mempunyai bisnis sampingan sebagai internet marketer. Alhamdulillah sudah ada beberapa pelanggan yang berkenan memakai jasa saya.

Dan yang ketiga, adalah juga termasuk mimpi saya selanjutnya, adalah mendapatkan penghasilan dari buku saya yang insyaallah dalam waktu dekat ini akan segera terbit.

Semoga Tuhan memudahkan saya agar di tahun 2015 ini saya bisa melanjutkan lagi kuliah saya ke jenjang strata satu (S1).




Featured Post

Karakteristik Meeting Room yang Sesuai untuk Meeting

Karakteristik Meeting Room - Menjamurnya bisnis startup mendorong bermunculannya perusahaan pelayanan coworking space dan private space. Be...