Showing posts with label sosial budaya. Show all posts
Showing posts with label sosial budaya. Show all posts

Tuesday, March 4, 2014

PEMECUT ATAU PENGECUT ?

 Pada hari Minggu kuturut ayah ke kota
Naik delman istimewa kududuk di muka
Kududuk samping Pak Kusir yang sedang bekerja
Mengendarai kuda supaya baik jalannya
Tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk
Tuk tik tak tik tuk tik tak
Suara sepatu kuda
==========================================

Hayo siapa yang ingat lagu di atas ? Saya yakin dengan seyakin-yakinnya pastilah kita yang pernah makan bangku Taman Kanak Kanak mengenal lagu itu (jengkol kalee dimakan).  Sedikit bernostalgia, ndak apa-apa kan ? Bukankah nostalgia lebih bagus daripada lo yang gila ? Brrrrr...

Jika Anda menyanyikan lagu itu, apa yang terbayang dalam pikiran Anda ? Liburankah ? Delmannyakah ? Kusirnyakah ? atau jangan-jangan kotoran kudanya ? Waduh, bau dong !
Yee namanya juga nebak, boleh benar kan ?

Berdasarkan primbon yang saya curi dari Master Deddy Cor coran (emangnya sumur, dicor segala) saya bisa menebak, pasti apa yang saya sebutkan di atas adalah benar-benar apa yang ada dalam pikiran Anda. Tepuk tangan saudara-saudara !
Lah wong lagunya kan menceritakan itu semua  (liburan, delman, kusir, dan tentunya kotoran kuda, eh kudanya maksud saya). Iya kan ? Baiklah, mari kita bahas kotoran kudanya. Gubrak !

Jujur, tulisan ini terinspirasi dari orang-orang yang katanya pemimpin tapi dalam praktiknya malah seperti pemimpi. Nah lho. Lalu apa hubungannya dengan lagu di atas tadi ? Baiklah, akan saya paksa agar bisa saling berhubungan. He he he. Ketika saya menyanyikan lagu di atas, hal yang saya ingat adalah kuda dan kusirnya. Coba perhatikan, sang sais atawa kusir didalam mengendalikan laju kudanya ia membawa alat yang super canggih. He he. Apakah itu ? Pecut ! Ya pecut alias cemeti.

Ketika kudanya dianggap santai, letoy atau bahkan salah arah ketika berjalan, maka si kusir dengan semangat tujuh limanya, eh empat limanya akan memukulkan pecutnya pada sang kuda agar jalannya sesuai dengan yang diinstrusikan. Saya ndak tahu apakah kudanya sakit atau tidak (soalnya saya bukan kuda, melainkan coverboy). So, saya pun ndak berani bilang kalau si kusir tadi tak berperikekudaan. Tapi ya namanya juga makhluk hidup. Saya pikir si kuda juga merasakan sesuatu yang bernama sakit. Lantas, apakah si kusir diartikan sebagai seseorang yang kejam ? Tidak kan ?

Ketika sang kuda sudah salah arah, maka kewajiban si kusirlah agar sang kuda kembali berada pada jalur yang benar, jalur horseway tentunya. Jika salah arah, bisa-bisa si kusir ditimpukin sendal jepit sama penumpangnya. Masih untung ditimpukin sendal jepit, coba kalau ada penumpang yang nimpukin makai baju. Pasti pingsan. Lho kok pingsan ? Ya karena di dalam baju itu ada durian montongnya, lima lagi. Nyaho kan ?

Seperti halnya pemimpin, ketika yang dipimpin ada yang berbelok arah atau melenceng, tidak berada pada rel of the rule (istilah ngawur namun benar) maka kewajban pemimpinlah untuk memecut bawahan (rok kaleee) yang dianggap sudah melenceng dari tujuan instansi ataupun organisasi yang ia pimpin. Beresiko ? Pasti beresiko.

Kenapa beresiko ? karena yang dipecut bukanlah kuda, melainkan manusia. Jika kuda, kemungkinan besar ia akan menurut, tapi manusia, belum tentu kan ? Inilah mengapa ada beberapa buku tentang seni dalam memimpin. Lalu mengapa saya menyamakan kuda dengan bawahan dan kusir adalah pemimpin ? Mari kita diskusikan lebih lanjut. Dalam hal ini, saya tidak akan menyamakan hal tersebut di atas dengan cara kasat mata, tapi dengan cara kasat hati, eh kebeningan hati. Pusing kan ?

Tidaklah mungkin menyamakan manusia dengan hewan, saya sekedar bertamsil bahwasanya pemimpin ya laiknya sang kusir yang mengendalikan kuda. Jangan sampai sebaliknya. Pemimpin yang dikendalikan oleh para bawahannya. Sekarang banyak lho para pemimpin yang di dalam ia memimpin justeru disetir oleh para bawahannya. Parahnya, ada pemimpin yang takut dengan bawahnnya sendiri dan akibatnya ia menjadi pemimpin yang inkonsistensi dengan putusan-putusannya sendiri serta tega mengorbankan orang lain agar ia tampak “tidak salah” dihadapan bawahannya yang lain. Apakah ini terjadi di tempat Anda bekerja ? Atau mungkin dalam penyelenggaraan pemerintahan di negeri antah barantah ini ? Hmmm...

Sepantasnyalah pemimpin harus menjadi pemecut bagi orang-orang yang dipimpinnya, bukan malah menjadi pengecut yang bersembunyi dibalik rok kepemimpinannya dengan berbagai alasan. Tampak gagah di mata bawahan, padahal ia hanya menjadi pengecut dibalik kegagahannya itu. Sungguh memalukan.

Dan yang perlu kita renungkan, bahwasanya pemimpin tidaklah selalu bos di tempat Anda bekerja. Bahwa pemimpin tidaklah selalu jendral yang penuh tanda bintang di bajunya. Tetapi pemimpin bisa berwujud sesuatu yang bernama ruh. Jika ruh Anda sudah mampu memimpin jasad dengan keberanian, maka kebahagiaan sejati akan mengiringi Anda. Namun jika ruh Anda menjadi pemimpin yang pengecut, kalah dengan jasad Anda, maka bersiaplah menuju kegetiran hidup yang tiada tara. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing dan memberikan petunjuk-Nya kepada kita semua. Amiin.















Saturday, February 15, 2014

SUDAHKAH KITA BERTUHAN ?

Pagi itu, seperti biasa sebelum berangkat kerja, saya memanjakan si Jengki ( Yamaha RS 100 tercinta :) ) dengan sentuhan-sentuhan ( ehemmm) lap kecil biar makin kinclong. Ya maklumlah, sebagai orang gantheng maka saya diharuskan menjaga kondisi tunggangan saya agar enak dipandang mata. Kata orang londo sana, eye cathing, yang artinya "nangkep mata."  :P

Sentuhan demi sentuhan berjalan dengan lancar. Eits lagi asyik-asyiknya ngusap si Jengki, tetangga sebelah rumah datang menghampiri saya. Pak Sapun nama orang itu. Orang-orang di kampung ini biasa memanggilnya dengan nama Kang Sapun. Saya taksir (cewek kaleee ) usia kang Sapun dikisaran 60 an. Orangnya ramah, gemrapyak, dan apa adanya. Rumahnya tepat di sebelah utara rumahku, sama-sama menghadap ke arah matahari terbenam :). Saya biasa memanggil Ramane kepada Kang Sapun. Ya maklumlah, usia kami kan lumayan jauh berbeda. Saya kan masih swit sewen tin. Wkwkwkwk.

"Wis meling mas!" (sudah bersih mengkilap mas,red). Begitu kang Sapun mengawali percakapan kami di pagi yang cerah itu. " Ya jelaslah Ramane." (Ya jelas lah pak,red). Sahut saya sembari mengelus-elus si Jengki dengan lap yang mulai mengotor. "Tidak kesawah ?" Gantian saya yang bertanya. " Ora mas." (tidak mas,red). "Kenapa ?" Tanya saya heran. Biasanya jam segini kang Sapun sudah pergi ke sawah ataupun ke ladang. "Sedih mas kalau ke sawah". Wah, jadi tambah heran deh saya. Sambil melongo kaya kodok ijo, saya lantas bertanya lagi bak wartawan yang belum dapat berita karena sudah dead line alias mati garis :P

" Padi di sawah sedang kena hama mas. Hama wereng. Entah panen atau tidak. Karena itulah, saya jadi sedih kalau ke sawah."

"Oooohhhh." Melongo lagi deh saya, untung ndak ada laler (lalat,red).

"Wah, bisa ndak panen dong ramane?" Dag dig dug juga melempar pertanyaan seperti itu.

" Tapi padi di ladang saya bagus mas. Jadi saya masih bisa panen padi mas."

=====================================



Sulit rasanya membayangkan bagaimana kehidupan para petani di kampung ini. Saya pikir bukan hanya di kampung ini saja. Bayangkan saja, mulai dari membeli bibit padi, merawat, dan memanennya memerlukan biaya yang tidak sedikit. Parahnya lagi, jika musim memupuk tiba, itu pupuk pada jalan-jalan entah kemana. Konon bisa ngilang kaya Mak Lampir. Wuzzzzttt. Sangat menyedihkan dan menggelakan sekali. Kakek saya pernah nyari sampai ke Cilacap. Dan itupun belum tentu dapat. Sudah jauh-jauh dari Banyumas, eh di Cilacap juga lagi ndak ada pupuk. Ibarat pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga, tangganya dari besi, trus tanahnya ada kotoran ayam (TA satu) alias TA1. Wkwkwkwk. Belepot kan ? Itu belum cukup untuk menggambarkan betapa SUSAHNYA jadi petani. Ketika padi sudah mulai ditanam dan mulai mrocot (Kalian tanya sendiri dech pada KARTIKA pesbukers, mrocot itu artinya apa. wkwkwkk) para petani harus berhadapan lagi dengan beragam penyakit tanaman dan hewan yang menyerang padi atawa hama. Bulan ini, di kampung isteri saya, ya tempat tinggal saya juga saat ini, hama wereng sudah mulai menyerang areal persawahan. Tak tanggung-tanggung, hampir semua areal persawahan yang luasnya berhektar-hektar menjadi sasaran wereng.

Hama ini bukan kali pertamanya menyerang kampung ini. Sudah sering, dan hasilnyapun luar biasa. Bayangkan saja, ada areal seluas satu bau hanya menghasilkan padi 6 kandhi. Hebat tuh wereng !!!

BTW alias bai de we, saya tidak akan membahas pertanian ataupun perwerengan terlalu dalam. Karena saya bukan ahlinya, lagi pula terlalu mencakitkan, kata anak-anak alay :P.

Kembali ke cerita kang Sapun dan saya, jujur ketika kang Sapun bilang , " Tapi padi di ladang saya bagus mas. Jadi saya masih bisa panen padi mas." ada hal menarik yang bisa saya pelajari. Mari kita bicarakan lebih dalam. Hehehehe. Kalimat, Tapi padi di ladang saya bagus mas. Jadi saya masih bisa panen padi mas, merupakan kalimat "syukur". Nah lo. Oke, begini maksud saya, andaikata padi di ladang kang Sapun juga terkena hama, bagaimana kira-kira reaksi kang Sapun ? Pasti Anda bisa menebaknya kan ? ;)

Sayapun kembali merenung, bagaimana ya nasib para petani yang hanya memiliki sawah ? Yang pasti, mereka tidak akan mengucapkan kalimat kang Sapun tadi (" Tapi padi di ladang saya bagus mas. Jadi saya masih bisa panen padi mas.") karena mereka tidak memiliki ladang. Kang Sapun terlihat masih tenang karena ia memiliki ladang dengan padi yang bagus. Dengan kata lain, ada harapan lain yang notabene  sedang dinantikan oleh kang Sapun yaitu padi ladang alias pari gaga.

Lalu sekali lagi, bagaimana ya dengan nasib petani lain yang tidak memiliki ladang/gaga ? Hmmm... Mereka punya Tuhan. Saya harap, prinsip itu digigit kuat-kuat oleh petani yang sedang ditimpa musibah wereng tersebut. Ya, mereka punya Tuhan. Bukankah tidak ada kekhawatiran bagi mereka yang punya Tuhan ? Bukankah Tuhan sudah menjamin hidup dan kehidupan bagi hamba-Nya ? Tidak mudah memang. Tapi inilah yang menjadi akar kegelisahan saya atas berbagai hal yang terjadi di negeri ini.

Akar ? ya, akar kegelisahan saya. Jika orang-orang di negeri ini berprinsip bahwa "SAYA PUNYA TUHAN", saya yakin dengan seyakin yakinnya kalau negeri ini akan menjadi negeri yang makmur dan dirahmati oleh Tuhan. Saya tidak mengatakan kalau bangsa ini adalah bangsa ATHEIS, bukan sama sekali bukan ! Saya hanya bertanya-tanya, jika bangsa ini mengaku sebagai bangsa yang punya Tuhan, mengapa masih banyak "kelaliman" di negeri ini ? Korupsi, kolusi, nepotisme, pembunuhan, pemerkosaan, menghilangkan hak, semena-mena, dan......lain.........lainnnnn................... Masih terjadi di negeri ini.

Sudahkah kita BERTUHAN ?

#renungan sore







Monday, December 16, 2013

Banyak Orang Miskin di Indonesia ? Kata Siapa ?

Kata siapa orang Indonesia miskin ?

Tiap tahun mall-mall megah dibangun, toh banyak orang yang belanja disana,

atau sekedar cuci mata kesana

Bukankah cuci mata kesana juga butuh biaya ?

Kata siapa orang Indonesia miskin ?

Tiap tahun mobil-mobil dengan harga yang fantastis selalu saja meningkat penjualannya,

Bahkan mobil-mobil yang "katanya" harganya milyaranpun banyak bertebaran di jalan-jalan aspal yang bergelombang

Aneh bukan ?

Lalu, kata siapa kalau orang Indonesia miskin ?

Properti yang harganya mulai puluhan sampai ratusan jutapun banyak yang memiliki

bahkan milyaranpun sanggup dibeli ?

Kata siapa orang Indonesia miskin ?

Disini, dikampungku yang rumahnya masih terbuat dari bambu, bahkan lantainyapun masih berdebu

setiap pagi ada dering telepon berbunyi dan penyanyi menari di televisi

Bajupun setiap hari berganti

Hmmm...

Lalu sebenarnya siapa yang miskin ?

#Ditulis dalam rangka menenangkan dan menyenangkan diri sendiri selaku rakyat biasa yang sering terbebani dan terbohongi...

Wkwkwkwkwkk....

:)

Sunday, September 8, 2013

UZUR TAPI MANJUR

Wah kangen rasanya saya menulis di blog ini. Alhamdulillah kesampaian juga untuk kembali menuliskan sesuatu yang semoga bermanfaat untuk sobat blogger semua. Pada mulanya saya ingin menulis pada awal Ramadhan tahun ini. Tapi saya diberi hadiah spesial oleh Allah SWT berupa operasi usus buntu pada hari ke-5 Ramadhan lalu. Kebetulan (mungkin kata ini lebih enak, he he) usus buntu saya sudah pecah. Alhasil operasi yang saya lakukan seperti operasi caesar, dan harus rest total sampai kondisi saya membaik sebagaimana semula. Disamping itu saya disarankan untuk tidak mengangkat barang/sesuatu yang tergolong berat agar kondisi usus yang habis dioperasi tidak berakibat fatal bagi tubuh saya.

Karena kondisi kesehatan itulah, pulang dan berangkat kerja saya putuskan untuk naik angkutan umum. Tiga kali naik angkutan, angkutan pedesaan (maklum wong ndeso), Bus, dan angkutan desa lagi alias trayek. Sebenarnya itu bukan pengalaman baru buat saya, lah wong dari SMA sampai saya kuliah sudah terbiasa naik angkutan umum seperti itu. Hanya sedikit agak kikuk tentu saja. Karena sudah hampir tujuh tahunan saya jadi anak bikers alias anak motor. He he.

Ada pengalaman menarik tentunya ketika saya naik angkutan umum kembali. Mulai dari bus yang sama yang saya naiki sedari SMA, sopir dan kernek yang masih sama setia sedari saya SMA juga, dan tentu saja fenomena berdesak-desakkan. Masih seperti dulu ? Tentu saja tidak ! Bukankah kendaraannya sudah mulai uzur ? He he.

Saya jadi punya ide, bagaimana kalau fenomena tersebut di atas dimasukkan ke dalam Museum Rekor Indonesia ? Ya, rekor. Rekor bus uzur yang manjur. Manjur ? Ya, karena walaupun kendaraan-kendaraan yang saya naiki sudah tergolong tua (bayangkan, saya SMA nya tahun 1998 ) tapi masih manjur untuk mengais kocek-kocek rupiah. Hebat kan ?

Monday, April 1, 2013

Mengapa Malu Pakai "Baju" Indonesia ?

Wah lama juga saya tidak memposting di blog tercinta ini. Pekerjaan dan "impian" yang membuat saya belum bisa memposting di blog ini. Pekerjan, ya pekerjaan, maklumlah sebagai petugas pendataan Data Pokok Pendidikan (DAPODIK) Sekolah, menjelang pergantian Tahun Pelajaran Baru harus sesegera mungkin meng up date data-data yang ada. hehee... Dan "impian", saya sebut impian karena sudah lama sekali mimpi-mimpi saya ini ingin segera terealisasi dalam kehidupan nyata. Wahh cetar banged kayaknya... hehee.

Salah satunya adalah membuat Novel, alhamdulillah  hari ini mulai ditulis... heheee...

Selain pekerjaan dan impian, ada juga beberapa tulisan yang belum saya selesaikan (bagi yang merasa, mohon maaf yahhh... hihihihi).

Sengaja saya tulis judul : Mengapa Malu Pakai "Baju" Indonesia ?, karena keprihatinan saya kepada anak-anak muda di Negeri ini yang seakan-akan "lupa" dan "malu" pada budaya sendiri. Sebagai contoh, betapa anak-anak muda negeri ini justeru sangat menggemari tarian Gangnam Style dibandingkan dengan tarian-tarian tradisonal Indonesia yang justeru menurut saya kaya akan variasi gerakan dan filosofinya.. ceileehhhh... filosofi... hihihi.

Coba kita bayangkan, satu jenis tari yang bernama GANGNAM STYLE ternyata mampu "melupakan" ratusan atau bahkan mungkin ribuan tari tradisional yang ada di Indonesia. Pertanyaannya, mengapa itu bisa terjadi ? Saya tidak berhak dan tidak pantas menjudge apa yang dilakukan anak-anak muda yang gemar GANGNAM. Saya hanya ingin berbagi pendapat, itu saja.

Reminder ? entahlah. Yang jelas, dari dulu kita adalah bangsa yang mudah menerima kebudayaan dari luar. Lihatlah betapa mudah Budaya Hindu, Buddha, dan Islam menjamur di tanah ini. Tentu saja karena ada faktor toleransi dan keterbukaan dari nenek moyang kita. Tapi bukan berarti nenek moyang bangsa kita menerima begitu saja kebudayaan-kebudayaan yang datang dari luar. terbukti masih ada upacara-upacara tradisonal kuno dan penginggalan benda-benda kuno sebelum peradaban Hindhu datang, masih ada sampai sekarang. Ini berarti bahwa bangsa ini adalah bangsa yang menerima hal-hal baru, tanpa meninggalkan hal-hal atau kebiasaan lama yang masih dianggap pantas untuk tetap dijaga dan dilestarikan.

Kembali ke Gangnam, jika Korea mampu menghipnotis kita, kenapa kita yang memiliki keanekaragaman tarian yang lebih banyak dari mereka  tidak bisa menghipnotis mereka ? :)

Bagi yang optimis pasti mengatakan "BISA" !!! Toh kita dikenal sebagai bangsa yang terbuka dan ramah. Dengan sifat bangsa yang demikian, pastilah kita bisa mensejajarkan tarian-tarian tradisonal kita dengan tarian Gangnam. Dan yang lebih penting, adalah penanaman moral, bahwa bangsa kita bukanlah bangsa pengekor, tapi bangsa yang punya identitas.

Saya tidak tahu apakah ini adalah "hasil" dari "penjajahan" yang lama. Sehingga kita menjadi bangsa yang seperti ini ? Ahh... mungkin saya dan anak-anak muda bangsa ini yang kurang memahami tentang bangsa ini. Dan tulisan-tulisan di buku Sejarahpun mungkin harus ada yang diubah. Bahwa kita bukanlah bangsa yang dijajah, tetapi kita adalah bangsa "KSATRIA". Ksatria yang berjuang melawan orang-orang jahat yang mencoba merebut kemakmuran dan kejayaan negeri ini.

Selamat sore Indonesia :)











Tuesday, February 19, 2013

wONG gEMBLUNG ( CRAZY PEOPLE )

Lelaki itu bernama Kasuko... Tubuhnya tegap, kekar... Tidak lebih tinggi dari orang yang berperawakan tinggi, tidak lebih pendek dari orang yang berperawakan pendek... Kulitnya sawo matang, tapi jika dilihat sekilas, cenderung menuju ke warna hitam... Rambutnya kusam, sekusam harapannya yang kian padam... Giginya putih kekuning-kuningan... Hidungnya mancung seperti halnya Petruk, tokoh punakawan dalam cerita wayang... Hanya saja, yang ia bawa bukan pethel... Tapi bilah panjang yang mulai mengering... dan seutas tali rafia yang menjungkal dari balik saku celananya....

Suaranya keras menggelegar... Sesekali, ingus keluar dari hidungnya yang masam...
Pekerjaannya adalah menghitung setiap jengkal tanah yang ia lalui....
Bersiul adalah kegemarannya....
Namun yang paling aku sukai dari dia adalah ketika ia bergumam.... Tak jelas tapi aku suka...
Orang-orang memanggil dia si gila....
Tapi aku pikir, dia bukan orang gila.... Masih kuingat jelas ketika dia menghiba pada tetangga sebelah untuk meminta makan siang.... Tapi dilempar sendal jepit...
Dia malah tertawa....
Aku pikir dia beruntung, coba bayangkan.... Dia hanya dilempari sendal jepit gara-gara dia minta makanan.... BUKANKAH SOPAN, KETIKA SESEORANG MENGINGINKAN SESUATU LALU DIA MEMINTA ????
Walaupun dia gemblung alias GILA !!!!


Lihatlah di zaman sekarang !!!
banyak orang yang katanya "waras", malah mengambil sesuatu tanpa permisi .....
( malas mau bilang pungli, korupsi, dsb.... BOSEN )

Aku jadi malu.... Jangan-jangan aku termasuk didalamnya....
walahhh..... walahhhhh.......

Wednesday, January 9, 2013

BUDAYAWAN ATAU SENIMAN

Waahh lama sekali tidak berbagi cinta, eh berbagi pendapat di blogku ini. Lumayan ada waktu senggang buat menulis di blog ini, jadi ya .... sikat mas brooo !!! :)

Budayawan atau seniman ? hmmm... jujur tadinya bingung mau nulis apa, tiba-tiba teringat pada kicauannya mbah Djiwo (Sudjiwo tedjo ) di akun twitternya,@sudjiwotedjo. Dalam kicauannya, mbah Djiwo bilang kalau ada orang yang menstempel dirinya sebagai seniman, bukan budayawan. Akhirnya mbah Djiwo pun bilang kalau budayawan berbeda dengan seniman, tentu saja dengan gaya kicauan ber IQ nya yang lumayan bisa bikin orang bingung.... hehee.

Okelah kalo begitu, saya lanjutkan lagi tulisan saya yang tentu saja sekehendak saya sendiri. Ketika saya SD, kebetulan waktu itu saya mengikuti lomba Mata Pelajaran antar siswa di tingkat kecamatan, dalam babak 3 (tiga) besar ada pertanyaan dari juri seperti ini : " Indonesia dan Malaysia mempunya berbagai macam kerja sama. Salah satunya adalah acara Titian Muhibah yang disiarkan langsung di TVRI. Pertanyaannya, Titian Muhibah adalah kerjasama dalam bidang apa ?" Kontan saja saya langsung mengacungkan jempol, eh jari saya sambil menjawab (tentu saja seteah diizinkan juri), "KESENIAN PAK !" begitu jawabanku.

Apa yang terjadi para pemirsa ??? apakah juri langsung mengiyakan, atau langsung menolak. Jujur saja, dalam hati saya berteriak pasti benar ( soalnya hobiku waktu kecil kan nonton tivi di tetangga sebelah... maklum ga punya tivi.. hehee ). Yang terjadi malah.... JURINYA PADA BERISIK SENDIRI....  Ealaahhh...

Sayup kudengar diskusi diantara juri-juri tersebut. Ada yang bilang salah, itu bukan kesenian pak, tapi budaya... Ada yang bilang benar, benar itu bu, itu adalah kesenian. Ada yang bilang, ahhh sama saja budaya atau seni itu sama... kita benarkan saja (padahal itu adalah pertanyaan penentuan setelah 4 pertanyaan tak ada yang menjawab satupun). Alhasil, setelah kurang lebih hampir 5 menit juri "berbisik-bisik", sang juri pertamapun membenarkan... Yaa benar, itu adalah bidang kesenian atau kebudayaan... Sontan saja Guru pembimbingku yang juga wali kelasku waktu SD teriak kegirangan....  "Kamu juara !!!"....  Singkat cerita akupun juara 1 (satu) dan harus mewakili lomba mapel PMP, IPS dan PSPB di tingkat Kabupaten Banyumas... Gara-gara "Kegalauan seni atau budaya"... hihihi... Dan semenjak itu tertanam di benakku bahwa kebudayaan atau kesenian adalah sama.

Hal itu berlangsung sampai aku mendapatkan pengertian tentang seni dan budaya waktu SMP. Waktu SMP malah aku yang galau (bingung, kok beda ya waktu jaman SD tidak seperti itu). Apa gurunya yang salah ya ??? hihihihi.... Sotoy bangedh....

Terpuaskan ketika aku mendapatkan hadiah buku "Primitive Culture" karya Edward B. Taylor ( Kebetulan sedang ada diskusi budaya). Dalam bukunya tersebut, Edward memberikan pengertian tentang kebudayaan. Bahwa Kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan lainnya yang didapatkan seseorang sebagai anggota masyarakat. Naaah lo. Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka jelaslah, bahwa penyandang gelar "Budayawan" bukanlah gelar sembarang gelar.

Budayawan harus paham seni, religi, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan lainnya dalam kehidupan bermasyarakat. Berat kan ???

Naahh ketika kita menggadang-gadang bahkan memproklamirkan diri sebagai bangsa yang berbudaya, maka sepantasnyalah kita harus berupaya untuk mendalami berbagai macam pengetahuan yang termaktub dalam pengetahuan kebudayaan menurut Edward Taylor tadi. Berarti kita harus memiliki seni, religi, hukum, adat isitidat yang jelas, serta kemampuan pengetahuan lainnya yang tentu saja hidup di masyarakat ini. Sudahkah ???

Nahh lalu apa itu seni ? dan siapa itu seniman ?

Lain kali kita bahas bersama-sama yah...  heheee....

Bagi yang mau berkomentar, silahkan, gratis dan tidak berbayar....

Semangat Indonesia !!!





Featured Post

Karakteristik Meeting Room yang Sesuai untuk Meeting

Karakteristik Meeting Room - Menjamurnya bisnis startup mendorong bermunculannya perusahaan pelayanan coworking space dan private space. Be...