Tak terasa, tiga tahun sudah seorang pria asal Solo, seorang pria yang terkenal dengan kesederhanaan dan gebrakan-gebrakan yang tergolong baru dan berani itu kini memimpin negara besar, Indonesia.
Sebagai pemimpin, tentulah pak Joko Widodo atau pak Jokowi mempunyai sisi positif dan negatif.
Dan saya pikir itu wajar. Karena Beliau bukanlah malaikat. Bahkan malaikatpun memiliki kelemahan... Ndak punya nafsu kang! Mbuehehe.
Jujur saja, tulisan ini bukanlah bentuk dukungan maupun umpatan bagi Beliau. Tulisan ini lahir dari diri pribadi saya selaku anak bangsa yang sangat merasa memiliki nusantara ini.
Dan bagaimana penilaian Anda terhadap saya pun itu tidak akan saya permasalahkan. Karena setiap manusia memiliki sudut pandang yang berbeda. Ya nggak sih?
Baiklah, kembali ke topik hidayat... eh, topik tulisan ini.
Selama kurang lebih tiga tahun ini, saya melihat sudah banyak perkembangan khususnya yang berupa fisik. Bisa dikatakan dominan bahkan.
Bukan hanya kota-kota besar saja, di kampung-kampung pun pembangunan fisik ini berjalan dengan sumringah.
Bahkan di pedalaman macam Kalimantan, ini berdasarkan cerita saudara saya, disana sedang gencar-gencarnya dibangun berbagai infrastruktur yang terbilang wow :)
Saya sih setuju-setuju saja, bahkan sangat setuju jika pemerintah membangun infrastruktur dengan begitu megahnya.
Kenapa?
Negara kita adalah negara kepulauan. Dengan infrastruktur yang keren, maka negara ini, cepat atau lambat akan berubah menjadi negara yang besar, bahkan maju.
Singapore saja bisa semakmur itu kok? Darimana lagi kalau bukan karena infrastruktur, salah satunya adalah pelabuhan, yang terbilang okey :)
Kemajuan pembangunan di desa pun berjalan dengan gagahnya.
Ini tidak terlepas dari pelaksanaan Undang-Undang Desa tentunya.
Undang-undang yang digagas semenjak zaman presiden SBY ini terbilang mulai sukses dalam pelaksanaannya.
Memang sih, tadi siang saya membaca salah satu berita di media massa yang konon katanya beberapa kepala Desa ditangkap karena kasus korupsi. Yaaa begitulah...
Pembangunan fisik dengan berbagai infrastruktur apalah itu namanya, saya dukung... Tetapi yang penting adalah bagaimana terlebih dahulu membangun mental, khususnya para pemimpin dan pemegang kebijakan di seluruh negara ini.
Kenapa mereka? Ya karena merekalah yang memegang kendali, mau diapakan dan mau dibuat apa ini negeri kan tergantung mereka.
Bahkan kalau boleh saya sarankan, anggaran untuk pendidikan mental ini cukuplah dengan contoh akhlak yang baik dari para penguasa dan para ulama tentunya.
Saya pikir, kita terlalu "duit oriented".
Apakah segala sesuatu yang berhubungan dengan anggaran harus selalu berbentuk duit?
Lalu apa gunanya PANCASILA?
Bukankah jelas bahwa Pancasila itu bukanlah paham yang berorientasi pada harta?
Mengapa founding father bangsa ini menggunakan Paham Pancasila, BUKAN LIBERAL MISALNYA? ATAU KOMUNIS?
Setiap orang bebas menafsirkannya kan?
Dan bagi saya, Pancasila bukanlah dasar semata. Ia adalah falsafah.
Sejak SD saya sudah diterangkan apa itu Pancasila sebagai DASAR NEGARA, apa itu PANCASILA sebagai FALSAFAH BANGSA?
Sudahlah... Saya bukan profesor yang ahli dalam bidang Pancasila.
Saya hanya merasa kalau ada sesuatu yang pincang pada bangsa ini.
Ketika dana yang melimpah (Saya kurang paham itu murni hasil dari negara atau hutang), tapi disisi lain, pemegang kebijakan untuk dana yang tidak sedikit itu justru pada ramai-ramai korupsi.
Saya benar-benar heran...
Bukankah mereka juga memiliki anak cucu?
Atau... Jangan-jangan mereka melakukan korupsi untuk ngempani anak isteri beserta turunanya? hahaha... Entahlah...
Saya harap, di tiga tahun pemerintahan pak Jokowi ini, KORUPSI bisa diturunkan. kesejahteraan rakyat bisa ditingkatkan.
Dan harapan besar saya adalah pendidikan mental (akhlak) mendapat perhatian yang lebih serius lagi.
Masa depan ada di tangan kita...
Selamat bekerja pak Presiden :)