Wednesday, April 26, 2023

Rekomendasi Virtual Office di Jakarta

Virtual Office Jakarta – Memulai sebuah bisnis baru bukanlah perkara mudah. Kendala seperti perizinan pendirian usaha dan perlunya modal besar untuk mendirikan kantor terkadang membuat pebisnis pemula langsung mundur.

Rekomendasi Virtual Office di Jakarta
Rekomendasi Virtual Office di Jakarta

Jika anda mengalami hal serupa, anda tidak perlu risau untuk memulai bisnis. Kehadiran Virtual Office atau kantor virtual seolah membawa angin segar bagi pebisnis pemula. Virtual Office atau kantor virtual adalah jenis kantor sewa non-fisik yang bisa digunakan sebagai alamat legal bisnis dan mendapatkan fasilitas-fasilitas kantor dari sang provider. Meskipun tidak memiliki kantor fisik yang digunakan sendiri, pengguna virtual office mendapatkan keuntungan khusus seperti biaya operasional yang jauh lebih murah dari kantor konvensional tapi mendapatkan fasilitas yang mirip dengan kantor konvensional

Apa bedanya virtual office dengan kantor konvensional?

Ada beberapa hal yang bisa anda dapatkan dengan menyewa virtual office.

1. Fleksibilitas Yang Lebih Besar

Jika anda pernah bekerja di sebuah kantor virtual tentu anda tahu betapa besarnya fleksibilitas bekerja di sebuah kantor virtual. Ini artinya tak ada lagi kejenuhan dalam membagi waktu karena secara umum bekerja di kantor virtual tak mengikat anda secara tepat waktu. Kemudian yang jadi pertanyaan adalah kenapa mengaplikasikan kantor virtual bisa lebih fleksibel? Jawabannya adalah karena anda tak lagi dituntun oleh waktu bekerja. Pekerjaan bisa dilakukan dari manapun dan kapanpun, bisa siang ataupun malam sesuai keinginan anda.

2. Biaya Pengeluaran Lebih Hemat

Berbeda halnya dengan kantor secara umum yang memerlukan ketersediaan banyak fasilitas fisik untuk operasional kantor itu, menggunakan kantor virtual tak mengharuskan itu semua ada yang mana ini bisa menghemat biaya operasional perusahaan. Kantor virtual memerlukan komputer, smartphone, serta koneksi internet yang tentu harus terkoneksi dengan jaringan pebisnis yang lain.

3. Pilihan Pekerjaan Lebih Variatif

Dunia maya adalah tempat di mana banyak orang bertukar informasi, berbagi pendapat, dan bersosialisasi di media sosial. Dengan kecendrungan ini kini terdapat lebih banyak variasi pekerjaan baik di sektor jasa, bahkan mencari pekerjaan melalui situs penyedia lowongan kerja dan itu tidak terbatas hanya di dalam negeri saja, jika punya skill tambahan anda bisa mencari sumber penghasilan tambahan dari pekerjaan online di luar negeri.

Kelebihan lainnya dari kantor virtual adalah tidak adanya keharusan untuk pergi ke kantor karena dari rumahpun sudah memungkinkan untuk bekerja karena anda sudah terhubung ke jaringan founder CEO dan pebisnis lainnya.

4. Tidak Adanya Batasan Penghasilan

Jika bermaksud untuk menggeluti sebuah bidang usaha dan anda paham betul apa itu arti kantor virtual maka mulai hari ini anda bisa menerapkan prinsip online marketing demi keuntungan yang tidak terbatas. Ini karena melalui platform online, pemasaran sebuah produk tidak dibatasi ruang dan waktu. Maka dari penghasilannya pun bisa melebihi pegawai kantoran. Anda bisa bekerja dari rumah sambil meluangkan waktu bersama orang yang dicintai.

Bukan hal yang sulit untuk mencari kantor virtual murah . di kota – kota besar jakarta sudah banyak tersedia kantor virtual di daerah pusat bisnis. semakin strategis diakses, maka akan semakin banyak yang mengincar kantor virtual tersebut. salah satu rekomendasi Virtual Office Jakarta adalah Arvahub.

Mengenal lebih dekat Virtual Office Jakarta Arvahub

Arvahub adalah unit bisnis dalam perusahaan rintisan Sofyan Corp. Bergerak di bidang properti selama lebih dari 20 tahun, Sofyan Group telah banyak melahirkan unit bisnis yang handal dan teruji di bidangnya. Mulai dari bidang properti, perhotelan, pendidikan, hingga konsultan bisnis, Sofyan Group menjadi fondasi kuat bagi Arvahub dalam mewujudkan cita-cita bisnis para klien Arvahub Karena dalam bisnis kolaborasi sangat dibutuhkan, dan Arvahub berkomitmen selalu siap menjadi katalisator dalam jejaring bisnis kliennya.


Dari Sekian Banyak Virtual Office di Jakarta, Kenapa harus Arvahub?

Banyaknya perusahaan yang mulai menawarkan layanan virtual office membuat anda harus hati – hati dalam memilih. jangan sampai anda tidak mendapatkan manfaat virtual office hanya karena salah memilih penyedia layanan yang tepat.

Sebagai Virtual Office Jakarta yang direkomendasikan, Arvahub berlokasi di daerah bisnis yang strategis di pusat kota jakarta membuat virtual office ini mencadi salah satu contoh virtual office yang tepat jadi pilihan usaha anda.

Arvahub memahami tentang kendala pebisnis pemula yang kesulitan dalam hal perizinan pendirian usaha. Namun, anda tidak perlu khawatir, Arvahub melayani pembuatan PT & CV dengan berbagai kebutuhan, mulai dari akta hingga pengurusan perizinan khusus lainnya seperti NPWP, SKT, NIB, dll dengan cepat dan tepat.

Fasilitas pendukung dan harga yang kompetitif dibandingkan dengan kompetitor menjadi nilai tambah bagi Arvahub sebagai penyedia Vitual Office Jakarta. Anda akan mendapatkan Fasilitas yang disediakan Arvahub Virtual Office Jakarta antara lain: Alamat domisili usaha, layanan resepsionis, penerimaan surat dan paket, free meeting room yang dilengkapi Wifi, Proyektor, Smart TV 55″ dan 43″, Free Kopi, Teh & Air Mineral, Free Share phone, Virtual Office PKP.



Apa yang ditawarkan Arvahub?

Arvahub memberikan beberapa pelayanan menarik, setidaknya ada 2 jenis layanan yang diberikan oleh Arvahub kepada anda. layanan itu berkaitan dengan sewa Virtual Office dan layanan perizinan pendirian PT/CV dengan variasi tiap-tiap jenis layanan memiliki harga dan fasilitas yang berbeda-beda. hanya dengan modal 3 juta saja anda sudah mempunyai kantor dengan fasilitas yang mumpuni, bahkan fasilitas yang sama, anda belum tentu menemukan harga Virtual Office di Jakarta yang murah.

Arvahub seolah mengerti kebutuhan pebisnis pemula yang membutuhkan perizinan pendirian usaha entah PT maupun CV. Arvahub menyediakan layanan jasa perizinan pendirian usaha PT/CV dengan harga yang terjangkau dengan dokumen-dokumen yang resmi. tentu saja ini bisa menghemat anggaran biaya anda dibandingkan jika anda mengurus sendiri perizinan usaha.

Mulailah mengembangkan bisnis anda

Nah sekarang mulai lah mengembangkan bisnis anda bersama arvahub. Selain banyak keuntungan yang bisa didapatkan, anda akan menemukan potensi terbaik dari bisnis anda. kalau tidak mulai sekarang kapan lagi? Untuk menyewa Virtual Office Jakarta silahkan klik link berikut, selamat berbisnis.

Tuesday, April 25, 2023

Mengenal dan Memahami Servant Leadership

Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai berkembang bersamaan dengan pertumbuhan manajemen ilmiah yang lebih dikenal dengan ilmu tentang pemimpin. Pemimpin (leadership) mempunyai kedudukan paling penting dalam sebuah komunitas, kelompok masyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini tidak akan aman, maju, terarah jika tidak adanya seorang pemimpin maka kata kunci keberhasilan suatu bangsa dan negara adalah terletak pada seorang pemimpin.

Dewasa ini kita telah mengetahui berbagai macam karekteristik pemimpin dengan berbagai macam pula manajemen yang diperankan, sebagai pemimpin yang ideal tanpa memiliki rasa kepentingan bersifat mementingkan sebagian pihak, tentunya figur seorang pemimpin yang selalu membela keperluan rakyatlah yang kita harapkan.

Oleh karena itu, dalam suatu organisasi, bisnis, ataupun perusahaan, gaya kepemimpinan sangat mempengaruhi kualitas dan kuantitas kerja para karyawannya. Sebenarnya, seseorang yang memiliki jiwa kepemimpinan dapat dilihat dari bagaimana Ia bersikap dan memimpin para karyawannya. Pemimpin harus memiliki integritas. Integritas adalah suatu prinsip yang didasarkan atas karakter, etika, agama, moral yang baik yang menyatakan siapa dia. Karena dia akan menyelaraskan itu melalui cara berpikir, berbicara, bersikap, bertindak dan mengambil keputusan (konsisten). Seseorang yang punya integritas memiliki kehidupan yang terintegrasi.

Servant Leadership atau kepemimpinan yang melayani, tujuan utama seorang pemimpin adalah melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya. Orientasinya bukanlah untuk kepentingan pribadi atau golongan, namun lebih kepada kepentingan publik yang dipimpinnya. Seorang pemimpin harus bisa membangun dan mengembangkan mereka yang dipimpinnya, sehingga bermunculan bibit-bibit pemimpin baru dalam kelompoknya.

Apa itu servant leadership?

Sebuah filosofi kepemimpinan di mana seorang individu berinteraksi dengan orang lain - baik dalam kapasitas manajemen atau sesama karyawan - dengan tujuan mencapai otoritas daripada kekuasaan. Figur otoritas bermaksud untuk mempromosikan kesejahteraan orang di sekitar. kepemimpinan pelayan melibatkan individu menunjukkan karakteristik empati, mendengarkan, pelayanan dan komitmen untuk pertumbuhan pribadi terhadap orang lain.

Karakteristik servant leadership.

Ini terlihat di seluruh tulisan Robert K. Greenleaf, dari pertama, esai pada servant leadership untuk tulisannya diterbitkan secara anumerta. teori perilaku telah mengidentifikasi 10 karakteristik kepemimpinan utama, atau 'atribut' dalam tulisan-tulisan Greenleaf (Russell & Stone, 2002, hal. 146).

1. Listening

  • Pemimpin secara tradisional dinilai dari sisi keahlian dalam komunikasi dan pengambilan keputusan.
  • Komitmen yang dalam untuk mendengarkan orang lain. 
  • Berusaha untuk melakukan identifikasi keinginan suatu kelompok dan membantunya untuk mencapai keinginan tersebut. 
  • Pendengar yang baik, baik yang terkatakan maupun tidak.

2. Empathy

  • Memahami dan empati terhadap pihak lain.
  • Manusia membutuhkan penerimaan dan pengakuan secara spesial dan unik. 
  • Pemimpin yang sukses adalah yang dapat menjadi empathetic listeners terlatih.

3. Healing 

  • Proses alami dimana tubuh memperbaiki dirinya sendiri.
  • Relationship yang didasari atas healing merupakan kekuatan dahsyat bagi transformasi dan integrasi. 
  • Salah satu keunggulan servant leadership adalah karena adanya potensi untuk healing dan menjalin hubungan yang baik dengan pihak lain 
  • Banyak orang yang patah semangat dan menderita akibat luka emosi à perlu healing

4. Awareness

  • Kesadaran, terutama self-awareness akan menguatkan servant-leader.
  • Membantu untuk memahami isu-isu mengenai ethics, power and values. 
  • Dapat memandang banyak situasi lebih terintegrasi dan holistik

5. Persuasion 

  • Dalam mengambil keputusan dalam organisasi lebih menekankan pada persuasi daripada mengedepankan kekuasaan
  • Berusaha untuk meyakinkan pihak lain, daripada menuntut kepatuhannya. 
  • Iniliah yang membedakan dengan traditional authoritarian model dengan servant-leadership
  • Effektif untuk membangun konsensus dalam grup

6. Conseptualization

  • Servant-leaders berusaha untuk meningkatkan kemampuan untuk meraih mimpi besar
  • Kemampuan untuk melihat problem dan organisasi berdasarkan perspektif konseptual, tidak hanya berfikir day-to-day realities. 
  • Bukan hanya berorientasi pada tujuan jangka pendek 
  • Pola pikir dibuka untuk tujuan yang lebih luas 
  • Selalu menyeimbangkan antara pendekatan conceptual thinking and a day-to-day operational

7. Foresight

  • Dapat menganalisis masa depan
  • Berhubungan erat dengan conceptualization 
  • Kemampuan untuk melihat jauh ke depan terhadap dampak situasi jauh lebih sulit daripada sekedar identifikasi saja 
  • Bisa lakukan foresight jika punya basis pengalaman 
  • Pahami pelajaran masa lampau, realita masa kini, dan konsekuensi dari keputusan yang diambil bagi masa depan 
  • Berakar pada intuitive mind. 
  • Foresight unexplored area in leadership studies

8. Stewardship

  • Peter Block (author of Stewardship and The Empowered Manager) mengartikan stewardship sebagai "holding something in trust for another.“ (amanah)
  • CEO's, staffs, and dewan; dibayar mahal karena dipercaya untuk bekerja dan menduduki jabatan yang bermanfaat bagi masyarakat 
  • Servant-leadership ibarat stewardship (pramugari), yang sangat mempunyai komitmen untuk melayani orang lain 
  • Juga lebih menekankan pada penggunaan keterbukaan dan persuasi, dari pada pengawasan

9. Commitment to the growth of people

  • Servant-leaders percaya bahwa manusia sebagai bawahan mempunyai kontribusi dalam bentuk intrinsic value yang tidak terlihat
  • Mempunyai komitmen yang tinggi terhadap perkembangan masing-masing dan setiap individu yang ada dalam organisasi. 
  • Menyediakan anggaran untuk pengembangan personal dan professional development, mendorong pekerja untuk terlibat dalam pengambilan keputusan

10. Building community

  • Institusi yang besar perlu menjadi komuniti tersendiri
  • Servant-leadership menghendaki komuniti dapat dibentuk di tempat kerja

7 Rahasia 'Servant Leadership' yang Akan Mengarah ke Sukses

  1. Setiap orang memiliki nilai dan layak kesopanan, kepercayaan, dan rasa hormat
  2. Orang-orang dapat mencapai banyak ketika terinspirasi oleh tujuan luar diri mereka sendiri 
  3. Memperjelas dan memperkuat kebutuhan untuk pelayanan kepada orang lain. Pemimpin yang melayani mendidik anggota tim mereka melalui kata-kata dan tindakan mereka, dan mereka mendorong orang-orang mereka untuk menyisihkan perilaku mementingkan diri sendiri demi melayani orang lain. 
  4. Dengarkan dengan penuh perhatian dan mengamati dari dekat . Servant leader benar-benar mendengarkan orang-orang mereka, dan mereka secara aktif meminta partisipasi mereka, ide-ide mereka, dan umpan balik mereka. Dalam waktu, mereka mengenal pandangan dunia masing-masing karyawan mereka, dan mereka menyesuaikan pendekatan kepemimpinan mereka sesuai. 
  5. Bertindak sebagai mentor tanpa pamrih. Servant leader tahu bahwa dengan membantu untuk membimbing orang-orang yang bekerja untuk mereka, mereka akan membantu karyawan mereka belajar keterampilan penting yang akan baik meningkatkan kinerja mereka, dan meningkatkan mereka sebagai orang. 
  6. Menunjukkan ketekunan. Servant leader menyadari bahwa satu atau dua percakapan mungkin tidak memiliki perubahan yang diinginkan dalam asumsi atau pola pikir karyawan. Jadi mereka ulet dan menginvestasikan waktu apa pun untuk mendidik dan menginspirasi praktek kepemimpinan pelayan di anggota tim mereka. 
  7. Penuh cinta menahan diri dan orang lain bertanggung jawab atas komitmen mereka. Servant leader tahu bahwa tidak ada yang sempurna, dan semua orang membuat kesalahan - termasuk dirinya. Dengan itu dalam pikiran, mereka mendorong standar kinerja yang tinggi, kualitas layanan, dan keselarasan nilai-nilai seluruh tim, dan mereka menahan diri dan orang-orang mereka bertanggung jawab atas kinerja mereka.

Kualitas dari Servant Leader 


Pengertian Servant Leadership
Mengenal dan Memahami Servant Leadership

1. Nilai opini yang beragam

Seorang Servant Leader menghargai kontribusi setiap orang dan secara teratur berusaha mengeluarkan pendapat.

2. Memupuk budaya kepercayaan

Orang-orang bertemu di water cooler untuk gosip.

3. Mengembangkan pemimpin lainnya

Faktor replikasi sangat penting. Ini berarti mengajar orang lain untuk memimpin, memberikan kesempatan untuk pertumbuhan dan menunjukkan dengan contoh. Itu berarti pemimpin tidak selalu memimpin, tapi bukannya menyerahkan kekuasaan dan mewakili orang lain untuk memimpin.

4. Membantu orang dengan masalah kehidupan

Sangat penting untuk menawarkan kesempatan untuk pengembangan pribadi di luar pekerjaan. Katakanlah Anda menjalankan program perusahaan untuk menurunkan berat badan, atau utang pribadi lebih rendah, atau kelas pada etiket. Tak satu pun dari ini dapat membantu kebutuhan perusahaan segera, tetapi masing-masing mungkin penting.

5. Mendorong

Ciri khas servant leader adalah dorongan. Dan servant leader yang benar mengatakan, "Mari kita pergi melakukannya," bukan, "Kamu pergi melakukannya."

6. Menjual bukannya memberitahu

Seorang servant leader adalah kebalikan dari pemimpin diktator. Ini adalah gaya mengajak bukan memerintah.

7. Memikirkan orang lain, bukan diri sendiri

Ada kualitas tanpa pamrih tentang servant leader. Seseorang yang hanya berpikir, "Bagaimana ini menguntungkan saya?" Didiskualifikasi dari servant leader.

8. Berfikir jangka panjang

Seorang servant leader berpikir tentang generasi berikutnya, pemimpin berikutnya, kesempatan berikutnya. Itu berarti pertukaran antara apa yang penting hari ini dibandingkan besok, dan membuat pilihan untuk manfaat masa depan.

9. Bertindak dengan kerendahan hari

Servant leader tidak pikir dia lebih baik dari orang lain, dan bertindak dengan cara menghargai orang lain.

Bagaimana anda menjadi seorang servant leader?

Seperti yang anda ketahui, menjadi servant leader lebih merupakan keadaan pikiran dari satu set arah. Menjadi servant leader tidak mengikuti langkah demi langkah suatu proses. (Pertama, Anda menjadi jujur. Kedua, Anda peduli tentang orang-orang ...). Namun, ada hal-hal yang servant leader lakukan, daripada hanya percaya. Anda dapat bekerja pada keterampilan ini untuk menjaga bagian yang membantu dari servant leader segar dalam pikiran Anda. Banyak dari hal yang didiskusikan dibahas secara rinci pada bagaian lain. Termasuk:
  • Mendengarkan orang lain
  • Melibatkan orang lain 
  • Meningkatkan kerjasama tim dan bukan pengambilan keputusan dilakukan secara individu 
  • Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah

Monday, April 24, 2023

Menjadikan Perpustakaan Menarik Ala UPT Perpustakaan Unsyiah

Berbicara soal perpustakaan, yang ada dalam benak kita mungkin adalah suatu tempat dimana banyak berjajar rak-rak buku besar dan kumpulan banyak buku-buku yang tertata rapi atau mungkin tempat yang hanya berisi orang membaca buku. sungguh kelihatan monoton dan membosan kan bagi sebagian orang.


Walaupun perpustakaan dicap sebagai tempat yang itu-itu saja bagi sebagian orang yang belum memahami tentang perpustakaan, namun bagi Unsyiah hal ini tidak berlaku. UPT Perpustakaan Unsyiah mampu mengubah kesan monoton perpustakaan dengan persepsi yang sangat positif. hal ini bisa kita lihat dari data statistik pengunjung perpustakaan Unsyiah dibawah ini

Menjadikan Perpustakaan Menarik Ala UPT Perpustakaan Unsyiah
Menjadikan Perpustakaan Menarik Ala UPT Perpustakaan Unsyiah


dari data statistik kita bisa melihat bahwa apa yang dilakukan UPT Perpustakaan Unsyiah sangat luar biasa? walaupun data tersebut diambil pada tahun 2015 tetapi sampai sekarang semakin hari semakin banyak pengunjung perpustakaan Unsyiah.

namun apa sebenarnya yang dikerjakan oleh Unsyiah untuk mengubah mindset perpustakaan yang membosankan menjadi menyenangkan sehingga dapat menarik banyak pengunjung? sebelum beralih kesana, mari kita kenalan dahulu dengan UPT Perpustakaan Unsyiah, karena tak kenal maka tak tendang, eh salah sayang maksudnya hehe..

Mengenal UPT Perpustakaan Unsyiah

Perpustakaan Universitas Syiah Kuala (UNSYIAH) didirikan pada tahun 1970, pada saat itu masih menggunakan gedung fakultas Ekonomi. Perpustakaan berstatus sebagai Unit Pelayanan Teknis (UPT) pada tahun 1980. Pada tahun 1994 gedung perpustakaan memiliki gedung sendiri yang didirikan berdampingan dengan Kantor Pusat Administrasi (KPA) Unsyiah. Sejak April 1994, dengan Surat Keputusan Rektor No. 060 tahun 1994, pendayagunaan UPT Perpustakaan Unsyiah ditingkatkan, yaitu dengan menyatukan semua perpustakaan yang ada di lingkungan Unsyiah di dalam satu wadah UPT Perpustakaan. Saat ini, Perpustakaan Unsyiah memiliki koleksi sebanyak 75.114 judul atau 136.925 eksemplar. Koleksi tersebut tersebar dalam berbagai jenis, meliputi buku teks, terbitan berkala (jurnal), laporan akhir, skripsi, tesis, disertasi, majalah, buku referensi, laporan penelitian, CD-ROM dan dokumentasi. Koleksi pada perpustakaan juga tidak hanya terbatas pada koleksi tercetak saja, namun perpustakaan juga telah melanggan e-book dan e-journal pada beberapa penerbit internasional. supaya mengenal lebih dalam mengenai UPT Perpustakaan Unsyiah kalian bisa lihat video dibawah ini.

[embed]https://www.youtube.com/watch?v=u_3y7O5Y9tc&app=desktop[/embed]

mantap sekali bukan? profil nya aja keren, jadi pengen kesana hehe.. oke sekarang kita lanjut ke pembahasan utama mengapa Perpustakaan Unsyiah mampu mendatangkan banyak pengunjung. setelah penulis pelajari lebih lanjut ternyata Unsyiah mengkampanyekan 3 hal tentang perpustakaan  dalam tajuk Unsyiah Library Fiesta 2020 yaitu:

Mengedukasi

Mengedukasi yang dimaksudkan yaitu ikut peran serta dalam mendidik  para pemakai memanfaatkan perpustakaan. Perpustakaan ikut membantu mencerdaskan para pemakainya melalui informasi yang disajikan. Ada istilah ‘autodidak’ yaitu  seseorang bisa  menjadi ahli bidang tertentu dengan belajar sendiri. Salah satunya yakni dengan membaca, meniru, merekam, mempraktikkan seperti aslinya, sesuai kemampuannya dalam memahami informasi. Hal ini tak akan terjadi tanpa ada transformasi  informasi antara pemakai informasi dengan koleksi atau informasi yang digunakan.

Salah satu program yang dilakukan oleh UPT Perpustakaan Unsyiah untuk merealisasikan tugas tersebut dengan program corporate social responsibility (CSC) karena aktif membantu perpustakaan di sejumlah lembaga pemasyarakatan (LP), rumah tahanan negara (rutan), dan cabang rutan.

Memikat

Apa jadinya jika diperpustakaan ada sebuah mini kafe? Bukankah akan membuat pengunjung semakin betah. Ya, ini lah yang dilakukan oleh UPT Perpustakaan Unsyiah. Dengan melihat kebiasaan mahasiswa yang suka nongkrong di warung kopi, Unsyiah memanfaatkan hal tersebut menjadi fasilitas untuk memikat para mahasiswa dan pengunjung pada umumnya agar bisa nongkrong sembari belajar.

Menjadikan Perpustakaan Menarik Ala UPT Perpustakaan Unsyiah
Menjadikan Perpustakaan Menarik Ala UPT Perpustakaan Unsyiah
keberadaan perpustakaan saat ini bukan hanya sekedar tempat belajar atau meminjam buku tapi banyak hal yang bisa disajikan oleh perpustakaan misalnya sebagai tempat rekreasi seperti nonton film, menghilangkan penat selepas kuliah, diskusi, browsing dan sebagainya. Dalam hal ini maka perlu adanya suatu sarana dan prasarana yang menunjang. Untuk itu selain mini kafe UPT Perpustakaan Unsyiah juga memfasilitasi perpustakaan mereka dengan sesuatu yang menarik seperti :
  1. Ruang baca
  2. Full AC dan bebas akses internet
  3. Ruang diskusi yang nyaman
  4. Kabel LAN/Internet
  5. Ruang ganti multi media center
  6. Ruang seminar, white board, LCD proyektor, Wifi

Menghubungkan

Perpustakaan sebagai informasi mempunyai kemampuan menghubungkan keperluan antara masyarakat dengan produk organisasi dalam hal ini adalah produk yang dikelola oleh perpustakaan. Sebagai wadah penghubung, Unsyiah selalu mengadakan berbagai event dengan tajuk Unsyiah Library Fiesta 2020 dengan berbagai kegiatan yang postif seperti lomba kompetisi blog, baca puisi, cipta puisi, akustik, dll.

Menjadikan Perpustakaan Menarik Ala UPT Perpustakaan Unsyiah
Menjadikan Perpustakaan Menarik Ala UPT Perpustakaan Unsyiah

Prestasi Perpustakaan Unsyiah

Sebagai wadah informasi, UPT Perpustakaan Unsyiah selalu menciptakan berbagai inovasi guna menarik minat pengunjung perpustakaan, maka tidak heran jika perpustakaan Unsyiah mampu meraih berbagai macam penghargaan. Salah satu penghargaan yang diraih oleh perpustakaan Unsyiah adalah SNI AWARDS.

Prestasi UPT Perpustakaan Unsyiah
Prestasi UPT Perpustakaan Unsyiah
Selain SNI AWARDS, UPT Perpustakaan Unsyiah kini sudah bertaraf internasional berkat pelayanan dan manajemen dilakukan dengan baik sehingga memperoleh sertifikat ISO.

Prestasi UPT Perpustakaan Unsyiah
Prestasi UPT Perpustakaan Unsyiah

Kesimpulan

Setelah memahami peran sebenarnya dari perpustakaan, apakah kita masih berpikir bahwa perpustakaan itu tempat yang monoton dan membosankan?? Jika masih mungkin kalian perlu banyak main ke perpustakaan lagi. Coba dan rasakan apa benar begitu.


Referensi:



Sunday, April 23, 2023

Membangun Kecerdasan Emosional Pemimpin

Kemampuan kecerdasan emosional pemimpin memiliki peran yang penting bagi organisasi dan orang-orang yang bekerja pada organisasi tersebut sebagaimana pernyataan Goleman, et al., (2002) dalam Nordstrom (2010:11): “The leader has always acted as the group’s emotional guide” bahwa seorang pemimpin menjadi pemandu emosi orang-orang dalam organisasi. Kecerdasan emosional yang dimiliki oleh pemimpin berdampak terhadap komitmen organisasional karyawan.

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang untuk bisa mengenal dirinya sendiri dengan lebih baik dan mengenal orang lain sehingga akan mampu menjalin sebuah hubungan yang harmonis dengan orang lain. Pengenalan diri sendiri maupun pengenalan pada orang lain ini adalah pengenalan atas potensi-potensi maupun kelemahan-kelemahan dalam diri yang menyebabkan seseorang mampu menempatkan diri ketika berhubungan dengan orang lain. Seseorang dengan kemampuan kecerdasan emosional tinggi akan mampu mengenal dirinya sendiri, mampu berpikir rasional dan berperilaku positif serta mampu menjalin hubungan sosial yang baik karena didasari pemahaman emosi orang lain.

Membangun Kecerdasan Emosional Pemimpin
Membangun Kecerdasan Emosional Pemimpin

Pengertian Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi juga merupakan kapasitas manusiawi yang dimiliki oleh seseorang dan sangat berguna untuk menghadapi, memperkuat diri, atau mengubah kondisi kehidupan yang tidak menyenangkan menjadi suatu hal yang wajar untuk diatasi.

Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat dan ketekunan, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, dan empati pada perasaan orang lain. Orang yang cerdas emosinya, akan menampakkan kematangan dalam pribadinya serta kondisi emosionalnya dalam keadaan terkontrol. Kecerdasan emosional merupakan daya dorong yang memotivasi kita untuk mencari manfaat dan potensi, dan mengaktifkan aspirasi nilai-nilai kita yang paling dalam “inner beauty”, mengubahnya dari apa yang dipikirkan menjadi apa yang kita jalani.

Jadi, kecerdasan emosional adalah gabungan dari semua emosional dan kemampuan sosial untuk menghadapi seluruh aspek kehidupan manusia.

Pengertian Kecerdasan Emosional Menurut Para Ahli

Menurut Dr.Christine Dreyfus (dalam Armstrong,2003), Kecerdasan emosional (Emotional Intelegensia) adalah kecerdasan non kognitif, yaitu sesuatu yang ada di luar keahlian dan pengetahuan, artinya kemampuan untuk memahami diri sendiri dan orang lain, saat seseorang tersebut berhubungan dengan orang lain dan beradaptasi menghadapi lingkungannya. Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa kecerdasan emosional mencerminkan bagaimana pengetahuan diaplikasikan dan dikembangkan sepanjang hidup seseorang. Disisi lain kecerdasan emosional juga dapat dipandang sebagai kompetensi (bersifat kognitif), jadi meskipun bersifat insting dan emosional, tetapi tetap dapat dipelajari/ dilatih, dengan kata lain kompetensi emosional diperoleh seiring perkembangan kedewasaan seseorang.

Menurut Goleman (1999), kecerdasan emosional adalah kepastian untuk mengawali perasaan sendiri, untuk mengelola emosi dengan baik dalam diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.

Sedang menurut Stephen P.Robin (2007), kecerdasan emosional adalah kemampuan, ketrampilan, kapabilitas dan kompetensi non kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam menghadapi tuntutan dan tekanan lingkungannya.

Menurut Devies dan rekan-rekannya, bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan dirinya sendiri dan orang lain, dan menggunakan informasi tersebut untuk menuntun proses berpikir serta perilaku seseorang.

Adapun Eko Maulana Ali Suroso (2004:127) mengatakan, bahwa kecerdasan emosional adalah sebagai serangkaian kecakapan untuk memahami bahwa pengendalian emosi dapat melapangkan jalan untuk memecahkan persoalan yang dihadapi.

Terbentuknya Emosi

Seperti yang telah dibahas diatas, kecerdasaran emosional bertumpu pada kepekaan dan kecakapan seseorang terhadap emosi.

Emosi berasal dari perkataan emotus atau emovere, yang artinya mencerca “to strip up”, yaitu sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, emosi dapat diartikan sebagai: 1) luapan perasaan yang berkembang dan surut diwaktu singkat; 2) keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis, seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan, keberanian yang bersifat subyektif.

W. James dan Carl Lange (Efendi dan Praja, 1985:82) mengatakan, bahwa emosi ditimbulkan karena adanya perubahan-perubahan pada sistem vasomater “otak-otak” atau perubahan jasmaniah individu. Misalnya, individu merasa senang, karena ia tertawa bukan tertawa karena senang, dan sedih karena menangis.

Menurut Harvey Carr, bahwa emosi adalah penyesuaian organis yang timbul secara otomatis pada manusia dalam menghadapi situasi-situasi tertentu. Misalnya, emosi marah timbul jika organisme dihadapkan pada rintangan yang menghambat kebebasannya untuk bergerak, sehingga semua tenaga dan daya dikerahkan untuk mengatasi rintangan itu dengan diiringi oleh gejala-gejala seperti denyut jantung yang meninggi, pernafasan semakin cepat, dan sebagainya.

Menurut CT. Morgan, terdapat beberapa aspek-aspek emosi yaitu:
  • Emosi adalah sesuatu yang sangat erat hubungannya dengan kondisi tubuh, misalnya denyut jantung, sirkulasi darah, dan pernafasan.
  • Emosi adalah sesuatu yang dilakukan atau diekspresikan, misalnya tertawa, tersenyum, menangis. 
  • Emosi adalah sesuatu yang dirasakan, misalnya merasa jengkel, kecewa, senang. 
  • Emosi juga merupakan suatu motif, sebab ia mendorong individu untuk berbuat sesuatu, kalau individu itu beremosi, senang, atau mencegah melakukan sesuatu kalau ia tidak senang.
Emosi sebagai suatu peristiwa psikologis, mengandung ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Bersifat tidak tetap (fluktuatif).
  2. Banyak berkaitan dengan peristiwa pengenalan panca indera. 
  3. Berlansung singkat dan berakhir tiba-tiba. 
  4. Bersifat sementara dan dangkal. 
  5. Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya.
Emosi dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu emosi sensoris dan kejiwaan (psikis), yaitu sebagai berikut:

a. Emosi sensoris

yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap tubuh, seperti rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang, dan lapar.

b. Emosi psikis

yaitu emosi yang mempunyai alasan-alasan kejiwaan. Yang termasuk emosi ini, di antaranya adalah:
  1. Perasaan intelektual, yaitu yang mempunyai hubungannya dengan ruang lingkup kebenaran.
  2. Perasaan sosial, yaitu perasaan yang menyangkut hubungannya dengan orang lain, baik bersifat perorangan maupun kelompok. 
  3. Perasaan susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai-nilai baik dan buruk atau etika. 
  4. Perasaan keindahan (estetika), yaitu perasaan yang berkaitan erat dengan keindahan dari sesuatu, baik bersifat kebendaan atau kerohanian. 
  5. Perasaan ketuhanan, yaitu salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk Tuhan, dianugerahi fitrah (kemampuan atau perasaan) untuk mengenal Tuhannya.
Dari ungkapan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa emosi adalah merupakan warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Yang dimaksud warna afektif, adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi situasi tertentu, misalnya gembira, bahagia, putus asa, terkejut, benci (tidak senang), iri, cemburu, dan sebagainya.

Jadi kecerdasan emosional bisa memainkan peran penting dalam pelaksanaan pekerjaan seseorang, artinya kecerdasan emosional lebih penting dari pada kecerdasan akademik. Seseorang yang mempunyai level kecerdasan emosional yang tinggi akan mempunyai kinerja yang lebih tinggi. Sehingga kecerdasan emosional menjadi ciri orang yang berkinerja tinggi dan mempunyai kemampuan untuk dapat berhubungan lebih baik dangan orang lain.

Oleh karena itu, apabila seseorang sudah dapat memanage, mengawasi, mengontrol, dan mengatur emosinya dengan tepat, baik ketika orang tersebut berhadapan dengan pribadinya, berhadapan dengan orang lain, orang tua, teman-teman, atau masyarakat, berhadapan dengan pekerjaan, atau masalah-masalah yang muncul, maka orang tersebut sudah dapat dikatakan mempunyai kecerdasan emosional. Karena kecerdasan emosional adalah potensi yang dimiliki seseorang untuk beradaptasi dengan lingkungannya.

Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional

Menurut Goleman terdapat dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional, yaitu: Faktor internal, yakni faktor yang timbul dari dalam diri individu yang dipengaruhi oleh keadaan otak emosional seseorang.

Otak emosional dipengaruhi oleh amygdala, neokorteks, sistem limbik, lobus prrefrontal dan hal-hal yang berada pada otak emosional, dan Faktor Eksternal yakni faktor yang datang dari luar individu dan mempengaruhi atau mengubah sikap pengaruh luar yang bersifat individu dapat secara perorangan, secara kelompok, antara individu dipengaruhi kelompok atau sebaliknya, juga dapat bersifat tidak langsung yaitu melalui perantara misalnya media massa baik cetak maupun elektronik serta informasi yang canggih lewat jasa satelit.

Sedangkan menurut Agustian (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional, yaitu: faktor psikologis, faktor pelatihan emosi dan faktor pendidikan.

1) Faktor psikologis

Faktor psikologis merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu. Faktor internal ini akan membantu individu dalam mengelola, mengontrol, mengendalikan dan mengkoordinasikan keadaan emosi agar termanifestasi dalam perilaku secara efektif.

Menurut Goleman (2007) kecerdasan emosi erat kaitannya dengan keadaan otak emosional. Bagian otak yang mengurusi emosi adalah sistem limbik. Sistem limbik terletak jauh dalam hemisfer otak besar dan terutama bertanggung jawab atas pengaturan emosi dan impuls.

Peningkatan kecerdasan emosi secara fisiologis dapat dilakukan dengan puasa. Puasa tidak hanya mengendalikan dorongan fisiologis manusia, namun juga mampu mengendalikan kekuasaan impuls emosi. Puasa yang dimaksud salah satunya yaitu puasa sunah Senin Kamis.

2) Faktor pelatihan emosi

Kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang akan menciptakan kebiasaan, dan kebiasaan rutin tersebut akan menghasilkan pengalaman yang berujung pada pembentukan nilai (value). Reaksi emosional apabila diulang-ulang pun akan berkembang menjadi suatu kebiasaan. Pengendalian diri tidak muncul begitu saja tanpa dilatih.

Melalui puasa sunah Senin Kamis, dorongan, keinginan, maupun reaksi emosional yang negatif dilatih agar tidak dilampiaskan begitu saja sehingga mampu menjaga tujuan dari puasa itu sendiri. Kejernihan hati yang terbentuk melalui puasa sunah Senin Kamis akan menghadirkan suara hati yang jernih sebagai landasan penting bagi pembangunan kecerdasan emosi.

3) Faktor pendidikan

Pendidikan dapat menjadi salah satu sarana belajar individu untuk mengembangkan kecerdasan emosi. Individu mulai dikenalkan dengan berbagai bentuk emosi dan bagaimana mengelolanya melalui pendidikan.

Pendidikan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga dan masyarakat. Sistem pendidikan di sekolah tidak boleh hanya menekankan pada kecerdasan akademik saja, memisahkan kehidupan dunia dan akhirat, serta menjadikan ajaran agama sebagai ritual saja.

Pelaksanaan puasa sunah Senin Kamis yang berulang-ulang dapat membentuk pengalaman keagamaan yang memunculkan kecerdasan emosi. Puasa sunah Senin Kamis mampu mendidik individu untuk memiliki kejujuran, komitmen, visi, kreativitas, ketahanan mental, kebijaksanaan, keadilan, kepercayaan, peguasaan diri atau sinergi, sebagai bagian dari pondasi kecerdasan emosi

Langkah-langkah Membangun Kecerdasan Emosional

Ada beberapa langkah yang dibutuhkan untuk dapat membangun kecerdasan emosional, (Michael Armstrong, 2003), yaitu :
  1. Menilai, kecerdasan emosional seperti apa yang dibutuhkan oleh suatu jabatan.
  2. Menilai secara pribadi tingkat kecerdasan emosional mereka yang akan menempati jabatan tersebut. 
  3. Mengukur kesiapan orang-orang untuk mau memperbaiki kecerdasan emosionalnya. 
  4. Memotivasi orang-orang untuk percaya bahwa pengalaman belajar akan lebih bermanfaat. 
  5. Memusatkan perhatian pada sasaran yang jelas. 
  6. Mencegah adanya penurunan kemampuan yang tidak dapat dihindari 
  7. Memberi umpan balik kinerja 
  8. Mendorong orang-orang untuk mau melakukan aplikasi kemajuan dalam praktek kerja. 
  9. Memberikan model perilaku yang diinginkan 
  10. Mendorong dan menciptakan iklim untuk memperbaiki diri sendiri. 
  11. Mengevaluasi, dengan ukuran hasil kinerja yang dapat diandalkan.

Langkah-langkah Meningkatkan Kecerdasan Emosional

Setelah memiliki kecerdasan emosional namun merasa bahwa kecerdasan emosional belum maksimal maka kita dapat meningkatkan kecerdasan emosional. Norman Rosenthal, MD, bukunya yang berjudul “The Emotional Revolution”, menjelaskan cara untuk meningkatkan kecerdasan emosional, yaitu
  • Coba rasakan dan pahami perasaan anda. Jika perasaan tidak nyaman, kita mungkin ingin menghindari karena mengganggu. Duduklah, setidaknya dua kali sehari dan bertanya, “Bagaimana perasaan saya?” mungkin memerlukan waktu sedikit untuk merasakannya. Tempatkan diri Anda di ruang yang nyaman dan terhindar dari gangguan luar.
  • Jangan menilai atau mengubah perasaan Anda terlalu cepat. Cobalah untuk tidak mengabaikan perasaan Anda sebelum Anda memiliki kesempatan untuk memikirkannya. Emosi yang sehat sering naik dan turun dalam sebuah gelombang, meningkat hingga memuncak, dan menurun secara alami. Tujuannya adalah jangan memotong gelombang perasaan Anda sebelum sampai puncak. 
  • Lihat bila Anda menemukan hubungan antara perasaan Anda saat ini dengan perasaan yang sama di masa lalu. Ketika perasaan yang sulit muncul, tanyakan pada diri sendiri, “Kapan aku merasakan perasaan ini sebelumnya?” Melakukan cari ini dapat membantu Anda untuk menyadari bila emosi saat ini adalah cerminan dari situasi saat ini, atau kejadian di masa lalu Anda. 
  • Hubungkan perasaan Anda dengan pikiran Anda. Ketika Anda merasa ada sesuatu yang menyerang dengan luar biasa, coba untuk selalu bertanya, “Apa yang saya pikirkan tentang itu?” Sering kali, salah satu dari perasaan kita akan bertentangan dengan pikiran. Itu normal. Mendengarkan perasaan Anda adalah seperti mendengarkan semua saksi dalam kasus persidangan. Hanya dengan mengakui semua bukti, Anda akan dapat mencapai keputusan terbaik. 
  • Dengarkan tubuh Anda. Pusing di kepala saat bekerja mungkin merupakan petunjuk bahwa pekerjaan Anda adalah sumber stres. Sebuah detak jantung yang cepat ketika Anda akan menemui seorang gadis dan mengajaknya berkencan, mungkin merupakan petunjuk bahwa ini akan menjadi “sebuah hal yang nyata.” Dengarkan tubuh Anda dengan sensasi dan perasaan, bahwa sinyal mereka memungkinkan Anda untuk mendapatkan kekuatan nalar. 
  • Jika Anda tidak tahu bagaimana perasaan Anda, mintalah bantuan orang lain. Banyak orang jarang menyadari bahwa orang lain dapat menilai bagaimana perasaan kita. Mintalah seseorang yang kenal dengan Anda (dan yang Anda percaya) bagaimana mereka melihat perasaan Anda. Anda akan menemukan jawaban yang mengejutkan, baik dan mencerahkan. 
  • Masuk ke alam bawah sadar Anda. Bagaimana Anda lebih menyadari perasaan bawah sadar Anda? Coba asosiasi bebas. Dalam keadaan santai, biarkan pikiran Anda berkeliaran dengan bebas. Anda juga bisa melakukan analisis mimpi. Jauhkan notebook dan pena di sisi tempat tidur Anda dan mulai menuliskan impian Anda segera setelah Anda bangun. Berikan perhatian khusus pada mimpi yang terjadi berulang-ulang atau mimpi yang melibatkan kuatnya beban emosi. 
  • Tanyakan pada diri Anda: Apa yang saya rasakan saat ini. Mulailah dengan menilai besarnya kesejahteraan yang anda rasakan pada skala 0 dan 100 dan menuliskannya dalam buku harian. Jika perasaan Anda terlihat ekstrim pada suatu hari, luangkan waktu satu atau dua menit untuk memikirkan hubungan antara pikiran dengan perasaan Anda. 
  • Tulislah pikiran dan perasaan Anda ketika sedang menurun. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dengan menuliskan pikiran dan perasaan dapat sangat membantu mengenal emosi Anda. Sebuah latihan sederhana seperti ini dapat dilakukan beberapa jam per minggu. 
  • Tahu kapan waktu untuk kembali melihat keluar. Ada saatnya untuk berhenti melihat ke dalam diri Anda dan mengalihkan fokus Anda ke luar. Kecerdasan emosional tidak hanya melibatkan kemampuan untuk melihat ke dalam, tetapi juga untuk hadir di dunia sekitar Anda.

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kepemimpinan

Berdasarkan pada hasil penelitian Goleman (1999), pemimpin yang ideal mempunyai kompetensi personal dan kompetensi sosial. Kompetensi Personal, yang meliputi :

1. Kompetensi Personal

Kesadaran diri sendiri

Kemampuan seseorang sangat tergantung kepada kesadaran dirinya sendiri, juga sangat tergantung kepada pengendalian emosionalnya.

Apabila seseorang dapat mengendalikan emosinya dengan sebaik-baiknya, memanfaatkan mekanisme berpikir yang tersistem dan kontruksi dalam otaknya, maka orang tersebut akan mampu mengendalikan emosinya sendiri dan menilai kapasitas dirinya sendiri.

Orang dengan kesadaran diri yang tinggi, akan memahami betul tentang impian, tujuan, dan nilai yang melandasi perilaku hidupnya. Apabila seseorang telah mengetahui akan dirinya sendiri, maka akan muncul pada dirinya kesadaran akan emosinya sendiri, penilaian terhadap dirinya secara akurat, dan percaya akan dirinya sendiri. Berikut adalah kemampuan bagaimana mengelola kesadaran diri:
  • Kesadaran diri: Membaca emosi diri sendiri dan mengenali dampaknya; menggunakan insting, nyali untuk memandu pembuatan keputusan.
  • Penilaian-diri yang akurat: Mengetahui kekuatan dan keterbatasan diri. 
  • Kepercayaan diri: Kepekaan yang sehat mengenai harga diri dan kemampuan diri

Pengelolaan diri sendiri

Seseorang, sebelum mengetahui atau menguasai orang lain, ia harus terlebih dahulu mampu memimpin atau menguasai dirinya sendiri. Orang tersebut harus tahu tingkat emosional, keunggulan, dan kelemahan dirinya sendiri. Apabila tingkat emosional tidak disadari, maka orang tersebut akan selalu bertindak mengikuti dinamika emosinya.

Untuk menciptakan tingkat kompetensi pengelolaan diri sendiri yang tinggi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Berikut beberapa aspek dari pengelolaan diri:
  • Kendali diri emosi: Mengendalikan emosi dan dorongan yang meledak-ledak
  • Penilaian Diri: secara akurat dapat mengukur kekuatan dan keterbatasan diri sendiri. 
  • Kepercayaan Diri: perasaan akan harga diri dan kemampuan diri yang baik.

Manajemen Diri

  1. Kendali Diri emosi: mengendalikan emosi dan gerak hati yang mengganggu.
  2. Transparansi: menunjukkan kejujuran dan integritas; terpercaya 
  3. Pencapaian: hasrat untuk memperbaiki performa untuk mencapai standard keunggulan diri. 
  4. Adaptabilitas: maksudnya bisa fleksibel dalam mengatasi perubahan 
  5. Inisiatif: kesiapan untuk bertindak dan mengambil keputusan 
  6. Optimisme: selalu melihat sisi baik, setiap kejadian.

2. Kompetensi Sosial,yang terdiri dari:


Kesadaran sosial

Sebagai makhluk sosial, kita harus dan selalu berhubungan dan bergesekan dengan orang lain, baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat, karena kita tidak akan dapat hidup sendiri tanpa orang lain.

Oleh karena itu, semua orang harus memiliki kesadaran sosial, dan apabila seseorang telah mempunyai kesadaran sosial, maka dalam dirinya akan muncul empati, kesadaran, dan pelayanan.
  • Empati: Merasakan emosi orang lain, memahami sudut pandang mereka, dan berminat aktif pada kekhawatiran mereka. Empati mewakili sebuah unsur penting kepemimpinan yang cerdas secara emosi. Dengan mendengarkan perasaan orang lain pada saat itu, seorang pemimpin dapat berkata atau melakukan apa yang tepat, apakah itu menenangkan ketakutan, meredakan kemarahan, atau membawa kebahagiaan.
  • Kesadaran organisasional: Membaca apa yang sedang terjadi, keputusan jaringan kerja, dan politik di tingkat organisasi 
  • Pelayanan: Mengenali dan memenuhi kebutuhan pengikut, klien atau pelanggan

Manajemen Hubungan

Dalam pengelolaan relasi terdapat persuasi, pengelolaan konflik, dan kolaborasi. Kepawaian dalam pengelolaan relasi bertujuan pada bagaimana menangani emosi orang lain. Hal ini membuat pemimpin harus mampu mengenali emosinya sendiri dan dengan bantuan empati, menyelaraskan diri dengan orang-orang yang dipimpinnya.
  1. Pengaruh: dapat menggunakan teknik persuasif yang efektif.
  2. Manajemen konflik: dapat menyelesaikan perselisihan yang timbul, dengan baik 
  3. Inspiratif: memandu dan memotivasi dengan pandangan yang mendorong. 
  4. Katalis perubahan: memulai, mengatur dan memimpin jalan ke arah yang baru 
  5. Membangun ikatan: menebar dan mempertahankan jaringan/hubungan yang ada 
  6. Kerja tim dan Kolaborasi: mengedepankan kerjasama dan membangun tim.

Dengan demikian seseorang pemimpin/manajer yang hebat bukanlah seseorang yang melakukan kesia-siaan dengan mempelajari bakat baru, akan tetapi mereka yang lebih fokus menyesuaikan bakat yang dimiliki dengan tuntutan peran (sebagai pemimpin). Jadi kecocokan antara peran, bakat ,kompetensi dan kecerdasan emosional adalah faktor penting dalam menentukan performa seorang pemimpin.

Ciri Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional (EQ) yang dimiliki seseorang, akan membuatnya tampil menjadi orang yang percaya diri, mampu berkomunikasi dan berhubungan baik dengan orang lain. Hal ini karena orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi mampu memahami dan mengelola emosi mereka sehingga mereka tahu bagaimana cara bersikap dan berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi lebih memiliki kesempatan untuk mencapai kesuksesan hidup.

Orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) memiliki ciri-ciri tertentu yang dapat diamati. Berikut adalah ciri kecerdasan emosional (EQ):

1. Ingin tahu tentang orang lain

Ciri kecerdasan emosional (EQ) yang pertama adalah selalu ingin tahu tentang orang lain. Orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi cenderung suka untuk berteman dengan orang lain sebanyak mungkin. Mereka merasa ingin tahu tentang orang lain, bahkan orang yang belum dikenal sekalipun. Merasa ingin tahu dan menjadi tertarik dengan orang lain juga bisa menumbuhkan empati. Memperluas empati dengan berbicara dengan orang lain sebanyak mungkin merupakan salah satu cara untuk menambah pengetahuan dan pandangan hidup Anda tentang dunia.

2. Pemimpin yang besar

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Daniel Goleman yakni penulis buku terlaris internasional Emotional Intellegence, para pemimpin yang luar biasa memiliki satu kesamaan didalam kepemimpinannya selain bakat, etos kerja yang kuat serta ambisi. Mereka rata-rata memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi dari pada kecerdasan intelektual (IQ).

3. Tahu kekuatan dan kelemahan diri

Ciri kecerdasan emosional (EQ) selanjutnya adalah tahu kekuatan dan kelemahan diri. Orang yang memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi akan mengetahui dimana letak kekuatan dan kelemahan dari dirinya sendiri. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan Anda, bisa Anda dijadikan bekal tentang bagaimana seharusnya Anda bertindak dengan menutupi kelemahan dan mengunggulkan kekuatan yang Anda miliki. Kesadaran akan keadaan diri ini akan melahirkan kepercayaan diri yang kuat pada diri Anda.

4. Kemampuan untuk fokus dan konsentrasi

Ciri orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi adalah memiliki kemampuan untuk selalu fokus dan berkonsentrasi dengan apa yang dikerjakan dan apa yang ingin dicapainya.

5. Manajemen kesedihan

Ciri kecerdasan emosional (EQ) yang selanjutnya adalah dapat memanajemen atau mengatur kesedihan. Orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi tahu bagaimana caranya mengelola emosi, marah bahkan rasa sedih. Walaupun setiap orang pasti merasakan kesedihan, namun orang yang memiliki keerdasan emosional (EQ) yang tinggi mampu mangatur dan memanajemen kesedihan yang dirasakannya.

6. Memiliki banyak teman

Ciri kecerdasan emosional (EQ) berikutnya adalah memiliki banyak teman. Orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi mampu memahami emosi diri dan emosi orang lain sehingga tahu bagaimana bersikap dengan orang lain sehingga disukai banyak orang dan memiliki banyak teman.

7. Selalu menjadi orang yang lebih baik dan bermoral

Ciri kecerdasan emosional (EQ) yang selanjutnya adalah selalu ingin menajdi orang yang lebih baik dan bermoral. Hal ini berkaitan dengan cara membangun hubungan interpersonal dengan orang lain.

8. Membantu orang lain

Ciri kecerdasan emosional (EQ) selanjutnya adalah membantu orang lain. Orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi cenderung memiliki jiwa sosial yang tinggi pula, serta memiliki rasa untuk selalu ingin membantu orang lain.

9. Pandai membaca ekspresi wajah orang

Mampu merasakan perasaan orang lain adalah ciri kecerdasan emosional (EQ) yang selanjutnya. Orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi mampu membaca dan memahami ekspresi seseorang walaupun hanya dengan melihat ekspresi wajahnya saja.

10. Selalu bangkit dari kegagalan

Orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi akan selalu bangkit dari setiap kegagalan yang dialaminya. Hal ini dikarenakan ia mampu mengontrol emosi negatifnya dan mengubahnya menjadi motivasi untuk meraih kesuksesannya.

11. Berkarakter

Ciri kecerdasan emosional (EQ) berikutnya adalah berkarakter. Orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi adalah orang yang memiliki karakter, kepribadian serta pendirian yang teguh. Mereka selalu mantap dalam melakukan segala hal karena ia mampu berfikir dan membuat keputusan yang tepat.

12. Percaya diri

Ciri kecerdasan emosional (EQ) selanjutnya adalah percaya diri. Orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi mampu tampil percaya diri karena ia mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya sehingga ia tahu bagaiamana harus bertindak dan membuat keputusan yang tepat.

13. Memiliki motivasi yang tinggi

Orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi selalu memotivasi diri sendiri untuk selalu fokus dalam meraih dan mewujudkan kesuksesannya.

14. Tahu kapan harus bertindak

Ciri kecerdasan emosional (EQ) yang terakhir adalah tahu kapan harus bertindak. Orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi, memiliki kemampuan untuk mengontrol dan mengendalikan emosinya. Mereka tidak akan terbawa emosi dan tahu kapan waktu yang tepat untuk bertindak dan melakukan sesuatu berdasarkan pertimbangan yang matang.

Saturday, April 22, 2023

Menjadi Pemimpin yang Resonan

Kepemimpinan atau leadership adalah suatu cara untuk mempengaruhi dan memotivasi oranglain, bawahan atau kelompok untuk saling bekerjasama dalam upaya mencapai suatu tujuan bersama tanpa adanya unsur paksaan. Kepemimpinan sangat penting dalam suatu organisasi, karena kepemimpinan merupakan faktor kunci dalam suksesnya suatu organisasi atau manajemen. Kepemimpinan itu ada di dalam diri pemimpin. Suatu organisasi akan menjadi buta dan tidak memiliki arah jika tidak ada unsur kepemimpinan dalam organisasi tersebut.

Menjadi Pemimpin yang Resonan
Menjadi Pemimpin yang Resonan

Pengertian Kepemimpinan Resonansi

Kata resonansi (resonance) berasal dari bahasa latin resonare yang artinya “menggemakan”, sedangkan menurut Oxford English Dictionary arti resonance adalah “penguatan atau pemanjangan suara melalui pemantulan” atau “melalui getaran yang selaras”. Resonansi dalam ilmu fisika diartikan sebagai peristiwa bergetarnya suatu benda karena getaran benda lain. Artinya ada kesamaan antara kedua benda tersebut, yaitu sama-sama bergetar. Hubungannya dengan kepemimpinan, resonansi yang dimaksud disini adalah bagaimana pemimpin mampu merasakan juga apa yang dirasakan oleh pengikutnya/bawahnnya. Pemimpin resonansi mampu memahami dan berempati terhadap apa yang dirasakan oleh bawahannya.

Resonansi adalah kapasitas untuk melakukan sinkronisasi satu sama lain; Oleh karena itu, kepemimpinan resonan adalah kapasitas untuk disesuaikan dengan kebutuhan tim manusia. Menurut psikolog dan penulis buku terlaris David Coleman, ketika berbicara tentang manajer puncak, kecerdasan emosional (EQ) dua kali lebih penting daripada keterampilan + IQ. Pemimpin yang resonan memiliki tingkat EQ yang lebih tinggi dan kemampuan yang lebih banyak untuk menghubungkan diri mereka dengan tim mereka. Mereka lebih dipercaya oleh karyawan mereka karena mereka menunjukkan empati pada saat terjadi masalah, tantangan, dan krisis pribadi. Mereka menciptakan harmoni dalam sebuah kelompok dan memotivasi pekerja untuk mengikuti sebuah penglihatan, bahkan ketika situasinya tegang

Resonant leadership mempengaruhi diri anda dan berhubungan dengan orang lain melalui kesadaran, harapan, dan kepedulian. Resonant leader adalah pria maupun wanita yang memimpin dengan penuh gairah dalam mencapai tujuan –tujuan mereka. Pemimpin hebat membangun hubungan yang harmonis dengan orang–orang di sekitar mereka. Kunci untuk membangun hubungan yang harmonis adalah dengan kecerdasan emosional. Selain itu, seorang resonant leader memetakan arah menuju wilayah yang belum dikenal dan memberikan inspirasi kepada orang–orang yang ada dalam organisasi, lembaga dan masyarakat. Mereka mencari berbagai peluang baru ditengah–tengah berbagai tantangan yang ada saat ini, memberikan secercah harapan ketika dihadapkan pada rasa takut dan keputusasaan. Para pemimpin jenis ini mampu menggerakkan orang–orang di kelompoknya dengan penuh kekuatan, gairah, dan ketegasan. Mereka melakukannya sembari mengelola pengorbanan yang tidak bisa dihindari, yang sudah melekat dalam peran mereka. Mereka mendedikasikan diri mereka untuk tujuan yang mulia, namun mereka juga peduli pada diri mereka, dengan terus terlibat dalam upayapembaruan diri supaya mereka tetap bisa beresonansi sepanjang waktu.

Resonansi adalah energi kolektif yang kuat yang bergema di antara orang-orang dan mendukung produktivitas yang lebih tinggi, kreativitas, rasa persatuan, rasa tujuan, dan hasil. Resonansi berasal dari kemampuan kita untuk menggunakan sistem kognitif dan biologis kita sendiri untuk menguasai keterampilan kesadaran diri, kesadaran orang lain, empati, dan kecerdasan emosional. Pemimpin resonan menggunakan keterampilan kecerdasan emosional dan sosial untuk memperbarui diri, menciptakan hubungan yang positif, dan menumbuhkan, lingkungan hidup yang sehat untuk melibatkan orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Mereka melakukan hal ini melalui kesadaran, harapan dan kasih saying, yaitu:
  1. Kesadaran: Kesadaran tentang apa yang sebenarnya terjadi di dalam tubuh, pikiran, hati, dan jiwa, dengan memperhatikan apa yang terjadi di sekitar Anda.
  2. Harapan: Memetakan suatu tindakan pada tujuan yang diartikulasikan secara jelas, percaya tujuan dapat dipenuhi dan akhirnya mencapai mereka dengan rasa kesejahteraan . 
  3. Compassion: Belas kasihan adalah empati dalam tindakan, bukan hanya peduli, tetapi membantu orang lain untuk menemukan mimpi mereka dan membantu untuk mencapainya.
Pemimpin resonan mengelola emosi negatif, melakukan dengan hati-hati, sadar dan tepat. Pemimpin seperti ini memancarkan emosi yang menular dan mempengaruhi semua di sekitar mereka. Para pemimpin ini secara sadar menyesuaikan diri dengan orang-orang, fokus mereka pada penyebab umum, membangun rasa kebersamaan, dan menciptakan iklim yang merilis gairah rakyat, energi, dan semangat bersatu. Mereka mampu tetap tenang dan tetap fokus untuk mengelola diri mereka sendiri dan orang lain secara efektif di bawah tekanan atau ketika berhadapan dengan situasi ambigu.

Pemimpin resonan juga memfasilitasi pemberdayaan, bertindak dengan cara yang meninggalkan orang-orang di sekitar mereka (rekan, anggota tim, karyawan, pemasok, anggota masyarakat, dll) merasa lebih kuat dan lebih mampu. Mereka mendorong partisipasi dan kerja sama tim dengan tetap intens berhubungan dengan apa yang mereka memimpin berpikir dan merasa untuk memotivasi dan memberikan energi. Resonan lingkungan kerja dukungan kesehatan dan kesejahteraan, mendorong kolaborasi dan inovasi, terlibat dan memotivasi karyawan, dan akhirnya menyebabkan peningkatan kinerja secara keseluruhan.

5 Alasan Mengapa Kepemimpinan Resonan Bekerja Dalam Jangka Panjang

Pemimpin yang resonan adalah seseorang yang mampu membujuk karyawan bahwa tujuan organisasi juga merupakan tujuan mereka dan bahwa kesuksesan perusahaan adalah cerminan dari perasaan mereka terhadap sesuatu yang lebih besar dan lebih ekspansif daripada apa pun yang dapat mereka capai pada mereka sendiri. Dengan kata lain, seorang pemimpin yang resonan mengilhami orang-orang di dalam organisasi untuk mengupayakan sesuatu yang lebih besar daripada diri mereka sendiri.

Memiliki visi yang jelas, maka pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana Anda mengkomunikasikannya kepada karyawan dan klien Anda. Tujuannya, menurut Goleman dan Bunker adalah seakurat mungkin dalam komunikasi Anda, sehingga mendapatkan dampak terbesar dengan pesan Anda. Jika Anda masih bertanya mengapa Anda harus tulus, mungkin akan sangat membantu jika melihat tingkat turnover karyawan Anda. Jika Anda memiliki retensi karyawan yang baik dan mendapati bahwa Anda dapat membantu tim Anda bekerja melalui penolakan terhadap perubahan, jika umpan balik Anda diterima dengan baik dan Anda tidak memiliki masalah dalam mengkomunikasikan visi Anda ke perusahaan Anda, maka mungkin Anda sudah menjadi pemimpin yang resonan. Perlu lebih baik pada mereka, maka perlu bertanya pada diri sendiri pertanyaan-pertanyaan ini:
  1. Apa yang mengilhami saya tentang apa yang saya lakukan? Bagaimana cara berbagi inspirasi dengan karyawan dan klien saya?
  2. Seberapa jujur ​​dan terbuka saya tentang kelemahan dan kekuatan saya saat berbicara dengan klien dan karyawan saya? 
  3. Apakah saya mendengarkan?
Jika jawaban untuk ketiganya adalah "Saya tidak tahu" maka Anda memiliki kesempatan bagus untuk menjadi pemimpin yang lebih resonan dan berpengaruh.

Unsur dasar komunikasi adalah bahwa Anda harus mengungkapkan kepada audiens Anda apa yang Anda inginkan dipantulkan kembali kepada Anda. Jika Anda ingin karyawan Anda lebih terbuka dan fleksibel, tanyakan pada diri Anda apakah Anda bersikap terbuka dan fleksibel saat berkomunikasi dengan mereka. Jika Anda ingin mereka mendengarkan dan mengambil alih kepemilikan proyek, tanyakan pada diri Anda apakah Anda mendengarkan mereka dan memberi mereka ruang untuk menganggapnya sebagai milik mereka sendiri.

Mengetahui kekuatan dan kelemahan Anda dan bisa berbicara tentang mereka memberi orang lain izin untuk memiliki milik mereka sendiri. Hal terakhir yang Anda inginkan adalah seseorang yang berbohong tentang bersikap baik terhadap sesuatu jika ada orang lain yang bisa melakukannya dengan lebih baik. Jika setiap orang harus pandai dalam segala hal, maka tidak akan ada kebutuhan untuk sebuah tim.

Mendengarkan. Tidak ada yang membuka orang lebih dari keyakinan bahwa gagasan dan pendapat mereka didengar. Anda tidak perlu memanjakan setiap keinginan, tapi memberi orang kesempatan untuk berbagi di mana mereka berada dalam sebuah proyek atau dalam transisi sangat penting untuk melepaskan tekanan yang melekat dalam situasi yang penuh tekanan. Pemimpin yang berempati pada saat-saat ini dapat melakukan hal-hal menakjubkan untuk sebuah kelompok yang mencoba membuat perubahan besar. Analisis kepemimpinan resonan bekerja dalam jangka panjang, dan mengapa gaya kepemimpinan ini lebih efisien:

1. Pemimpin resonan mencegah kelelahan

Kita merasa terbakar saat kita lelah, sinis, dan tidak efisien saat bekerja. Terkadang hal itu terjadi karena kita tidak didengar, lain kali karena kita telah bekerja terlalu keras dan belum dikenali, dan terkadang hal itu terjadi karena terlalu banyak perubahan dan kita tidak bisa mengatasinya lagi. Pemimpin yang resonan akan mencegah kelelahan dengan membangun lingkungan kerja yang positif.

Bagaimana? Menurut Richard Boyatzis dan Annie McKee dalam buku Resonant Leadership, seorang pemimpin yang efektif akan menciptakan hubungan yang resonan melalui perhatian, harapan, dan kasih sayang.
Mari kita lihat bagaimana konsep-konsep ini mempengaruhi gaya kepemimpinan:
  • Perhatian: Pengaturan emosi akan membantu menghindari kelelahan. Pemimpin akan melihat masalah, masalah, dan tantangan proyek dari perspektif yang tenang dan menerima. Rasa ketenangan ini akan dirasakan oleh anggota tim dan diadopsi. Ini tidak berarti bahwa pemimpin tidak akan bereaksi; Dia akan bereaksi dari posisi yang sangat mantap dan kuat.
  • Welas asih: Berlatih mendengarkan dan berbicara secara aktif dari hati. Pemimpin tidak hanya akan melatih empati tapi juga akan peduli, jadi anggota tim merasa seperti bagian dari tim. Lelah dan kesepian terkadang digabungkan bersama; Jika anggota tim merasa bahwa manajer mereka benar-benar memahaminya, kemungkinan akan berkurang kemungkinan pemadaman. 
  • Harapan: Pemimpin akan, terus-menerus dan kreatif, mengingatkan kita akan makna pekerjaan kita. Jika kita memiliki gagasan yang sangat jelas tentang mengapa pekerjaan kita penting, kelelahan tidak akan ada kemungkinan.

2. Tim lebih termotivasi

Motivasi nomor satu, yang bertahan sepanjang tahun, adalah berbagi visi organisasi. Pemimpin yang resonan membantu kita memahami tujuan dari apa yang kita lakukan, dan mereka terus mengingatkan anggota tim mengapa mereka penting dalam mencapai visi perusahaan atau tim. Pengulangan rutin mengapa kita berada di sana, mengapa organisasi diciptakan, dan bagaimana hal itu membantu orang lain membawa makna yang lebih tinggi dan harapan kepada anggota tim.

Pemimpin yang efektif menggunakan konteks ini untuk meningkatkan motivasi dan membuat karyawan berkembang di dalamnya.
Pemimpin yang efektif akan cerdas secara emosional, sadar, dan sadar sehingga dia dapat memahami emosi yang menyebar dalam tim dan mengerjakannya. Kita harus ingat bahwa emosi, baik positif maupun negatif, menular. Ketika seorang pemimpin benar-benar termotivasi, tim juga akan termotivasi saat emosi ini menyebar dengan cepat. Studi neurologis menunjukkan bahwa penularan ini menyebar dalam milidetik, dan juga tidak sadar.

3. Tim lebih berkomitmen

Pemimpin resonan bersifat empati, pengertian, dan mereka sangat peduli terhadap orang lain. Pikirkan tentang hidup Anda: ketika seseorang menunjukkan bahwa mereka benar-benar peduli dengan Anda, bagaimana reaksi Anda? Yaitu dengan memberi mereka yang terbaik. Apa yang terjadi saat Anda merasa seperti bagian dari kelompok atau tim yang Anda sukai? Bagaimana reaksi anda? Anda mencoba untuk tidak membiarkan mereka turun. Inilah sebabnya, dengan menunjukkan kepedulian dan mempromosikan identitas tim, perusahaan dengan pemimpin resonan lebih banyak berkomitmen terhadap misi dan tujuan organisasi.

Karyawan yang tegang dan takut bisa sangat produktif dalam jangka pendek, namun hasilnya tidak akan bertahan lama. Ketika seorang pemimpin menciptakan lingkungan yang mempromosikan empati, di mana emosi dikelola dengan baik, orang memiliki kesadaran diri, dan keterampilan sosial dipeluk, tim merasa percaya dan merasa nyaman mengambil risiko dan pembelajaran yang sehat berkembang. Di sisi lain, ketika kecerdasan emosional tidak digunakan, anggota tim merasa takut dan cemas; Dua konsep yang bertentangan dengan gagasan komitmen, keberlanjutan, dan efisiensi.

4. Pemimpin yang resonan mendapat respon yang lebih baik selama masa-masa sulit

Berlawanan dengan apa yang mungkin diyakini beberapa orang, ketika ada PHK dan perubahan dalam sebuah organisasi, tim dengan pemimpin resonan merespons dengan lebih baik dan kurang ditekankan oleh perubahan tersebut. Seorang pemimpin berempati, tulus, asli, dan bertindak dengan integritas, anggota tim akan menyadari transparansi dan nilai itu.

Mereka akan merasa dekat dengan orang itu dan menghadapi perubahan bersama. Di tempat kerja, mirip dengan persahabatan, ketika seseorang berada di sana selama masa sulit, Anda menciptakan ikatan dengan orang itu dan Anda akan selalu menemaninya. Inilah sebabnya mengapa pemimpin resonan memiliki tingkat turnover yang lebih rendah, dan tim mereka tampil lebih baik.

5. Pemimpin resonan membangun tim yang berkelanjutan

Pemimpin resonan cenderung menginspirasi orang lain dengan menciptakan dan mempertahankan resonansi. Sebagian besar waktu, saat Anda meninggalkan pertemuan dengan pemimpin yang efisien, Anda merasa dituntut, senang, dan terinspirasi. Manajer juga merasa terpenuhi dan diakui dari percakapan itu, sehingga memasuki lingkaran motivasi dan kepuasan tanpa henti yang akan mengarah pada tim yang berkelanjutan. Pemimpin merasa stres dan kelelahan, jika dia telah melakukan pekerjaan dengan baik di masa lalu, energi dari tim akan kembali kepadanya.

Menjadi Pemimpin yang Resonan

Pertanyaan tentang apakah orang lahir dengan tingkat empati tertentu atau apakah mereka mempelajarinya? Jawabannya adalah keduanya benar. Memang ada unsur genetik pada kecerdasan emosi, tetapi pembelajaran dan penumbuhan juga mempunyai peran besar. Meskipun tingkat awal kemampuan alami masing-masing orang berbeda-beda, tetapi setiap orang bisa belajar untuk meningkatkannya, terlepas dari titik manapun ia memulai. Persoalannya hanyalah sekedar membangun keterampilan yang sudah dimiliki seseorang

Kemampuan menjadi pemimpin resonan bukanlah sesuatu yang Anda dilahirkan. Ini adalah sesuatu yang harus kita pelajari dan praktikkan selama bertahun-tahun; Ini adalah gaya kepemimpinan yang bisa dilatih dan diperoleh melalui kesadaran.Kecerdasan emosional tidak memiliki jenis kelamin. EQ diukur dengan berbagai faktor termasuk kesadaran diri, kemampuan untuk mengelola emosi, inovasi, empati, dan keterampilan sosial Anda, dan sejauh ini, penelitian menunjukkan bahwa pria dan wanita berada dalam rentang EQ yang sangat mirip.

Pemimpin “dilahirkan” sebagai pemimpin karena mereka mendapatkan kekuatan kepemimpinan dengan mudah dan hampir tidak kasat mata, tetapi keduanya tidak lahir sebagai orang yang tahu bagaimana caranya memimpin tim atau mengembangkan kekuatan pada diri orang lain. Merekamempelajarinya.Penelitian menunjukkan bahwa para pemimpin besar diciptakansecara bertahap, sepanjang perjalanan hidup dan kariernya, mereka mendapatkan kompetensi-kompetensi yang menjadikan mereka sangat efektif. Kompetensi bisa dipelajari oleh setiap pemimpin, pada setiap saat dari hidup dan kariernya.

Sifat Kepemimpinan Resonan

Kepemimpinan yang resonan tidak hanya mempromosikan hubungan positif, tapi juga mendorong produktivitas dan meningkatkan keterlibatan karyawan. Berikut adalah lima kualitas utama untuk membantu mengembangkan resonansi dalam gaya kepemimpinan Anda.

1. Kesadaran diri

Penting untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan Anda, dan motif Anda untuk mendorong kemajuan di tempat kerja memiliki niat yang benar. Pemimpin sadar diri jujur ​​tentang keterbatasan mereka, tapi hindari bersikap kritis atau terlalu optimis. Mereka tahu bagaimana mereka menemukan dan bertujuan untuk membangun hubungan yang tulus yang dibangun di atas keterbukaan dan kepercayaan.

2. Keaslian

Menurut pebisnis dan penulis, Bill George, karisma, citra dan gaya telah ada "Diganti dengan karakter, kerendahan hati, dan pelayanan". Persepsi kepemimpinan telah berubah, dan orang tidak lagi membeli gambar kemahatahuan. Karyawan terhubung dengan pemimpin yang menunjukkan sisi kemanusiaannya dan tidak takut menunjukkan bahwa mereka memiliki kelemahan serta kekuatan mereka.

3. Empati

Menurut Goleman, empati memiliki tiga komponen:
  • empati kognitif', yang hanya memiliki kesadaran akan bagaimana perasaan orang.
  • empati emosional, saat kita merasakan perasaan apa yang sedang dialami seseorang. 
  • Perhatian empati, di mana kita dipindahkan untuk membantu orang lain bila dibutuhkan.
Mampu terhubung secara emosional dengan orang lain sangat resonan, karena hal itu memungkinkan orang tahu bahwa Anda memahaminya dan peduli terhadap kesejahteraan mereka.

4. Manajemen hubungan

Kita memberi pengaruh positif pada orang lain, membantu mereka untuk berkembang, mengelola konflik dan perubahan secara efektif, serta membangun kerja tim dan membangun ikatan. Kita semua berkembang dengan koneksi yang sehat dan karena itu anggota tim akan lebih cenderung merespons pemimpin yang mampu memelihara hubungan yang berharga dengan orang lain.

5. Kesadaran sosial

Serta menjalin hubungan dengan orang lain, pemimpin resonan sadar akan bagaimana organisasi mereka berfungsi dan mampu memenuhi kebutuhan klien atau mitra mereka. Mereka melakukan ini dengan menyesuaikan diri dengan perasaan orang, yang memungkinkan mereka mengatakan dan melakukan hal yang benar pada saat yang tepat untuk meredakan frustrasi dan menawarkan ketenangan yang menenangkan.

Indikator Kepemimpinan Resonan

Seberapa baik pemimpin mengelola dan mengarahkan perasaan-perasaan bawahannya, tergantung kepada tingkat kecerdasan emosinya. Bagi pemimpin yang cerdas secara emosi, resonansi akan terjadi secara alamiah. Untuk itu, ada 4 kopentensi dasar yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin resonan ini:

1. Kesadaran Diri

Kesadaran diri memiliki pengertian yang mendalam akan emosi diri, juga kekuatan dan keterbatasan diri, serta nilai-nilai dan motif-motif diri. Orang-orang yang memiliki kesadaran diri yang kuat adalah orang-orang yang realistis ia tidak terlalu mengkritik ataupun penuh harapan terhadap dirinya sendiri. Dan mereka jujurtentang dirinya sendiri kepada dirinya sendiri, bahkan bisa menertawakan kekurangan mereka sendiri. Pemimpin yang sadar diri juga mengerti nilai, tujuan, dan impiannya. Mereka tahu ke mana arah mereka dan mengapa. Orang yang kurang memiliki kesadaran diri akan cenderung membuat keputusan yang memicu kekacauan di dalam dirinya dengan menginjak-injak nilai-nilai yang dipendamnya. Berikut adalah kemampuan bagaimana mengelola kesadaran diri:

a. Kecerdasan diri emosi

Pemimpin yang memiliki kesadaran diri yang emosi yang tinggi bisa mendengarkan tanda-tanda dalam diri mereka sendiri, mengenali bagaimana perasaan mereka mempengaruhi diri dan kinerja mereka. Pemimpin ini bisa tegas dan otentik, mampu bicara terbuka tentang emosinya atau dengan keyakinan tentang visi yang membimbing mereka.

b. Penilaian Diri Yang Akurat

Pemimpin dengan kesadaran diri yang tinggi secara khas akan tahu keterbatasan dan kekuatannya. Penilaian diri yang akurat membuat seorang pemimpin tahu kapan harus meminta bantuan dan dimana ia harus memusatkan perhatian untuk menumbuhkan kekuatan kepemimpinan yang baru.

c. Kepercayaan Diri

Mengetahui kemampuan dengan akurat, memungkinkan pemimpin untuk bermain dengan kekuatannya. Pemimpin yang percaya diri dapat menerima tugas yang sulit. Pemimpin seperti ini seringkali memiliki kepekaan kehadiran dirinya, suatu keyakinan diri yang membuat mereka menonjol di dalam kelompok.

2. Pengelolaan Diri

Kesadaran diri memahami emosi diri dan mengetahui dengan pasti apa tujuan diri, mengalirlah pengelolan diri yaitu dorongan terfokus yang dibutuhkan setiap pemimpin untuk mencapai tujuannya. Seorang pemimpin tidak boleh dikendalikan oleh empati negatif, seperti frustasi dan kemarahan besar atau kecemasan dan panik. Jadi pengelolaan diri adalah komponen kecerdasan emosi yang membebaskan kita dari penjara perasaan kita sendiri. Pengelolaan dirilah yang memungkinkan kejelasan mental dan pemusatan energy yang dituntut oleh posisi kepemimpinan dan yang mencegah gejolak emosi melemparkan kita dari jalan yang semestinya.

Pengelolaan diri juga memungkinkan transparansi, yang bukan saja merupakan kebajikan seorang pemimpin tapi juga sebuah kekuatan organisasional. Transparansi yaitu keterbukaan yang otentik tentang perasaan, keyakinan, dan tindakan seseorang kepada orang lain, memungkinkan integritas, atau perasaan bahwa pemimpin bisa dipercaya. Berikut beberapa aspek dari pengelolaan diri:

a. Pengendalian Diri

Pemimpin yang memiliki kendali diri emosi akan menemukan cara-cara untuk mengelola emosi mereka yang sedang terganggu dari dorongan-dorongan diri, bahkan mampu menyalurkannya dalam cara-cara yang bermanfaat.

b. Transparansi

Pemimpin seperti ini secara terbuka mengakui kesalahannya, ia mengkonfrontasi perilaku yang tidak etis, pada orang lain, dan bukannya pura-pura tidak melihatnya.

c. Kemampuan Menyesuaikan Diri

Pemimpin yang bisa menyesuaikan diri bisa menghadapi berbagai tuntutan tanpa kehilangan fokus atau energi mereka. Pemimpin ini fleksibel dalam menyesuaikan diri dengan tantangan baru, cekatan dalam menyesuaikan perubahan yang cepat, dan berpikiran gesit ketika menghadapi data baru.

d. Prestasi

Pemimpin yang memiliki kekuatan prestasi memiliki standar pribadi yang tinggi yang mendorong mereka untuk terus mencari perbaikan kinerja, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang-orang yang dipimpinnya. Ciri dari prestasi adalah terus belajar dan mengajar cara-cara untuk melakukan segala sesuatu dengan lebih baik.

e. Inisiatif

Pemimpin mampu menangkap kesempatan bahkan menciptakan peluangm bukan hanya menunggu. Pemimpin seperti ini tidak ragu menerobos halangan atau bahkan menyumpang dari aturan, jika diperlukan untuk menciptakan kemungkinan yang lebih baik untuk masa depan.

f. Optimisme

Pemimpin yang optimis bisa tetap bertahan ditengah kepungan, melihat kesempatan, bukan ancaman di dalam kesulitan. Pemimpin ini melihat orang lain secara positif, mengharap yang terbaik dari mereka.

3. Kesadaran Sosial

Sesudah kesadaran diri dan pengelolaan diri emosi, pemimpin yang resonan membutuhkan kesadaran sosial atau dengan kata lain, empati. Sementara empati mewakili sebuah unsur penting kepemimpinan yang cerdas secara emosi, unsur-unsur lainnya terletak pada kemampuan pemimpin untuk mengungkapkan pesan dengan cara yang mengungkapkan perasaan-perasaannya dengan keyakinan karena emosi-emosi itu jelas otentik, berakar pada nilai-nilai yang digenggamnya.

Kesadaran sosial terutama empati sangatlah penting untuk menggerakkan resonansi yang merupakan tugas primal pemimpin. Dengan mendengarkan perasaan orang lain pada saat itu, seorang pemimpin dapat berkata atau melakukan apa yang tepat, apakah itu menenangkan ketakutan, meredakan kemarahan, atau bergabung dengan kegembiraan. Penyelarasan ini juga memungkinkan pemimpin untuk merasakan nilai dan prioritas bersama yang dapat membimbing kelompok. Kompetensi sosial dari kesadaran sosial dapat berupa:

a. Empati

Pemimpin yang memiliki empati mampu mendengarkan berbagai tanda emosi, membiarkan diri merasakan emosi yang dirasakan. Pemimpin mendengarkan dengan cermat dan bisa menangkap sudut pandang orang lain. Dengan berempati, pemimpin bisa berelasi dengan baik dengan orang-orang dari berbagai latar belakang yang berbeda.

b. Kesadaran Berorganisasi

Pemimpin yang memiliki kesadaran sosial yang tinggi bisa cerdas secara politis, mampu mendeteksi jaringan kerja sosial yang krusial da membaca adanya relasi-relasi yang penting.

c. Pelayanan

Pemimpin yang memiliki kompetensi pelayanan yang tinggi mampu menumbuhkan iklim emosi yang membuat orang-orangnya berkontak langsung dengan pelanggan, akan menjaga relasi di jalan yang benar. Pemimpin seperti ini memantau secara kontinu kepuasan pelanggan.

4. Pengelolaan Relasi

Pengelolaan relasi ini terdapat perangkat kepemimpinan yang paling kasat mata, diantaranya adalah persuasi, pengelolaan konflik, dan kolaborasi. Kepawaian dalam pengelolaan relasi bermuara pada bagaimana menangani emosi orang lain. Pada gilirannya, ini mensyaratkan pemimpin untuk mampu mengenali emosinya sendiri dan dengan bantuan empati, menyelaraskan diri dengan orang-orang yang dipimpinnya. Pengelolaan relasi adalah keramahan yang bertujuan menggerakan orang ke arah yang benar, baik itu kesepakatan dalam hal strategi pemasaran atau antusiasme terhadap sebuah proyek baru.

Tugas kepemimpinan semakin kompleks dan bersifat kerjasama, maka keterampilan berelasi menjadi semakin penting. Dan ini berarti membangun relasi yang erat dan lancar sehingga setiap orang dapat saling membagi informasi dengan mudah dan berkoordinasi secara efektif. Secara kompetensi di ringkas menjadi 6 hal, sebagai berikut:

a. Inspirasi

Pemimpin yang menginspirasi akan menciptakan resonansi serta menggerakkan orang dengan visi yang menyemangati atau misi bersama.

b. Pengaruh

Pemimpin yang mahir mempengaruhi akan memiliki kemampuan membujuk, dan melibatkan orang lain dalam otgansasi, ketika menghadapi suatu kelompok.

c. Mengembangkan Orang Lain

Pemimpin ini mampu menumbuhkan kemampuan orang lain dengan menunjukkan minat yang murni kepada orang yang dibantunya. Mereka mampu memahami tujuan-tujuan, kekuatan serta kelemahan orang yang dibantunya.

d. Katalisator Perubahan

Pemimpin ini mampu mengenali kebutuhan akan perubahan, menantang status quo, dan memenangkan aturan baru. Mereka mampu menemukan cara-cara praktis untuk mengatasi hambatan dalam perubahan.

e. Pengelolaan Konflik

Pemimpin yang pandai mengelola konflik, mampu untuk mengumpulkan semua pihak, mengerti sudut pandang yang berbeda, kemudian mencari jalan keluar bersama yang disepakati oleh pihak yang bertikai.

f. Kerja Tim Dan Kolaborasi

Pemimpin yang mampu bermain dalam tim akan menumbuhkan suasana kekerabatan yang ramah sekaligus memberikan contoh memberikan penghargaan, sikap bersedia membantu, dan bekerja sama. Mereka meluangkan waktu untuk menumbuhkan dan mempererat relasi yang akrab, lebih jauh dari sekedar kewajiban pekerjaan.

Empat kompetensi dasar tersebut, diharapkan pemimpin mempunyai kecakapan emosi yang baik. Kecakapan emosi inilah yang pada gilirannya nanti akan diaplikasikan dalam melaksanakan tugas kepemimpinan nantinya. Pemimpin akan lebih peka terhadap perasaan dan harapan-harapan bawahannya. Di bawah bimbingan pemimpin yang cerdas emosi, orang-orang akan merasakan tingkat kenyamanan yang saling menguntungkan. Mereka saling berbagi ide, dan saling belajar satu sama lain. Disamping itu, mereka membuat keputusan bersama dan berkomitmen untuk meyelesaikan tugas bersama.

Featured Post

Karakteristik Meeting Room yang Sesuai untuk Meeting

Karakteristik Meeting Room - Menjamurnya bisnis startup mendorong bermunculannya perusahaan pelayanan coworking space dan private space. Be...