Thursday, November 13, 2014

DON'T JUDGE THE BOOK FROM THE KOPER

"Panjul ! Bangun ! "

Seperti geledek di pojok rumah janda muda, eh di atas daun telinga maksudnya, teriakan yang sangat familiar di telinga si Panjul itu menggelegar keras. Terpampang nyata ! Begitu kata Princess-princessan yang sering sering nongol di acara televisi. Ya, suara nyokapnya si Panjul memang cetar menggoda. Kontan si Panjul yang sedang asyik-asyiknya mimpi basah (mimpi dikencingi sapi :P  ) akhirnya terbangun.

"Wadaauh, udah jam setengah delapan ! Modiar gue !" Gerutu Panjul dalam kamarnya. Akhirnya dengan jurus kucing mencuri dendeng, si Panjul segera berganti pakaian, langsung meluncur ke halaman depan nungguin angkutan pedesaan. Kira-kira, si Panjul mau ngapain yah ? Baiklah kita dulu ikuti pesan-pesan berikut ini. Cekidot !

Ceritanya, sejak malam tadi beras di rumahnya si Panjul habis. So, sebagai satu-satunya anak lelaki di rumahnya, si Panjul merasa ikut bertanggung jawab. Lah wong saban hari yang sering ngabisin nasi ya si Panjul. Bayangin saja, makannya 3 kali sehari. Tiga kali tiga, begitu rumus aslinya. Boros banget pokoknya. Kayak motor Binter. Ha ha ha. Nah, kebetulan si Panjul kemarin dapat uang dari hasil mancingnya di kolam tetangga sebelah ( walah, don't try at home...  biar lucu nih ceritanya... wkwkwkwk). Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab, pagi ini si Panjul berencana untuk nempur alias beli beras. Dasar si Panjul, karena semalaman begadang nonton liga Champion antara Manchester vs Kalibener, akhirnya si Panjulpun kesiangan.... #Rasain Lu !

Akhirnya, angkutan pedesaan yang ditunggu nongol juga. Tanpa babibu dan babu babu, si Panjul langsung naik kedalam angkot tersebut. Beraneka macam penumpang yang ada didalamnya (buah-buahan kaleeee beraneka macam). Ada bakul gorengan, mbah-mbah yang mau nengokin cucunya, bapak-bapak berkumis yang berpita, ibu-ibu yang berdandan rock 'n roll, mahasiswi yang pulang kampung, ABG yang mau ngamen, sampai anak sekolah yang bolos yang sengaja lagi muter-muter kampung karena baru kali ini bisa naik mobil. Pokoknya beraneka macam bingit dech.

Dasar hari sudah siang, disertai si Panjul belum mandi, hawa panaspun mulai merasuk ke dalam mobil angkutan yang penuh sesak tersebut. Alhasil, keringatpun bercucuran di sekitar badan para penumpang. Tak terkecuali si Panjul. Dengan kekuatan datang bulan, eh kekuatan bulan si Panjul langsung mengusap keringat yang ada di sekitar wajahnya. Namun, apa yang terjadi pemirsa ? Ketika si Panjul mulai mengelap wajahnya, awalnya, salah satu cewek yang duduk disamping Panjul cuman tertawa lirih. Lama kelamaan seluruh penumpangpun tertawa terbahak-bahak. Keras sekali. Sampai si supirpun menghentikan laju kendaraannya karena saking ramainya penumpang.

"Kok Ramai, ada apa nih saudara-saudara ?"

"Ini lho mas, lihat. Masa si Panjul mengelap mukanya makai celana dalam ? Sobek lagi !"

Gleg !

"Hahahahhaha...............!"

Kontan suara yang tertawapun bertambah banyak dan semakin riuh saja seperti suara penonton di lapangan karambol. Wkwkwkwkwk....

Gara-gara kesiangan, si panjul yang berniat mengambil sapu tangan, malah keliru mengambil celana dalam alias cawet alias cangcut. Huuuureeee......

Tapi, bukan si Panjul namanya kalau tidak cerdas. Dengan tenang, ia berkata pada seluruh penumpang di dalam angkutan tersebut.

"Inilah kebanyakan orang Indonesia, selalu menilai sesuatu dari yang tampak saja. Memang ini celana dalam, tapi bukankah ini adalah juga kain. Ya, bentuknya memang celana dalam, tapi bukankah ini adalah kain juga ? Dan bukankah kain bisa digunakan untuk mengelap apa saja. Termasuk mengelap gelapnya cinta yang ada dalam hati kamu kan de ? (Sambil ngelirik cewek cantik yang duduk disebelahnya.... #jlep banget ). Sebagai generasi muda, saya sangat menyayangkan kebanyakan orang Indonesia yang kalau menilai sesuatu hanya dari luarnya saja. Sebagai contoh kalau mau milih anggota Dewan. Milihnya anggota dewan, yang cantiklah, yang gantenglah kaya saya, yang banyak duitnyalah, yang pakai sepatu mlisning lah. Padahal hatinya bengis. Sungguh ironis."

Begitu panjang ceramah si Panjul. Sampai akhirnya seluruh penumpang bertambah gerah. Dan panjulpun hilang arah. Karena angkutan yang ia naiki, ternyata salah jurusan. Tidak menuju ke mini market dimana ia mau membeli beras, tapi menuju ke kampung sebelah yang sama sekali tak ada warungnya. #Rasain lu Njul ! Hahahahaha.....

Wednesday, November 12, 2014

LELAKI TERLUKA

Aku hanyalah lelaki yang terluka di ujung senja. Seperti malaikat yang rapuh tanpa sayapnya. Namun, aku tetaplah lelaki. Dan sifat kelelakianku ini akan selalu menuntunku untuk bergerak, walau dengan ribuan luka.

Sudah puluhan wanita aku taklukkan, tapi kali ini sungguh aku tak berdaya melawan keperkasaanmu,wahai pujaanku. Ribuan kata manis dan berderet-deret gurindam cinta tak lagi kau hiraukan. Bahkan, guna-guna asmarakupun tak lagi berguna. Sia -sia ! Sungguh mengenaskan.

Kau kukenal dari balik jeruji itu. Jeruji hitam yang mulai tenggelam dimakan zaman. Kau wanita itu. Ya, wanita dari balik jeruji. Mungkin karena itulah engkau ditakdirkan perkasa. Namun aku bukanlah Yudhistira, yang begitu saja menyerahkan Drupadi kepada Kurawa karena kekalahan dadu-dadu durjana. Bukan !

Bahkan aku ingin seperti Rahwana. Menculik Shinta bukan karena nafsu birahi semata, tapi karena pengetahun yang merupakan wisik dari pada Dewa. Bukankah kesaktian adalah pengetahuan? Ah sudahlah, kita tinggalkan saja cerita-cerita itu semua. Sekali lagi aku hanyalah lelaki. Dan aku berhak mencintai. Itu saja !

Tapi..... Bagaimana aku harus menyembuhkan lukaku ini ? Sedangkan engkau masih berputar-putar dalam tidurku. Sungguh menyebalkan ! Tapi tenanglah cintaku.... Aku memang lelaki terluka. Tapi aku adalah titisan cinta. Dan dengan luka-luka ini, aku akan membakar sekujur tubuhmu dengan asmaraku. Bersiap-siaplah wahai pujaanku.

Dari balik awan itu, akan aku hujamkan ribuan senandung smarandhana. Sampai kau terluka. Ya terluka. Bukankah dengan luka, maka engkau akan mengetahui makna sebuah bahagia ? Ah, kokok ayam membangunkanku dari mimpi panjangku. Berakhir ? Belum tentu ! Karena cinta adalah perjalanan jiwa setiap manusia.



Friday, October 24, 2014

BANGKU DI POJOK TAMAN ITU (sebuah essay cinta)

Aku tidak tahu bagaimana rasanya mencicipi cintamu. Yang kutahu, bahwasanya aku mencintaimu. Itu saja ! Seperti aroma dahlia di waktu itu. Aku hanya terpaku menatap keindahannya dari bangku di pojok taman itu. Wanginya semerbak, menyeruak masuk ke relung jiwaku. Ah, mencintaimu memang melelahkan. Tapi adakah sesuatu yang lebih baik dari sesuatu yang bernama mencintaimu ?

BANGKU


Seperti biasanya, pagi ini aku menikmati keindahan wajahmu. Masih sama, dari pojok taman itu. Taman yang dihiasi beraneka rupa bunga dan tanaman hijau didalamnya. Ada gemericik air dari air terjun kecil buatan sang maestro. Masih didalamnya, beraneka bebatuan berwarna berjajar rapi bertautan. Upz, sesekali kupu-kupu yang nakal mencubit sedikit lentiknya mata sang bunga. Ah, taman yang manis. Dan selalu dari sanalah aku memandangi keelokan wajahmu.

Di suatu malam, aku dapati ceceran kertas jingga. Oh, ada tulisanmu disana. Kembali aku merindukanmu. Sedangkan sisa-sisa cintaku mulai habis terkikis duri-duri sadis. Untuk apa aku membaca tulisanmu ?

Pagi berikutnya, kulihat ada serombongan burung pipit berjejalan di atap rumahmu. Masih sama, aku tak bisa melihat wajahmu disana. Padahal pipit itu bernyanyi perihal rindu dan keabadian. Apakah takdirku memang harus melihatmu dari bangku di pojok taman itu ? Entahlah.

Ah, mencintaimu memang menyakitkan. Tapi sekali lagi aku bertanya, "Adakah sesuatu yang lebih baik dari sesuatu yang bernama mencintaimu ?"



Ilustrated by : 123rf.com



Monday, October 13, 2014

TENTANG CAHAYA TUHAN YANG MASUK KE HATI

Cerita ini terjadi beberapa tahun silam ketika saya belum menikmati sesuatu yang bernama "pernikahan". He he he.

Maghrib yang indah berlalu dengan cepatnya. Sungguh, waktu yang sia-sia jika saya hanya duduk-duduk saja tanpa menikmati untaian ilmu dari kyai saya. Atas kehendak Allah SWT, hari itu saya sholat berjamaah dengan guru yang begitu saya hormati. Dua gelas teh manis dan beberapa nyamikan khas banyumasan ala kadarnya menemani obrolan santai kami. Ya, obrolan. Bagi sebagian orang mungkin obrolan adalah sesuatu yang biasa, tapi bagi saya, ketika obrolan itu melibatkan Beliau guru saya, maka itu menjadi obrolan yang istimewa. Dan berdasarkan pengalaman saya selama ini, hampir tak ada obrolan yang sia-sia ketika berbicara dengan Beliau.

Waktu itu, sedang ramai-ramainya perbincangan tentang berbagai macam aliran dan organisasi dalam Islam selain NU dan Muhammadiyah. Pergerakan mereka yang bisa dikatakan luar biasa mulai membumbui berita-berita di berbagai media massa. Apalagi adanya peristiwa bom Bali yang sangat menohok kaum muslim waktu itu. Sungguh mengasyikkan perbincangan kami.

Pada waktu itu, jujur saja saya marah dan kecewa atas berbagai tindakan yang dilakukan oleh beberapa muslim yang menurut saya tidak mencerminkan "kemuslimannya". Hanya berbeda paham saja, sudah berani mengkafirkan. Hanya berbeda rokaat tarawih saja pada saling menghujat, bahkan sudah ada yang main bunuh segala. Ah !

Menjelang Isya guru saya berkata : " Allah SWT itu Maha Suci, Maha Baik. Ia akan memantulkan kebaikan pada hati siapa saja yang Ia kehendaki. Karena ia Maha Suci, maka kebaikan-Nya pun akan Ia pantulkan pada manusia-manusia yang berhati bersih. Tak peduli ia warga NU, Muhammadiyah, Persis, ataupun lainnya. Jika ia berhati bersih, maka Allah akan memberikan cahaya kebaikan kepada jiwanya. Cahaya yang akan membawa kedamaian, keselamatan, dan ketentraman bukan hanya untuk dirinya saja, melainkan juga semesta alam.

Aja rumangsa paling bener (Jangan merasa paling benar)......."



Subhanallah.



Friday, October 3, 2014

MASIH SAMA

Tak seperti biasanya, hari ini si Panjul tampak lusuh. Minum tak bergairah, makanpun tak enak. Bayangkan, sehari dia hanya makan delapan kali dan minum hanya menghabiskan sedikitnya empat galon mineral ukuran jumbo. Hanya dalam sehari. Sungguh mengenaskan. #loncat tembok

"Njul, lusuh amat kamu ? Makanya kalau mandi di irigasi, jangan di WC. Biar mukamu keren kayak artis Korea... Mmmm siapa tuh namanya.... Oh ya aku ingat... namanya.....JIAND BUSUK ! Hahahahahahha......." #loncat tembok lagi... kali ini temboknya tinggi, akhirnya lo pade nyungseb semua... wkwkwkwk...

"Bercanda saja kau Lun. Mukaku lusuh bukan karena keseringen mandi di WC putri, tapi karena aku jarang mandi saja. Ya paling seminggu sekali dalam lima bulan. Maklumlah, lagi pusing mikirin nasib bangsa." Jawab Panjul dengan gaya ke nenek nenekkan... #kali ini temboknya yang ngeloncat.

Oh ya, hampir lupa. Lelaki yang sedang bercakap-cakap dengan Panjul itu namanya Dailun. Dia sebaya dengan Panjul. Satu SD. Tapi Dailun tidak lulus. Lho kok tidak lulus ? Iya, bokapnya Dailun meninggal waktu Dailun masih kelas 5 SD. Penyakit paru-paru dan liver yang menyebabkan bokapnya Dailun meninggal. Keluarga Dailun, baik dari pihak bokap maupun nyokap merupakan kalangan keluarga yang tak punya alias misscal, eh miskin. Jangankan buat berobat, untuk makan sehari-hari saja bokapnya Dailun harus banting tulang, banting daging dan banting apapun yang  bisa dibanting. Ya tentunya demi menghidupi Isterinya, anaknya (Dailun dan kedua adik Dailun yang masih kecil). Setelah bokap Dailun meninggal, kini giliran Dailun yang menjadi tulang punggung keluarga. Dia bekerja serabutan. Mulai dari nyabut rumput sampai nyabut gigi tetangga sebelah. Baiklah, kita sudahi dulu cerita perihal keluarga Dailun. Terlalu sedih dilupakan, terlalu sedih dikenangkan. Setelah aku jauh berjalan... Dan kau....    #malah nyanyi.... #sampluk sisan !

Kembali ke tengtop..............



"Kamu lagi ada masalah njul ? Kok tidak seperti biasanya. Biasanya kan kamu ceria njul. Loncat-loncatan di tiang listrik, menari-nari di atas antena parabola, dan nyanyi-nyanyi di kolong ember. Whats up bro ?" Si Dailun mencoba bertanya pada Panjul dengan menggunakan metode deduktif dan kualitatif. #Jlep !

" Ya aku kan sudah katakan tadi. Aku lusuh karena sedang memikirkan nasib bangsa. Masa kamu gak percaya Lun ?" Jawab Panjul sambil makan tembakau. #eh !

"Ha ha ha ha. Guayamu... le ... le ... Lah wong mikirin awakmu saja kamu belum becus. Masa kamu mau mikirn bangsa. Dari mana datangnya lintah... eh, dari mana ceritanya ? Ga usah belagu kelesss...."

"Wah Lun, kamu benar-benar mengejek kemampuanku yang super ini. #megang jidat. Begini Lun.... Beberapa hari ini aku tidurnya pagi."

"Halah... Pagi-pagi tidur lah iya kamu Njul...." seloroh Dailun.

"Husss... Serius Lun ! Aku nonton tivi. Acaranya seru bingit tekong.. eh, tahu.... " Panjul mulai beraksi sembari mengenakan kaosnya yang seksi.

"Acara apa itu Njul ? Film unyil yah ? Hahahahha.........."

"Ealah ni bocah. Ndak percaya sama bualanku. Itu Lun, acara tivinya menyuguhkan adegan yang ada walk outnya. Konon katanya, ada perubahan perihal coblosan  Bupati, Gubernur, sama wali kota . Seru bingit Lun....  Sampai pagi, live lagi. Wuihh seru.... Eh, selang beberapa hari lagi, ada adegan yang hampir sama. Kali ini masalahnya lain lagi Lun.... Itu lho..."

"STOP ! " dengan gaya Polantas yang penuh wibawa, Dailun langsung menutup mulut Panjul dengan karung yang ia bawa. Entah kucing mana yang merasuki tubuhnya. Tiba-tiba wajahnya garang dan cara berbicaranyapun berubah. #Ksatria Baja Hitam kaleee.

"Dengerin ya Njul.  Mau coblosan model apapun, mau milih kayak apapun. Mau ini kek, mau itu kek. Pokoknya, apapun yang sedang diributkan di televisi itu, GUE KAGAK PEDULI !.... Toh dari dulu, semenjak bokap gue masih ada, sampai gue gede seperti ini, warung yu Jum masih sama seperti dulu. Reot !"

Panjul : " ???????????!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"









Tuesday, September 30, 2014

G30/S- Lupa ..............

Tak seperti pagi biasanya, hari ini aku bangun siang. Yupz, jam 6 ! Hebat kan ?

Lha kok bisa ? Ya bisa sajalah. Burung saja bisa terbang. Ya kan ? #garuk celana

Pekerjaan mungkin bukan alasan, tapi memang itulah kenyataannya. Sebagai petugas pendataan sekolah alias DAPODIK, tanggal 30 September ini merupakan garis mati ( dead line ) batas waktu pengiriman data. So (to babat), kemarin berkejar-kejaran dengan waktu. #anjing kali main kejar

Lembur di sekolah sampai jam delapan malam. Dilanjut di rumah mungilku sampai pagi. Menjelang subuh masih belum kelar juga. Sehabis sholat subuh, mungkin saking lelahnya, tertidur sampai jam enam. Wah !

Alhasil, berangkat kerja pun telat. Yes !  #bathukmu.

Sembari menaiki si jengki, Yamaha RS 100 thn 74 ku tercinta, aku berangkat. Ugh, asyik juga berangkat kesiangan. Tak terlalu banyak, terutama sepeda motor yang dikendarai oleh manusia-manusia yang kerjanya jam 7 pagi dan juga anak-anak sekolah tentunya. Semrawut ! Mungkin itu kata yang tepat untuk melukiskan gambaran pagi di jalanan raya yang biasa aku lewati.

Ada pemandangan menarik ketika aku berada di sekitar Patikraja sebelum Bendung Gerak Serayu. Di pinggir jalan, di depan salah satu rumah, terlihat seorang wanita setengah baya memasang bendera. Sejenak aku terhenyak dan bertanya-tanya. Pertanyaanku kali ini tidak begitu banyak. Bukan pilihan ganda, apalagi essay yang ndak jelas jawabannya. #dhizyeg

Hari apa ini ? Perasaan, sedari aku berangkat dari rumah (berangkat pukul 08.00 Waktu bagian dompetku... wkwkkwkwwk) tak satupun bendera terpasang. Dan melihat cara memasangnya, sepertinya wanita itu akan memasang bendera setengah tiang. Hari apa ini ? Tanggal berapa ini ?

Oalah, hari ini tanggal 30 September. Apa pula ini ? Tanggal apa ini ? Apa harus memasang bendera setengah tiang ? Apa yang pernah terjadi di tanggal 30 September di negeri ini ?

Ough, entahlah...... lupa !

Ya lupa ! Bukankah salah satu sifat bangsa ini adalah pelupa ?

Lupa sama ... Ahhh... Sudahlah..... Setidaknya dengan lupa, kita bisa mengobati sedikit luka.

Monday, September 29, 2014

PINTAR = SUKSES ? Sstttt... Tunggu Dulu bro !

Sebenarnya saya malu untuk menulis hal-hal seperti ini. Tapi tak pikir-pikir rasanya saya harus menulis ini. Bukankah takdir bergerak mengikuti pergerakan orang yang bergerak menentukan takdirnya sendiri ? Hah, bilang saja, Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang jika orang itu tidak mau merubah nasibnya sendiri. Gitu aja kok berbelut-belut, eh berbelit-belit. He he.

Begini ceritanya, semoga tidak menjadi sombong, sedari SD sampai SMA saya adalah bintang kelas. Ketika SD dari kelas 1 sampai kelas 6 saya selalu ranking pertama, kemudian SMP seingatku hanya kelas 1 catur wulan (dulu pakai sistem catur wulan bukan semester ) 1 dan 2 saya ranking 2, setelah itu mulai dari kelas 1 catur wulan 3 sampai kelas 3, berturut-turut saya ranking 1.

Lain lagi cerita waktu SMA, kelas 1 masih bisa ranking 1. Kelas 2, haha, ampun dach, amburadul ! Maklum lah lagi masa muda. Masa-masa SMA yang penuh dengan perbuatan-perbuatan nekad dan konyol. Vivere veri colloso, begitu kata guruku dulu. Kelas 3 SMA saya Bangkit (ngeri yah ? bangkit. Hihihi), berturut-turut sampai selesai saya menjadi bintang kelas kembali. Bahkan nilai EBTANAS ku (Sekarang UAN )  paling tinggi di SMA ku untuk jurusan IPS. Ceileehhh. Bagaimana dengan kuliahku ? lain kali saja dech ceritanya. Hehe.

Syahdan, suatu hari saya bertemu dengan teman SMP ku. Bukannya sombong, pasti dia tahu saya, selain bintang kelas, saya kan juga mantan ketua OSIS. Ehm. Jadi dapat dipastikan kalau dia pasti mengenalku, padahal saya lupa-lupa ingat sama dia. Kami bertemu di Jakarta, kebetulan waktu itu saya lagi mendampingi anak-anak di tempat kerjaku untuk study tour. Saking lamanya tidak bertemu, mungkin sekitar 15 tahun, akhirnya kami asyik ngobrol ini itu ngelantur kesana kemari. Oh ya, sahabatku ini hanya lulusan SMP, setelah itu dia langsung cabut ke ibu kota untuk mencari nafkah, eh duit. Hehe. Kami bercerita tentang pengalaman kerja. Ini yang bikin saya malu. Sekarang dia bekerja pada salah satu perusahaan pembuatan alat-alat kesehatan, kalau tidak salah sebagai checker di gudang. Gajinya ? woww... pantastis, begitu kata orang di kampungku. Hehe. Kenapa fantastis ? Karena gajinya lumayan besar, jauh di atas gajiku.

Yang bikin saya malu lagi, ternyata dia sudah mampu membeli tanah dan mulai membuat rumah untuk dia dan keluarga kecilnya. Hebat, batinku. Padahal dia hanya lulusan SMP dan dia tergolong anak yang biasa-biasa saja waktu SMP. Nilainya tidak sebagus nilai saya (bukan sombong lho, tapi realitas). Dan  menurut saya, dia lebih sukses ketimbang saya.

Bukan hanya dia, masih banyak sahabat-sahabat saya yang dulu secara akademik nilainya biasa-biasa saja bahkan tergolong peringkat bawah, tapi sekarang mereka menjadi pribadi-pribadi yang berhasil. Hebat ! Hal ini tidak dialami oleh saya saja. Saya punya sahabat kuliah, dia pintar dan rajin. Tapi apa yang terjadi ?. Nasibnya hampir sama sepertiku (belum sukses). Teman-temannya yang dulu secara akademik berada di bawahnya, justeru sekarang menjadi orang-orang yang berhasil dan sukses dalam hidup mereka. Sahabat kuliah saya yang cerdas itu merasa kalah dengan mereka. Hmm.

Pertanyaannya, kok bisa yach seperti itu ? Ternyata nilai-nilai dan prestasi di sekolah ataupun di bangku kuliah tidak selalu berbanding lurus dengan kesuksesan ketika kita berada ditengah masyarakat . Apa atau siapa yang salah ? sistem pendidikannya kah ? ataukah orang-orang berprestasi yang mempunyai masalah dalam dirinya sendiri ? Cobalah bertanya pada rumput yang bergoyang ! Halah !

Ada beberapa hal yang menurut saya cukup menarik dari kisah-kisah sukses sahabat-sahabatku itu. Sekali lagi, walaupun secara akademik sebenarnya mereka biasa-biasa saja, bahkan tergolong sangat biasa, tapi mereka mampu meraih kesuksesan dalam kehidupan mereka yang masih tergolong muda itu.

Berikut hal-hal menarik yang menurut saya merupakan kunci sukses dalam kehidupan beberapa teman saya, termasuk yang tadi saya ceritakan di atas. Dan menurut saya  bisa kita aplikasikan dalam diri kita masing-masing untuk meraih kesuksesan. Okey, langsung saja.

  1. Sabar
Mungkin ini adalah hal yang terlalu sering kita dengar, sabar, ya sabar. Bagaimana ndak sabar, sahabatku yang tadi saya ceritakan, yang sudah bisa membeli tanah dan membuat rumah itu, awalnya bekerja sebagai pembantu. Tugasnya memberi makan burung-burung piaraan majikannya. Mungkin karena dia cowok, sehingga tugas memberi makan burung mungkin dianggap cocok oleh majikannya. Apalagi waktu itu temanku baru lulus SMP. Kira-kira berapa gajinya ? Ah, untuk beli rokok saja kurang.

Namun dengan sabar temanku itu menggeluti profesinya bertahun-tahun. Kalau ndak salah sampai sekitar 5 tahunan. Bayangkan saja, hidup di Jakarta sampai tahunan begitu, hanya digaji beberapa rupiah saja. Betapa hasrat-hasrat mudanya untuk berlsaya konsumtif atau apapun itu yang berbau kesenangan materi ia tahan. Kalau ndak ditahan bisa berabe, kan gajinya sedikit ? Sampai akhirnya terjadilah perubahan nasib. Ya, perubahan nasib alias takdir. Sang majikan akhirnya meminta temanku itu untuk bekerja di gudang perusahaan milik majikannya itu. Perusahaan alat-alat kesehatan yang cukup terkemuka di Jakarta. Dia dipercaya sebagai checker sampai sekarang. Dan gajinya berlipat lebih banyak dibanding ketika ia bekerja sebagai tukang makanin burung.

  1. Mampu Menutup Mata
Menutup mata ? Lho kok ? Iya menutup mata. Temanku itu berhasil menutup matanya sehingga ia mampu membeli tanah dan membangun rumah dengan hasil keringatnya sendiri. Wah kaya magic aja yah ? Dengan kemampuan menutup mata, bisa membeli tanah dan membangun rumah ! Hahaa.

Yang saya maksud dengan menutup mata disini adalah berusaha sekuat mungkin untuk tidak membeli sesuatu yang memang tidak atau belum perlu untuk dibeli. Simpanlah dan gunakan pendapatan kita seperlunya. Jujur saya salut dengan teman saya itu. Hidup di Jakarta dengan disuguhi beraneka ragam kesenangan duniawi, ternyata ia tidak begitu saja terbawa arus untuk menikmati berbagai kelezatan itu. Dia mampu menutup matanya, tentu saja dia sadar, dengan gajinya yang tidak seberapa, bagaimana mungkin ia menikmati berbagai kesenangan dan kelezatan itu tanpa batas. Ada hal-hal yang pantas ia nikmati, tapi tidak semuanya ia nikmati.

Inilah yang terkadang belum bisa saya atau barang kali Anda juga belum bisa. Lihat iklan saja, walau sekilas, sudah terbesit keinginan kita untuk membelinya. Hayo ngaku ?

  1. Menabung
Yang ini sepertinya tidak perlu dijelaskan panjang lebar. Siapa sih yang ndak tahu dengan kata menabung ini ? Pastilah semua tahu. Tapi yakinlah, ketika kita tidak “dipaksa” untuk menabung, maka kita pun tidak akan bisa menabung. Ini dialami oleh beberapa teman saya, tentu saja dengan dalih klisenya, bagaimana mungkin bisa menabung lha wong kebutuhan saya sangat banyak, sedangkan pendapatan saya sedikit ? Hmmm. Tidak selalu mudah kan ? Inilah mengapa tadi saya bilang kalau menabung itu juga butuh “paksaan.”

Temanku itu termasuk orang yang pandai menabung, walau penghasilannya sedikit. Itulah mengapa ia bisa mempersunting wanita idamannya dan selang beberapa waktu ia bisa membeli tanah dan membangun rumah.

  1. Kerja keras
Ngeri juga ketika saya mendengar cerita teman saya itu tentang pekerjaannya. Bagaimana tidak, saban hari ia berangkat pagi buta, pulangnya malam. Belum lagi kalau disuruh lembur. Bukan hanya itu, dihari libur sekalipun terkadang ia harus berangkat kerja. Tergantung bos, katanya. Di hari libur sekalipun, jika bosnya, ya pemilik burung itu, nelpon teman saya untuk berangkat, tanpa babibu teman saya langsung berangkat. Saya tanya, ndak capek ? dia menjawab tentu saja capek, tapi aku nikmati, katanya. Tipikal pekerja keras menurut saya. Sangat beda dengan saya. Sebagai tenaga honorer di salah satu sekolah negeri, saya terbilang cukup santai. Mulai kerja jam 07.00 WIB, selesai jam 14.00 WIB. Lembur pun jarang, paling kalau ada pekerjaan yang harus diselesaikan dalam waktu dekat. Saking banyaknya, maka saya harus lembur sampai malam, bahkan pernah sampai pagi. Hmm, sangat beda dengan sahabat saya tadi kan ?

  1. Berdo’a
Nah, kalau yang satu ini memang bukan hal yang asing bagi teman saya itu. Sepengetahuan saya, sejak saya mengenalnya sedari SMP dulu, dia memang rajin sholat. Saya pernah memergoki dia membawa sarung ketika SMP dulu. Yupz, tanda kalau dia memang rajin sholat. Bagaimana dengan kita ? sudahkah kita merlantunkan do’a-do’a untuk kesuksesan kita ?

Lima hal di atas  mungkin sudah pernah kita dapatkan ketika kita sekolah atau kuliah. Teman saya itu memang hanya lulus SMP dan kemampuan intelijensinya alias IQ nya memang biasa-biasa saja. Tapi lihatlah, dia menjadi pribadi sukses dengan penerapan lima hal di atas. Ini hanyalah penilaian saya. Mungkin ada penilaian lain yang menurut Anda lebih tepat. Yang jelas, kita takkan bisa berubah jika kita sendiri tak punya kemauan dan kemampuan untuk merubah diri kita sendiri.

Salam revolusi !



23 Mei 2013.

Featured Post

Karakteristik Meeting Room yang Sesuai untuk Meeting

Karakteristik Meeting Room - Menjamurnya bisnis startup mendorong bermunculannya perusahaan pelayanan coworking space dan private space. Be...