Monday, December 15, 2014

Gak Nyambung

Hari ini si Panjul Baidewe benar-benar marah. Bagaimana tidak marah, baru saja ia dibully habis-habisan di dunianya Luna Maya, eh dunia maya maksudnya. Walaupun dunia maya bukanlah dunia yang  sesungguhnya, namun bully tetaplah bully. Dan sakitnya tuh disini ! #pantat. Wkwkwkwk.

Begini ceritanya. Sebagai pengacara, alias pengangguran banyak acara, si Panjul pastilah mempunyai banyak waktu luang. Nah, disela-sela waktu tersebut, sebagai generasi gadget tentu saja si Panjul tidak ingin menghabiskan waktu begitu saja. Sayang, begitu gumam si Panjul dalam hati. Singkat cerita, si Panjul mulai browsing menggunakan gadget barunya yang sudah berusia puluhan tahun. #fitnah !

Dasar lagi banyak pulsa, tanpa menunggu komando dari pembantu di rumah sebelah, si Panjul membuka salah satu portal yang berisi sesuatu yang menurutnya menarik. Yupz, berita tentang rencana kenaikan BBM ditengah turunnya harga minyak dunia. Hebat, gumam si Panjul. Bagaimana tidak hebat, di tengah merosotnya harga minyak dunia, di negaranya yang konon katanya juga negara penghasil minyak, ternyata harga minyak atawa BBM nya akan dinaikkan. Sungguh hebat ! #nah lho.

Sebagai lelaki cerdas dan berparas ketampan-tampanan, si Panjul pun berkomentar di portal berita tersebut. Begini komentar si Panjul :

“Yang lain turun, kok yang disini naik. Aneh ! Apakah mereka tidak berpikir bahwa dengan kenaikan BBM maka rakyat kecil yang terkena imbasnya. Ini contohnya (sembari mengupload gambar kutu rambut). Hayo para pejabat, bijaklah .”

Wah, seperti yang aku bilang, si Panjul memang cowok cerdas. Selain komentarnya panjang, kata-katanya juga sama sekali tidak bisa dimengerti oleh anak-anak yang buta huruf. Mengesalkan sekali. #salto.

Tapi Panjul ya Panjul. Ia merasa bangga dan puas dengan komentarnya. Ia merasa kalau komentarnya sudah sesuai dengan standard ISO. ISO ngopo to awakmu ? (bisa apa sih dirimu ?).

Tanpa dinyana, baru beberapa detik ia membuat komentar, ada reply atau balasan atas komentarnya dari sebuah akun yang bernama Blacan Kuburan. #ngeri-ngeri sedap nih namanya.

Begini balasannya :

“Lo tau apa sich ? Belagu amat  ! Mandi dulu sana di trotoar ! Yang namanya pemerintah pastilah memikirkan rakyatnya. Pemerintah akan memberikan kompensasi atas kenaikan BBM ini. Dasar kutu kupret ! kudisen, korengan ! Belajar lagi sono ama emak lo !”

Dhisyeg ! Serasa ditusuk jarum beracun, darah Panjul mulai berdesir membaca balasan komentarnya. Selain darahnya berdesir, rambut dikepalanya pun ikut berdiri. Tidak itu saja, rambut-rambutnya yang lainpun ikut berdiri. Termasuk, tetangganya si rambut pun ikut berdiri. #eh !

Belum sempat si Panjul membalas komentar yang menyakitkan itu, muncul lagi tanggapan atas komentarnya. Kali ini dari pemilik akun yang bernama pencari jablay sejati. Wuih, sadis !

Begini komentar dari pencari jablay sejati :

“Bego !”

Kembali darah Panjul mulai mendidih. Saking panasnya, bajunya mulai gosong. Bahkan celana si panjulpun mulai keluar asap. #sialan, ternyata si Panjul kentut.

Kalimatnya sedikit, tapi jlep banget ke uluh hati. Kembali si Panjul bermaksud untuk membalas tanggapan komentarnya itu. Namun, tanpa diundang dan tanpa melalui tes, tiba-tiba muncul lagi komentar dibawahnya. Kali ini dari pemilik akun yang bernama Malaikat Pencabut Daon.

Begini komentarnya :

“ Lo tu yah. Udah untung dikasih hidup di negeri ini. Jangan banyak bacot. Kalau lo ndak suka BBM naik, sana buat BBM tandingan ! Ga tau malu. Urat malu lo mana ? udah digadein yah sama capres lo yang ga jadi. Hallo...... sini gue cabut nyawa lo (sembari mengupload gambar kucing yang lagi kawin). Kampungan lo !”

Sembari meremas-remas paku, Panjul mulai beraksi. Tapi, lagi-lagi muncul lagi kalimat dalam kolom reply komentarnya. Cabe-caben yuuk. Begitu nama si pemilik akun itu.

“Udah dech cyin, ngapain mikirin BBM. Nekong ya panteslah. #naik maksudnya. Wong eke ajah kalau dicubit juga harus bayar kok. Cap cuss yuuk” (sembari mengupload gambar sapi yang lagi mabok).

Beruturut-turut, bully demi bully muncul :

 “Ndeso !” (dari akun yang bernama BANDAR TOGEL)

“Sana, lo aja yang jadi presiden ! Kamfret !” (Dari akun yang bernama SETIA SENGSARA)

“Makanya jangan jadi orang miskin. Mati aja lo !” (Dari akun yang bernama BAJINGAN LO)

“Orang gila... Orang gila.... Kaburrrrrrr..... “ (dari akun yang bernama Lontheku Terima Kasih)

“pilemnya dah dimulai tuh mas !” (Dari akun yang bernama RENTAL CD PORNO)

Ingin cepat kaya ? Sukses dalam berbisnis ? dapatkan tips-tipsnya melalui e-book ini. Dijamin dalam satu minggu Anda akan mendapatkan hasilnya. Satu kata, AMAZING !”  (Dari akun Master Sejahtera)

“Kucingnya mati tuh mas ! Sabar yah.... “ (Dari akun PERAWAT KUCING GARONG)

“Anda susah buang air besar ? Inilah solusinya ! Obat pencahar cap KODOK ! rasakan manfaatnya.” (dari akun bisnis sukses)

Si Panjul benar-benar sewot. Tanpa pikir panjang, si Panjul langsung membuat balasan di kolom reply. Begini balasannya :

“ SAYA LAGI BERAK. TOLONG JANGAN BERISIK. KARENA KUCING SAYA LAGI MAKAN, SAYA BOBO DULUAN. DISAMPING ITU, SAYA LAGI BETULIN GENTENG YANG RUSAK. TIBA-TIBA ADA NYAMUK MASUK SAMBIL BERNYANYI.... TRALALA TRILILI. BERAKNYA DI ATAP RUMAH. TAHU GAK SIH, KEMAREN ADA NENEK-NENEK MAKAN SIRIH MAKAN KAMBING. SATU NUSA SATU CELANA SATU DERITA SATU SATUNYA CINTAKU PADANYA. YANG BAHWASANYA AKU MULAI BERPIKIR, TIBA-TIBA ADA LAYANG-LAYANGN PUTUS EH AKIHFEYFGDVBDI7464T574DBVZDBVDVHIU94T894WNVKNDVKZDKV HDSB049 !!!!MGLB09MDVNDJVJDVJDHV !!!! “

Benar-benar gak nyambung !

Tapi memang hal-hal yang gak nyambung lagi ngetrend di negaranya si Panjul Baidewe. Kalau nyambung malah jadi ga KEREN !

Apa yang terlintas dalam pikiran kalian setelah membaca kisah ini ? Jangan-jangan gak nyambung juga ya ?

#Hahahahahaha



 picture by : everythingalsocomplain.com

Saturday, December 13, 2014

SALAHKAH AKU MENCINTAIMU ?

Mencintaimu sungguh menjemukan. Aku sudah tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan agar kamu mencintaiku. Jangankan mencintaiku, memperhatikanku saja sepertinya tidak. Sungguh melelahkan ! Tapi aku benar-benar tidak sanggup untuk membendung cintaku yang menggebu-gebu ini. Harus bagaimana aku ini ?

"Selamat pagi mas ? Oh ya, nanti sore datang ya ke rumahku. Ada yang hendak aku sampaikan kepada mas. Datang ya !"

Aku hanya tersenyum. Belum sempat aku menjawab pertanyaanmu, engkau sudah hilang tertelan pagi. Ah, mengesankan.

"Assalaamu 'alaikum.... "

"Wa'alaikumussalaam warahmatullah....  Selamat datang mas. Silakan duduk !"

Untuk sejenak engkau pergi dari ruang tamu. Entah apa yang kau kerjakan di dalam. Sementara mataku mulai memandangi setiap sudut ruang tamu di rumahmu yang mungil itu. Ada goresan pena pada dinding yang bercat pink itu. Umi, I love you....  Hmm, sungguh indah tulisan itu. Ada juga kaligrafi berlafadz basmallah. Jika dipandang dari beberapa meter, maka kaligrafi itu menyerupai gambar seekor burung dengan ekor panjang yang aduhai cantiknya.

Belum selesai aku memandang sudut-sudut ruang tamu itu, tiba-tiba engkau sudah datang membawakanku segelas air putih.

"Maaf mas, hanya air putih. Kebetulan kita sekeluarga hanya mengkonsumsi air putih sebagai minuman. Maaf kalau mas kurang berkenan."

"Tidak apa-apa de. Mas juga mengkonsumsi air putih kok untuk minuman keseharian mas. Kok bisa sama ya ?" Aku mulai membuka percakapan di sore yang menurutku indah. Menurutku tentu saja.

"Bisa jadi mas. Mungkin banyak kesamaan diantara kita. Oleh karena itulah aku menyanggupi permintaan mas. Aku bersedia menjadi isteri mas Hafiz."

Deg. Jantungku seakan berhenti berdenyut. Perempuan yang selama ini aku cintai, ternyata bersedia menjadi isteriku. Aku benar-benar tak menyangkanya. Perempuan yang selama ini seolah-oleh tak memperhatikanku. Ternyata ia mencintaiku. Benarkah ?

" Mas ! Kok diam ? Jujur saja mas, aku mencintai mas Hafiz semenjak pertama kali melihat mas di ujung perumahan itu. Hanya saja aku takut untuk menjawab pertanyaan cinta mas Hafiz. Aku takut mas ! Aku tidak mau gagal untuk yang kedua kalinya. Itu alasan pertamaku. Alasan selanjutnya adalah, apakah mas benar-benar mencintaiku ? Aku lebih tua dari mas Hafiz. Disamping itu, aku adalah janda beranak dua. Aku benar-benar tak berani menjawab pertanyaan mas Hafiz perihal kesediaanku sebagai isteri mas. Oleh karena itulah aku senantiasa berusaha untuk menjauhi mas Hafiz. Tapi mas.... Semakin aku berusaha menjauhi mas Hafiz, semakin kuat pula perasaan cinta ini sama mas. Maafkan aku mas. Maafkan aku... Karena baru kali ini aku menyetujui permintaan mas Hafiz. Bagaimana mas ? Apakah mas masih mencintaiku ?"

Oh my God, tentu saja aku masih mencintaimu. Aku hanya bingung. Ya bingung. Setelah engkau bersedia menerimaku sebagai suamimu, apakah isteriku akan bersedia menerimamu sebagai isteri keduaku ?



image by : imanbendjedidi.blogspot.com

Tuesday, December 9, 2014

MAU NULIS APA YA ?

Selamat siang sobat semua :)

Selamat berjumpa kembali dalam acara live ini :)

Disiarkan langsung melalui sotodio-sotodio enternasional. Hikz.....

nulis

Mau nulis apa ya ? Sengaja postingan kali ini aku beri judul seperti itu. Jujur saja, terkadang ketika ada hasrat untuk menulis, eh salah..... memencet tuts-tuts keyboard maksudku :) terkadang bingung mau nulis apa. Hasrat ada tapi kadang ide tidak muncul begitu saja. Dan kadang kebalikannya. Ide ada, tapi ketika mau nulis, ya ampyun..... malasnya luar binasa :P  Seperti mau mendaki gunung Slamet.  Slamet Rahardjo mbok !  :P

Yupz, hasrat dan ide, apakah hanya sebatas itu ? ternyata tidak ! Pernah mau nulis, eh ternyata ide yang bermunculan membludak..... Akhirnya tambah bingung mau nulis yang mana dulu. Kadung udah semangat, ealah.... malah bingung mau nulis yang mana dulu. Ternyata, otak inipun harus memiliki keputusan yang cepat dalam mengamputasi keputusan.  Ngeri-ngeri mual mendengar kata amputasi ini. Ha ha ha haaa..................

Aku tidak tahu apakah hal-hal seperti ini pernah sobat rasakan atau tidak. Yang jelas, bagiku, yang konon katanya suka menulis :) hal-hal seperti itu sering aku alami. Butuh refreshing kali ya ? *halah alesan !

Merujuk pada salah satu kultwitnya Oom Prie GS, bahwasanya Beliau menulis sesuai dengan intuisi. Tak peduli tulisannya akan laku atau tidak. Menulis dengan intuisi, menurut Beliau, adalah hasil dari sebuah tirakat. Luar biasa !

Apa yang dikatakan Beliau menurutku cucok sekali dengan apa yang aku alami. Walaupun ide membludak, tapi pada akhirnya, keputusanku adalah menulis sesuai dengan keinginanku. Dan keinginan yang aku tulis tersebut, ternyata bukan dari salah satu ide yang lahir membludak tersebut. Tapi bukankah itu termasuk ide juga ? Mungkin juga. Yang jelas, tulisan ini pun hadir karena intuisi kebingunganku. Apalagi sebentar lagi mau mati lampu. Mau nulis apa ya ?  :)



Ilustrated by : ibosocial.com

Saturday, December 6, 2014

CATATAN CINTA

Setelah kepulanganku ini, mungkin aku tidak lagi dapat melihatmu. Entah besok atau lusa ketika aku singgah disini, ya disini, mungkin aku bisa menikmati lagi segelas teh manis buatanmu. Atau sekedar melepaskan pandanganku ke arah wajahmu yang ayu itu. Sungguh aku merindukan semua itu.

Aku tak dapat lagi berkata-kata. Hanya catatan kecil ini yang bisa kutinggalkan untukmu. Catatan kecil yang entah akan kau baca atau tidak. Sungguh, aku tidak bisa meninggalkan apa-apa kecuali catatan ini.

Cinta memang sulit diterka. Seperti anak panah yang lepas tertiup angin nan kejam. Ia bisa menembus siapa saja, tak terkecuali aku dan .... kamu.

Aku tidak tahu, bagaimana bisa keacuhanku menjadi cinta di jiwaku. Aku hanyalah lelaki kecil yang tak beralas kaki, dan kaupun tahu itu. Kenapa dan untuk apa aku mencintaimu ? Akupun tak tahu. Yang aku tahu, bahwa cinta tak pernah salah. Itu saja !

Adakah pertanyaan seperti itu dalam hatimu ?

Saat ini aku harus pergi. Sudah lama aku tak melakukan perjalanan seindah ini. Walau hati terluka.... menganga, tapi aku harus tetap melakukan perjalanan suci ini.

Harapanku, aku bisa singgah kembali di rumahmu. Jika tidak, maka kutunggu engkau di istana kecilku. Bukankah engkau juga mengaharapkan itu ?


Ah sudahlah.....

Aku selalu mencintaimu, dan kuharap engkaupun seperti itu. Selamat tinggal sayang............

Friday, December 5, 2014

PERIHAL HUJAN DAN JIWAKU

Alhamdulillah akhirnya bisa nulis lagi di blog tercinta ini. Bagaimana kabar agan-agan/wati hari ini ? Semoga dalam keadaan sehat, sukses, dan dilimpahi rezeki yang banyak. Amiin. Bagi yang sedang sakit, rasain lu ! hahahaha.....   *pisssss



Musim hujan terkadang membuat kita sedikit malas untuk beraktivitas. Bayangkan saja, mau berangkat kuliah, hujan. Mau berangkat sekolah, hujan. Mau berangkat bekerja, hujan. Mau ke kamar pengantin, hujan. *eh !

Namun bagi orang-orang yang berkualitas seperti kamu, iyaaa kamu, aku yakin hujan tidak menjadi penghalang yang begitu berarti. Dan ngomong-ngomong soal hujan, coba jawab tebakanku : "Hujan, hujan apa yang sering dinanti para jombloers ? " Kirim jawaban kamu via SMS. SMS ke siapa saja, boleh sahabat, pacar, suami, isteri ataupun selingkuhan.  #halah

Mari kita lanjutkan perihal hujan. Pernah aku ditanya oleh temanku. Begini pertanyaannya :

" Bro, gemana sih caranya bisa punya anak ? gue dah nunggu lama. Udah berusaha bikin tiap ada kesempatan, eh belum punya juga. Ada saran atau kiat-kiat tersendiri dari lu gak bro ?"

"Hujan-hujanan !" Jawabku singkat.

"Hadeuh. Gue bertanya serius. Lu malah jawabnya sambil cengengesan kayak gitu. sambil ngusap-ngusap upil pula. Asal-asalan juga jawabmu. Perdonseh !Ha ha ha !"

Akhirnya aku perjelas jawabanku. Dan akhirnya ia pun mulai mengerti. Dan sepertinya ia akan mempraktekkannya (hujan-hujanan). Ha ha ha.

Apa sih hubungan antara hujan dan anak ? Baiklah, marilah kita belajar bersama. Jika aku salah, mohon diberi hadiah. Ha ha ha.

Kami dikaruniai anak setelah kurang kebih empat tahun menikah. Penantian yang cukup lama memang. Berbagai usaha kami lakukan untuk mendapatkan buah hati. Mulai dari ke dokter, dukun bayi, kyai, pijat tradisional, herbal, ziarah ke makam beberapa wali di Banyumas dan tentunya mohon doa restu orang tua kami. Hal itu kami lakukan beberapa kali. Dan suatu pagi, di salah satu stasiun televisi nasional, Ustadz Yusuf Mansur bertausiah perihal waktu-waktu yang mustajab untuk berdoa. Beliau bukan hanya bercerita, namun beberapa orang pernah mempraktekan apa yang Beliau sampaikan, bahwa ketika hujan, berdoalah.Niscaya doamu dikabulkan. Karena salah satu waktu yang mustajab untuk berdoa adalah ketika hujan.

Seingatku, setiap aku berangkat kerja atau pulang kerja, justru ketika hujan aku sangat bersemangat untuk melakukan perjalanan. Karena apa ? Karena saat-saat itulah yang aku tunggu. Berdoa ditengah hujan lebat ketika dalam perjalanan. Dengan harapan agar doaku terkabul.

Alhamdulillah beberapa saat setelah itu kami dikaruniai seorang anak. Laki-laki. Lalu kami beri nama MUHAMMAD AL KINDI.

Bagiku, Allah SWT lah yang memberi karunia tersebut. Sedangkan doa-doaku ketika hujan, doa-doaku sehabis shalat, doa-doa orang tua kami,doa-doa sahabat-sahabat kami, doa-doa keluarga kami dan semua yang kami lakukan untuk mendapatkan keturunan hanyalah ikhtiar semata.

Bukankah salah satu kewajiban manusia adalah berikhtiar ?

Salam sukses !





Monday, November 24, 2014

CERITA TENTANG KATAK YANG TULI

Seperti biasa, sehabis pengajian rutin pekanan, aku bersama beberapa temanku ngobrol santai di dalam musholla. Obrolan yang menarik. Malam itu yang diobrolkan adalah hal-hal yang berhubungan dengan motivasi.

Upz, dari salah satu laptop temanku, kulihat ada file yang menurutku menarik. File dalam bentuk power point itu akhirnya aku copy. Wuih, benar juga. Ternyata isinya roti, eh bukan ! File tersebut berisi cerita tentang perlombaan bagi kaum katak (he he he). Gambar-gambar katak dan berbagai ilustrasi yang menyertainya cukup membuatku mengernyitkan dahi :)

Tanpa berpanjang tangan dan berpanjang lebar, akan aku ceritakan perihal perlombaan bagi kaum katak tersebut (tanpa mengubah maksud dan tujuan cerita, ada beberapa yang aku edit biar tambah seru :)  ).

Begini ceritanya..................

Syahdan disuatu negeri antah barantah diadakanlah perlombaan memanjat tiang pemancar  yang tingginya 50 meter bagi kaum katak. Banyak diantara para katak yang tak peduli dengan lomba tersebut walau hadiahnya besar. Ketinggian tiang menjadi salah satu sebab mereka banyak yang tidak ikut. 50 meter bro !

Namun tidak bagi beberapa katak yang bermental baja. Tanpa rasa takut, mereka mengikuti perlombaan tersebut.

Dan perlombaanpun dimulai. Satu persatu para katak mulai menaiki tiang pemancar tersebut. Ada yang jatuh. Ada yang masih berjuang keras, namun akhirnya jatuh juga. Ha ha ha ha. Dari sekian katak, ada salah satu katak muda yang terus berusaha untuk naik. Para penonton, dari kaum katak sampai kaum monyet meneriaki katak muda tersebut. Banyak diantara mereka, termasuk katak yang sudah jatuh ketika menaiki tiang pemancar berteriak keras, "Sudahlah, turun saja wahai katak muda. Semakin engkau jatuh dari tempat yang lebih tinggi, maka engkau akan semakin sakit pula menanggung rasa jatuhmu itu ! ha ha ha."

Kaum monyet tak kalah lincahnya dalam meneriakkan yel-yel "penghinaan". He he he.

"Loncat terus ! Loncat terus ! Nanti lu juga akan jatuh. Dan sakitnya tuh disini !" #nunjuk pantat  :P

Yel-yel dan teriakan-teriakan semakin menjadi jadi.

Kembali ke arena perlombaan. Satu persatu peserta lomba kembali berjatuhan. Kini, tinggal katak muda seorang diri. Teriakan demi teriakan kembali terdengar.

"Turun mas ! Ntar jatuh lho. Kasihan pacarmu. Ntar jadi jodi. Ha ha ha !"

Namun sang katak muda masih meloncat.... meloncat.... dan terus meloncat.... Hingga akhirnya, tinggal ia sendirian yang masih menaiki tiang pemancar tersebut.

Dan sang katak muda itupun menjadi juaranya.

Dengan secepat kilat, beberapa wartawan dari media cetak maupun media ball point memburu sang katak muda untuk melakukan interview. Berbagai pertanyaan dilontarkan kepada sang juara itu. Tapi apa yang terjadi saudara-saudara ? Sang katak muda hanya tersenyum. Hmmm.... Usul punya usul, ternyata sang katak muda tidak bisa mendengar alias tuli. He he he he.

Kesimpulan :  ternyata salah satu jurus jitu untuk meraih kemenangan atau kesuksesan adalah dengan "TULI !"

Salam sukses !


Wednesday, November 19, 2014

SAKITNYA TUH DISINI ====> DOMPET


Seperti yang sudah-sudah, jika BBM naik, maka menjadi bahan pembicaraan yang ramai bahkan kelewat ramai menurut saya. Ha ha ha. Ya maklumlah, dengan kenaikan BBM ini, harga-harga kebutuhan pokokpun akan ikut naik. Bagi sebagian orang yang kantongnya tebal, mungkin tidak begitu masalah. Tapi bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah, tentu saja harus bersiap-siap untuk lebih mengencangkan ikat pinggang. Bagi yang ikatannya sudah kuat, bersiap-siaplah untuk menguatkannya lagi. Jika sudah sangat kuat, maka bersiap-siaplah untuk mendendangkan lagu ini , "SAKITNYA TUH DISINI..... DIDALAM DOMPETKU !"We he he he he.

Berhubung sudah banyak yang beropini dan menulis perihal kenaikan BBM ini, maka saya tidak akan  bertele-tele untuk menulis kembali berbagai alasan dan berbagai akibat dari kenaikan harga ini. Cukup satu kalimat, "Let's move on !" 

Bukan berarti saya menyetujui kenaikan harga BBM ini. Sebagai warga negara, kita juga mempunyai hak politik untuk beropini perihal berbagai macam kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. Dan jika kita sudah beropini ataupun berjuang memperjuangkan opini kita tersebut, baik setuju maupun tidak, maka tugas kita selanjutnya adalah berkarya, berkarya dan berkarya !

Jangan sampai dengan "cobaan" kenaikan BBM ini justru melemahkan kita. Ingat, tahun depan pasar bebas Asia tenggara sudah menanti. Kita akan dihadapkan pada berbagai persaingan yang lebih sengit lagi. Persiapkan diri sebaik mungkin. Berkarya sebaik mungkin. Jangan sampai kesuksesan yang merupakan hak kita justru hilang begitu saja hanya karena memikirkan kenaikan BBM yang memang cukup menyesakkan dada ini. Bagaimana tidak menyesakkan, lah wong kebutuhan pokok semakin meninggi harganya ?

Semoga pemerintah semakin jeli dan semakin peduli dengan kondisi rakyatnya. Bukan hanya memikirkan kekuasaan dan kepentingan dirinya saja. Dan semoga juga pemerintah semakin cerdas dalam mengembil berbagai kebijaksanaan, bukan sekedar kebijak-sini-an.

Selamat berjuang saudara-saudara semua !

Friday, November 14, 2014

REVIEW NOVEL CINTA NAIK TANGGA


Indra Defandra, mungkin masih cukup asing ditelinga para penggila novel di negeri ini. Namun, novelis yang juga musisi ini sudah berhasil membuat satu karya novel yang menurut saya bagus. CINTA NAIK TANGGA, begitu judul novel perdananya yang bergenre komedi ini. Dari Judulnya bisa ditebak, kalau novel ini berisi tentang lika-liku percintaan manusia.

Novel yang terdiri dari Prolog, bagian satu sampai dua puluh empat, epilog, epilog 2, penuh dengan kisah-kisah seru dan romantis. Dan tentu saja, karena novel ini bergenre komedi, maka bersiap-siaplah untuk tertawa, minimal tersenyum-senyum sendiri sambil memukul-mukulkan tangan Anda ke ke kepala, eh kaki. He he he.

Cerita ini diawali dari sepasang suami isteri yang mendapati sesuatu tergeletak di depan rumah mereka. Sesuatu yang ternyata adalah anak manusia berumur sekitar sebelas atau dua belas tahun dalam keadaan lupa ingatan. Akhirnya, anak tersebut diasuh sebagaimana anak mereka sendiri dan diberi nama Wasis Bagus Rupawan. Nama yang mengandung do'a, tentu saja do'a yang baik. Wasis berarti Pintar. Bagus Rupawan bermakna seorang lelaki yang tampan wajahnya.

Tapi apa yang terjadi ? Ternyata kenyataan berbalik ratusan derajat dengan nama yang di sandang si anak. Wasis Bagus Rupawan ternyata tidak menjadi anak yang cerdas dan rupawan. Tapi sebaliknya, bodoh, bahkan teramat bodoh. Untuk ukuran ketampanan, wah jauh panggang dari air, eh api. Pada bagian awal novel ini, kalian akan mendapati bagaimana wujud dan keadaan Si Wasis Bagus Rupawan ini. Mengenaskan ! Mungkin itu kalimat yang tepat.

Sebagai lelaki normal, si Wasis Bagus Rupawan ini menaruh hati pada wanita yang konon paling cantik, pintar, dan supel di SMA nya. Gita nama gadis itu. Berbagai cara ia lakukan. Mulai dari yang normal-normal, sampai yang konyol-konyol. Hadeuh.

Bukan tanpa tantangan, gara-gara mendekati Gita, si Bagus ini pernah dihajar habis-habisan oleh cowok yang juga mencintai cewek dambaannya. Namun, bukanlah bernama Wasis Bagus Rupawan kalau ia hanya pasrah untuk mendapatkan pujaannya. Ia senantiasa bangkit, walau berbagai halangan, cemoohan, dan hinaan menerpa perjalanan cinta dan hidupnya.

Kisah-kisah semasa SMA yang penuh dengan romantika, kisah-kisah lucu, organisasi, musik, dan berbagai gita cinta semasa SMA tersaji dalam novel cinta ini. Saya jadi ingat ketika dulu saya membaca salah satu karya Hilman, Lupus. Lucu, konyol, dan penuh cerita cinta.

Ada yang menarik pada bagian ke sembilan novel ini. Pada bagian ini, dikisahkan berbagai cerita cinta si Wasis Bagus Rupawan. Tentu saja, cerita kegagalan cinta si Bagus. Mulai dari nembak anaknya juragan angkot, sampai nembak nenek-nenek kempong peot. Semua cerita tersebut tersaji dengan kocaknya. Wah, sungguh konyol. Namun ada pesan di dalam bagian ini. Pantang menyerah mas bro ! He he he.

Dalam novel ini, sebagaimana saya tulis pada bagian awal review ini, bahwa selain sebagai novelis, Indra Defandra adalah juga seorang musisi. Dan dalam novel ini pun, terdapat beberapa lirik lagu yang sangat rumantis. Lirik-lirik romantis ini semakin menambah hidup suasana kisah percintaan di dalamnya. Tersirat dari covernya lho.

Sungguh cerita dalam novel ini penuh dengan kejutan-kejutan yang mungkin tidak kita sangka-sangka. Pun demikian dengan jalan hidup si Bagus. Berbagai kejadian yang tidak disangka-sangkapun mampir dalam kisah hidupnya.

Kejadian-kejadian yang mengejutkan dan luar biasa itulah yang akhirnya menghantarkan ia bisa bersanding dengan gadis pujaannya, Gita. Wasis Bagus Rupawan ternyata adalah seorang agen rahasia yang cerdas dan tampan, namun sedikit sombong. Bagaimana bisa terjadi ? Mengejutkan bukan ?

Novel yang diterbitkan oleh Tebe Agisna Mandiri, dengan halaman setebal 349 halaman ini menurut saya bisa masuk dalam agenda bacaan kalian selanjutnya. Selain bisa mengocok perut dan sedikit melupakan masalah yang menghimpit kalian, novel ini juga sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan. Alur ceritanya yang terkadang sulit ditebak juga menjadi sensasi tersendiri bagi yang membacanya.

Bagaimana untuk harga ? Saya pikir harga yang dibanderol sesuai dengan isi cerita dan tentu saja ketebalan halamannya. Catat juga nih, harga sesuai dengan kondisi anak kost. He he he.

Bagi yang berminat memiliki novelnya, atau sekadar ingin berkenalan dengan penulisnya, silahkan add account fesbuknya, Indra Defandra.

Semoga bermanfaat.

Thursday, November 13, 2014

DON'T JUDGE THE BOOK FROM THE KOPER

"Panjul ! Bangun ! "

Seperti geledek di pojok rumah janda muda, eh di atas daun telinga maksudnya, teriakan yang sangat familiar di telinga si Panjul itu menggelegar keras. Terpampang nyata ! Begitu kata Princess-princessan yang sering sering nongol di acara televisi. Ya, suara nyokapnya si Panjul memang cetar menggoda. Kontan si Panjul yang sedang asyik-asyiknya mimpi basah (mimpi dikencingi sapi :P  ) akhirnya terbangun.

"Wadaauh, udah jam setengah delapan ! Modiar gue !" Gerutu Panjul dalam kamarnya. Akhirnya dengan jurus kucing mencuri dendeng, si Panjul segera berganti pakaian, langsung meluncur ke halaman depan nungguin angkutan pedesaan. Kira-kira, si Panjul mau ngapain yah ? Baiklah kita dulu ikuti pesan-pesan berikut ini. Cekidot !

Ceritanya, sejak malam tadi beras di rumahnya si Panjul habis. So, sebagai satu-satunya anak lelaki di rumahnya, si Panjul merasa ikut bertanggung jawab. Lah wong saban hari yang sering ngabisin nasi ya si Panjul. Bayangin saja, makannya 3 kali sehari. Tiga kali tiga, begitu rumus aslinya. Boros banget pokoknya. Kayak motor Binter. Ha ha ha. Nah, kebetulan si Panjul kemarin dapat uang dari hasil mancingnya di kolam tetangga sebelah ( walah, don't try at home...  biar lucu nih ceritanya... wkwkwkwk). Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab, pagi ini si Panjul berencana untuk nempur alias beli beras. Dasar si Panjul, karena semalaman begadang nonton liga Champion antara Manchester vs Kalibener, akhirnya si Panjulpun kesiangan.... #Rasain Lu !

Akhirnya, angkutan pedesaan yang ditunggu nongol juga. Tanpa babibu dan babu babu, si Panjul langsung naik kedalam angkot tersebut. Beraneka macam penumpang yang ada didalamnya (buah-buahan kaleeee beraneka macam). Ada bakul gorengan, mbah-mbah yang mau nengokin cucunya, bapak-bapak berkumis yang berpita, ibu-ibu yang berdandan rock 'n roll, mahasiswi yang pulang kampung, ABG yang mau ngamen, sampai anak sekolah yang bolos yang sengaja lagi muter-muter kampung karena baru kali ini bisa naik mobil. Pokoknya beraneka macam bingit dech.

Dasar hari sudah siang, disertai si Panjul belum mandi, hawa panaspun mulai merasuk ke dalam mobil angkutan yang penuh sesak tersebut. Alhasil, keringatpun bercucuran di sekitar badan para penumpang. Tak terkecuali si Panjul. Dengan kekuatan datang bulan, eh kekuatan bulan si Panjul langsung mengusap keringat yang ada di sekitar wajahnya. Namun, apa yang terjadi pemirsa ? Ketika si Panjul mulai mengelap wajahnya, awalnya, salah satu cewek yang duduk disamping Panjul cuman tertawa lirih. Lama kelamaan seluruh penumpangpun tertawa terbahak-bahak. Keras sekali. Sampai si supirpun menghentikan laju kendaraannya karena saking ramainya penumpang.

"Kok Ramai, ada apa nih saudara-saudara ?"

"Ini lho mas, lihat. Masa si Panjul mengelap mukanya makai celana dalam ? Sobek lagi !"

Gleg !

"Hahahahhaha...............!"

Kontan suara yang tertawapun bertambah banyak dan semakin riuh saja seperti suara penonton di lapangan karambol. Wkwkwkwkwk....

Gara-gara kesiangan, si panjul yang berniat mengambil sapu tangan, malah keliru mengambil celana dalam alias cawet alias cangcut. Huuuureeee......

Tapi, bukan si Panjul namanya kalau tidak cerdas. Dengan tenang, ia berkata pada seluruh penumpang di dalam angkutan tersebut.

"Inilah kebanyakan orang Indonesia, selalu menilai sesuatu dari yang tampak saja. Memang ini celana dalam, tapi bukankah ini adalah juga kain. Ya, bentuknya memang celana dalam, tapi bukankah ini adalah kain juga ? Dan bukankah kain bisa digunakan untuk mengelap apa saja. Termasuk mengelap gelapnya cinta yang ada dalam hati kamu kan de ? (Sambil ngelirik cewek cantik yang duduk disebelahnya.... #jlep banget ). Sebagai generasi muda, saya sangat menyayangkan kebanyakan orang Indonesia yang kalau menilai sesuatu hanya dari luarnya saja. Sebagai contoh kalau mau milih anggota Dewan. Milihnya anggota dewan, yang cantiklah, yang gantenglah kaya saya, yang banyak duitnyalah, yang pakai sepatu mlisning lah. Padahal hatinya bengis. Sungguh ironis."

Begitu panjang ceramah si Panjul. Sampai akhirnya seluruh penumpang bertambah gerah. Dan panjulpun hilang arah. Karena angkutan yang ia naiki, ternyata salah jurusan. Tidak menuju ke mini market dimana ia mau membeli beras, tapi menuju ke kampung sebelah yang sama sekali tak ada warungnya. #Rasain lu Njul ! Hahahahaha.....

Wednesday, November 12, 2014

LELAKI TERLUKA

Aku hanyalah lelaki yang terluka di ujung senja. Seperti malaikat yang rapuh tanpa sayapnya. Namun, aku tetaplah lelaki. Dan sifat kelelakianku ini akan selalu menuntunku untuk bergerak, walau dengan ribuan luka.

Sudah puluhan wanita aku taklukkan, tapi kali ini sungguh aku tak berdaya melawan keperkasaanmu,wahai pujaanku. Ribuan kata manis dan berderet-deret gurindam cinta tak lagi kau hiraukan. Bahkan, guna-guna asmarakupun tak lagi berguna. Sia -sia ! Sungguh mengenaskan.

Kau kukenal dari balik jeruji itu. Jeruji hitam yang mulai tenggelam dimakan zaman. Kau wanita itu. Ya, wanita dari balik jeruji. Mungkin karena itulah engkau ditakdirkan perkasa. Namun aku bukanlah Yudhistira, yang begitu saja menyerahkan Drupadi kepada Kurawa karena kekalahan dadu-dadu durjana. Bukan !

Bahkan aku ingin seperti Rahwana. Menculik Shinta bukan karena nafsu birahi semata, tapi karena pengetahun yang merupakan wisik dari pada Dewa. Bukankah kesaktian adalah pengetahuan? Ah sudahlah, kita tinggalkan saja cerita-cerita itu semua. Sekali lagi aku hanyalah lelaki. Dan aku berhak mencintai. Itu saja !

Tapi..... Bagaimana aku harus menyembuhkan lukaku ini ? Sedangkan engkau masih berputar-putar dalam tidurku. Sungguh menyebalkan ! Tapi tenanglah cintaku.... Aku memang lelaki terluka. Tapi aku adalah titisan cinta. Dan dengan luka-luka ini, aku akan membakar sekujur tubuhmu dengan asmaraku. Bersiap-siaplah wahai pujaanku.

Dari balik awan itu, akan aku hujamkan ribuan senandung smarandhana. Sampai kau terluka. Ya terluka. Bukankah dengan luka, maka engkau akan mengetahui makna sebuah bahagia ? Ah, kokok ayam membangunkanku dari mimpi panjangku. Berakhir ? Belum tentu ! Karena cinta adalah perjalanan jiwa setiap manusia.



Friday, October 24, 2014

BANGKU DI POJOK TAMAN ITU (sebuah essay cinta)

Aku tidak tahu bagaimana rasanya mencicipi cintamu. Yang kutahu, bahwasanya aku mencintaimu. Itu saja ! Seperti aroma dahlia di waktu itu. Aku hanya terpaku menatap keindahannya dari bangku di pojok taman itu. Wanginya semerbak, menyeruak masuk ke relung jiwaku. Ah, mencintaimu memang melelahkan. Tapi adakah sesuatu yang lebih baik dari sesuatu yang bernama mencintaimu ?

BANGKU


Seperti biasanya, pagi ini aku menikmati keindahan wajahmu. Masih sama, dari pojok taman itu. Taman yang dihiasi beraneka rupa bunga dan tanaman hijau didalamnya. Ada gemericik air dari air terjun kecil buatan sang maestro. Masih didalamnya, beraneka bebatuan berwarna berjajar rapi bertautan. Upz, sesekali kupu-kupu yang nakal mencubit sedikit lentiknya mata sang bunga. Ah, taman yang manis. Dan selalu dari sanalah aku memandangi keelokan wajahmu.

Di suatu malam, aku dapati ceceran kertas jingga. Oh, ada tulisanmu disana. Kembali aku merindukanmu. Sedangkan sisa-sisa cintaku mulai habis terkikis duri-duri sadis. Untuk apa aku membaca tulisanmu ?

Pagi berikutnya, kulihat ada serombongan burung pipit berjejalan di atap rumahmu. Masih sama, aku tak bisa melihat wajahmu disana. Padahal pipit itu bernyanyi perihal rindu dan keabadian. Apakah takdirku memang harus melihatmu dari bangku di pojok taman itu ? Entahlah.

Ah, mencintaimu memang menyakitkan. Tapi sekali lagi aku bertanya, "Adakah sesuatu yang lebih baik dari sesuatu yang bernama mencintaimu ?"



Ilustrated by : 123rf.com



Monday, October 13, 2014

TENTANG CAHAYA TUHAN YANG MASUK KE HATI

Cerita ini terjadi beberapa tahun silam ketika saya belum menikmati sesuatu yang bernama "pernikahan". He he he.

Maghrib yang indah berlalu dengan cepatnya. Sungguh, waktu yang sia-sia jika saya hanya duduk-duduk saja tanpa menikmati untaian ilmu dari kyai saya. Atas kehendak Allah SWT, hari itu saya sholat berjamaah dengan guru yang begitu saya hormati. Dua gelas teh manis dan beberapa nyamikan khas banyumasan ala kadarnya menemani obrolan santai kami. Ya, obrolan. Bagi sebagian orang mungkin obrolan adalah sesuatu yang biasa, tapi bagi saya, ketika obrolan itu melibatkan Beliau guru saya, maka itu menjadi obrolan yang istimewa. Dan berdasarkan pengalaman saya selama ini, hampir tak ada obrolan yang sia-sia ketika berbicara dengan Beliau.

Waktu itu, sedang ramai-ramainya perbincangan tentang berbagai macam aliran dan organisasi dalam Islam selain NU dan Muhammadiyah. Pergerakan mereka yang bisa dikatakan luar biasa mulai membumbui berita-berita di berbagai media massa. Apalagi adanya peristiwa bom Bali yang sangat menohok kaum muslim waktu itu. Sungguh mengasyikkan perbincangan kami.

Pada waktu itu, jujur saja saya marah dan kecewa atas berbagai tindakan yang dilakukan oleh beberapa muslim yang menurut saya tidak mencerminkan "kemuslimannya". Hanya berbeda paham saja, sudah berani mengkafirkan. Hanya berbeda rokaat tarawih saja pada saling menghujat, bahkan sudah ada yang main bunuh segala. Ah !

Menjelang Isya guru saya berkata : " Allah SWT itu Maha Suci, Maha Baik. Ia akan memantulkan kebaikan pada hati siapa saja yang Ia kehendaki. Karena ia Maha Suci, maka kebaikan-Nya pun akan Ia pantulkan pada manusia-manusia yang berhati bersih. Tak peduli ia warga NU, Muhammadiyah, Persis, ataupun lainnya. Jika ia berhati bersih, maka Allah akan memberikan cahaya kebaikan kepada jiwanya. Cahaya yang akan membawa kedamaian, keselamatan, dan ketentraman bukan hanya untuk dirinya saja, melainkan juga semesta alam.

Aja rumangsa paling bener (Jangan merasa paling benar)......."



Subhanallah.



Friday, October 3, 2014

MASIH SAMA

Tak seperti biasanya, hari ini si Panjul tampak lusuh. Minum tak bergairah, makanpun tak enak. Bayangkan, sehari dia hanya makan delapan kali dan minum hanya menghabiskan sedikitnya empat galon mineral ukuran jumbo. Hanya dalam sehari. Sungguh mengenaskan. #loncat tembok

"Njul, lusuh amat kamu ? Makanya kalau mandi di irigasi, jangan di WC. Biar mukamu keren kayak artis Korea... Mmmm siapa tuh namanya.... Oh ya aku ingat... namanya.....JIAND BUSUK ! Hahahahahahha......." #loncat tembok lagi... kali ini temboknya tinggi, akhirnya lo pade nyungseb semua... wkwkwkwk...

"Bercanda saja kau Lun. Mukaku lusuh bukan karena keseringen mandi di WC putri, tapi karena aku jarang mandi saja. Ya paling seminggu sekali dalam lima bulan. Maklumlah, lagi pusing mikirin nasib bangsa." Jawab Panjul dengan gaya ke nenek nenekkan... #kali ini temboknya yang ngeloncat.

Oh ya, hampir lupa. Lelaki yang sedang bercakap-cakap dengan Panjul itu namanya Dailun. Dia sebaya dengan Panjul. Satu SD. Tapi Dailun tidak lulus. Lho kok tidak lulus ? Iya, bokapnya Dailun meninggal waktu Dailun masih kelas 5 SD. Penyakit paru-paru dan liver yang menyebabkan bokapnya Dailun meninggal. Keluarga Dailun, baik dari pihak bokap maupun nyokap merupakan kalangan keluarga yang tak punya alias misscal, eh miskin. Jangankan buat berobat, untuk makan sehari-hari saja bokapnya Dailun harus banting tulang, banting daging dan banting apapun yang  bisa dibanting. Ya tentunya demi menghidupi Isterinya, anaknya (Dailun dan kedua adik Dailun yang masih kecil). Setelah bokap Dailun meninggal, kini giliran Dailun yang menjadi tulang punggung keluarga. Dia bekerja serabutan. Mulai dari nyabut rumput sampai nyabut gigi tetangga sebelah. Baiklah, kita sudahi dulu cerita perihal keluarga Dailun. Terlalu sedih dilupakan, terlalu sedih dikenangkan. Setelah aku jauh berjalan... Dan kau....    #malah nyanyi.... #sampluk sisan !

Kembali ke tengtop..............



"Kamu lagi ada masalah njul ? Kok tidak seperti biasanya. Biasanya kan kamu ceria njul. Loncat-loncatan di tiang listrik, menari-nari di atas antena parabola, dan nyanyi-nyanyi di kolong ember. Whats up bro ?" Si Dailun mencoba bertanya pada Panjul dengan menggunakan metode deduktif dan kualitatif. #Jlep !

" Ya aku kan sudah katakan tadi. Aku lusuh karena sedang memikirkan nasib bangsa. Masa kamu gak percaya Lun ?" Jawab Panjul sambil makan tembakau. #eh !

"Ha ha ha ha. Guayamu... le ... le ... Lah wong mikirin awakmu saja kamu belum becus. Masa kamu mau mikirn bangsa. Dari mana datangnya lintah... eh, dari mana ceritanya ? Ga usah belagu kelesss...."

"Wah Lun, kamu benar-benar mengejek kemampuanku yang super ini. #megang jidat. Begini Lun.... Beberapa hari ini aku tidurnya pagi."

"Halah... Pagi-pagi tidur lah iya kamu Njul...." seloroh Dailun.

"Husss... Serius Lun ! Aku nonton tivi. Acaranya seru bingit tekong.. eh, tahu.... " Panjul mulai beraksi sembari mengenakan kaosnya yang seksi.

"Acara apa itu Njul ? Film unyil yah ? Hahahahha.........."

"Ealah ni bocah. Ndak percaya sama bualanku. Itu Lun, acara tivinya menyuguhkan adegan yang ada walk outnya. Konon katanya, ada perubahan perihal coblosan  Bupati, Gubernur, sama wali kota . Seru bingit Lun....  Sampai pagi, live lagi. Wuihh seru.... Eh, selang beberapa hari lagi, ada adegan yang hampir sama. Kali ini masalahnya lain lagi Lun.... Itu lho..."

"STOP ! " dengan gaya Polantas yang penuh wibawa, Dailun langsung menutup mulut Panjul dengan karung yang ia bawa. Entah kucing mana yang merasuki tubuhnya. Tiba-tiba wajahnya garang dan cara berbicaranyapun berubah. #Ksatria Baja Hitam kaleee.

"Dengerin ya Njul.  Mau coblosan model apapun, mau milih kayak apapun. Mau ini kek, mau itu kek. Pokoknya, apapun yang sedang diributkan di televisi itu, GUE KAGAK PEDULI !.... Toh dari dulu, semenjak bokap gue masih ada, sampai gue gede seperti ini, warung yu Jum masih sama seperti dulu. Reot !"

Panjul : " ???????????!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"









Tuesday, September 30, 2014

G30/S- Lupa ..............

Tak seperti pagi biasanya, hari ini aku bangun siang. Yupz, jam 6 ! Hebat kan ?

Lha kok bisa ? Ya bisa sajalah. Burung saja bisa terbang. Ya kan ? #garuk celana

Pekerjaan mungkin bukan alasan, tapi memang itulah kenyataannya. Sebagai petugas pendataan sekolah alias DAPODIK, tanggal 30 September ini merupakan garis mati ( dead line ) batas waktu pengiriman data. So (to babat), kemarin berkejar-kejaran dengan waktu. #anjing kali main kejar

Lembur di sekolah sampai jam delapan malam. Dilanjut di rumah mungilku sampai pagi. Menjelang subuh masih belum kelar juga. Sehabis sholat subuh, mungkin saking lelahnya, tertidur sampai jam enam. Wah !

Alhasil, berangkat kerja pun telat. Yes !  #bathukmu.

Sembari menaiki si jengki, Yamaha RS 100 thn 74 ku tercinta, aku berangkat. Ugh, asyik juga berangkat kesiangan. Tak terlalu banyak, terutama sepeda motor yang dikendarai oleh manusia-manusia yang kerjanya jam 7 pagi dan juga anak-anak sekolah tentunya. Semrawut ! Mungkin itu kata yang tepat untuk melukiskan gambaran pagi di jalanan raya yang biasa aku lewati.

Ada pemandangan menarik ketika aku berada di sekitar Patikraja sebelum Bendung Gerak Serayu. Di pinggir jalan, di depan salah satu rumah, terlihat seorang wanita setengah baya memasang bendera. Sejenak aku terhenyak dan bertanya-tanya. Pertanyaanku kali ini tidak begitu banyak. Bukan pilihan ganda, apalagi essay yang ndak jelas jawabannya. #dhizyeg

Hari apa ini ? Perasaan, sedari aku berangkat dari rumah (berangkat pukul 08.00 Waktu bagian dompetku... wkwkkwkwwk) tak satupun bendera terpasang. Dan melihat cara memasangnya, sepertinya wanita itu akan memasang bendera setengah tiang. Hari apa ini ? Tanggal berapa ini ?

Oalah, hari ini tanggal 30 September. Apa pula ini ? Tanggal apa ini ? Apa harus memasang bendera setengah tiang ? Apa yang pernah terjadi di tanggal 30 September di negeri ini ?

Ough, entahlah...... lupa !

Ya lupa ! Bukankah salah satu sifat bangsa ini adalah pelupa ?

Lupa sama ... Ahhh... Sudahlah..... Setidaknya dengan lupa, kita bisa mengobati sedikit luka.

Monday, September 29, 2014

PINTAR = SUKSES ? Sstttt... Tunggu Dulu bro !

Sebenarnya saya malu untuk menulis hal-hal seperti ini. Tapi tak pikir-pikir rasanya saya harus menulis ini. Bukankah takdir bergerak mengikuti pergerakan orang yang bergerak menentukan takdirnya sendiri ? Hah, bilang saja, Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang jika orang itu tidak mau merubah nasibnya sendiri. Gitu aja kok berbelut-belut, eh berbelit-belit. He he.

Begini ceritanya, semoga tidak menjadi sombong, sedari SD sampai SMA saya adalah bintang kelas. Ketika SD dari kelas 1 sampai kelas 6 saya selalu ranking pertama, kemudian SMP seingatku hanya kelas 1 catur wulan (dulu pakai sistem catur wulan bukan semester ) 1 dan 2 saya ranking 2, setelah itu mulai dari kelas 1 catur wulan 3 sampai kelas 3, berturut-turut saya ranking 1.

Lain lagi cerita waktu SMA, kelas 1 masih bisa ranking 1. Kelas 2, haha, ampun dach, amburadul ! Maklum lah lagi masa muda. Masa-masa SMA yang penuh dengan perbuatan-perbuatan nekad dan konyol. Vivere veri colloso, begitu kata guruku dulu. Kelas 3 SMA saya Bangkit (ngeri yah ? bangkit. Hihihi), berturut-turut sampai selesai saya menjadi bintang kelas kembali. Bahkan nilai EBTANAS ku (Sekarang UAN )  paling tinggi di SMA ku untuk jurusan IPS. Ceileehhh. Bagaimana dengan kuliahku ? lain kali saja dech ceritanya. Hehe.

Syahdan, suatu hari saya bertemu dengan teman SMP ku. Bukannya sombong, pasti dia tahu saya, selain bintang kelas, saya kan juga mantan ketua OSIS. Ehm. Jadi dapat dipastikan kalau dia pasti mengenalku, padahal saya lupa-lupa ingat sama dia. Kami bertemu di Jakarta, kebetulan waktu itu saya lagi mendampingi anak-anak di tempat kerjaku untuk study tour. Saking lamanya tidak bertemu, mungkin sekitar 15 tahun, akhirnya kami asyik ngobrol ini itu ngelantur kesana kemari. Oh ya, sahabatku ini hanya lulusan SMP, setelah itu dia langsung cabut ke ibu kota untuk mencari nafkah, eh duit. Hehe. Kami bercerita tentang pengalaman kerja. Ini yang bikin saya malu. Sekarang dia bekerja pada salah satu perusahaan pembuatan alat-alat kesehatan, kalau tidak salah sebagai checker di gudang. Gajinya ? woww... pantastis, begitu kata orang di kampungku. Hehe. Kenapa fantastis ? Karena gajinya lumayan besar, jauh di atas gajiku.

Yang bikin saya malu lagi, ternyata dia sudah mampu membeli tanah dan mulai membuat rumah untuk dia dan keluarga kecilnya. Hebat, batinku. Padahal dia hanya lulusan SMP dan dia tergolong anak yang biasa-biasa saja waktu SMP. Nilainya tidak sebagus nilai saya (bukan sombong lho, tapi realitas). Dan  menurut saya, dia lebih sukses ketimbang saya.

Bukan hanya dia, masih banyak sahabat-sahabat saya yang dulu secara akademik nilainya biasa-biasa saja bahkan tergolong peringkat bawah, tapi sekarang mereka menjadi pribadi-pribadi yang berhasil. Hebat ! Hal ini tidak dialami oleh saya saja. Saya punya sahabat kuliah, dia pintar dan rajin. Tapi apa yang terjadi ?. Nasibnya hampir sama sepertiku (belum sukses). Teman-temannya yang dulu secara akademik berada di bawahnya, justeru sekarang menjadi orang-orang yang berhasil dan sukses dalam hidup mereka. Sahabat kuliah saya yang cerdas itu merasa kalah dengan mereka. Hmm.

Pertanyaannya, kok bisa yach seperti itu ? Ternyata nilai-nilai dan prestasi di sekolah ataupun di bangku kuliah tidak selalu berbanding lurus dengan kesuksesan ketika kita berada ditengah masyarakat . Apa atau siapa yang salah ? sistem pendidikannya kah ? ataukah orang-orang berprestasi yang mempunyai masalah dalam dirinya sendiri ? Cobalah bertanya pada rumput yang bergoyang ! Halah !

Ada beberapa hal yang menurut saya cukup menarik dari kisah-kisah sukses sahabat-sahabatku itu. Sekali lagi, walaupun secara akademik sebenarnya mereka biasa-biasa saja, bahkan tergolong sangat biasa, tapi mereka mampu meraih kesuksesan dalam kehidupan mereka yang masih tergolong muda itu.

Berikut hal-hal menarik yang menurut saya merupakan kunci sukses dalam kehidupan beberapa teman saya, termasuk yang tadi saya ceritakan di atas. Dan menurut saya  bisa kita aplikasikan dalam diri kita masing-masing untuk meraih kesuksesan. Okey, langsung saja.

  1. Sabar
Mungkin ini adalah hal yang terlalu sering kita dengar, sabar, ya sabar. Bagaimana ndak sabar, sahabatku yang tadi saya ceritakan, yang sudah bisa membeli tanah dan membuat rumah itu, awalnya bekerja sebagai pembantu. Tugasnya memberi makan burung-burung piaraan majikannya. Mungkin karena dia cowok, sehingga tugas memberi makan burung mungkin dianggap cocok oleh majikannya. Apalagi waktu itu temanku baru lulus SMP. Kira-kira berapa gajinya ? Ah, untuk beli rokok saja kurang.

Namun dengan sabar temanku itu menggeluti profesinya bertahun-tahun. Kalau ndak salah sampai sekitar 5 tahunan. Bayangkan saja, hidup di Jakarta sampai tahunan begitu, hanya digaji beberapa rupiah saja. Betapa hasrat-hasrat mudanya untuk berlsaya konsumtif atau apapun itu yang berbau kesenangan materi ia tahan. Kalau ndak ditahan bisa berabe, kan gajinya sedikit ? Sampai akhirnya terjadilah perubahan nasib. Ya, perubahan nasib alias takdir. Sang majikan akhirnya meminta temanku itu untuk bekerja di gudang perusahaan milik majikannya itu. Perusahaan alat-alat kesehatan yang cukup terkemuka di Jakarta. Dia dipercaya sebagai checker sampai sekarang. Dan gajinya berlipat lebih banyak dibanding ketika ia bekerja sebagai tukang makanin burung.

  1. Mampu Menutup Mata
Menutup mata ? Lho kok ? Iya menutup mata. Temanku itu berhasil menutup matanya sehingga ia mampu membeli tanah dan membangun rumah dengan hasil keringatnya sendiri. Wah kaya magic aja yah ? Dengan kemampuan menutup mata, bisa membeli tanah dan membangun rumah ! Hahaa.

Yang saya maksud dengan menutup mata disini adalah berusaha sekuat mungkin untuk tidak membeli sesuatu yang memang tidak atau belum perlu untuk dibeli. Simpanlah dan gunakan pendapatan kita seperlunya. Jujur saya salut dengan teman saya itu. Hidup di Jakarta dengan disuguhi beraneka ragam kesenangan duniawi, ternyata ia tidak begitu saja terbawa arus untuk menikmati berbagai kelezatan itu. Dia mampu menutup matanya, tentu saja dia sadar, dengan gajinya yang tidak seberapa, bagaimana mungkin ia menikmati berbagai kesenangan dan kelezatan itu tanpa batas. Ada hal-hal yang pantas ia nikmati, tapi tidak semuanya ia nikmati.

Inilah yang terkadang belum bisa saya atau barang kali Anda juga belum bisa. Lihat iklan saja, walau sekilas, sudah terbesit keinginan kita untuk membelinya. Hayo ngaku ?

  1. Menabung
Yang ini sepertinya tidak perlu dijelaskan panjang lebar. Siapa sih yang ndak tahu dengan kata menabung ini ? Pastilah semua tahu. Tapi yakinlah, ketika kita tidak “dipaksa” untuk menabung, maka kita pun tidak akan bisa menabung. Ini dialami oleh beberapa teman saya, tentu saja dengan dalih klisenya, bagaimana mungkin bisa menabung lha wong kebutuhan saya sangat banyak, sedangkan pendapatan saya sedikit ? Hmmm. Tidak selalu mudah kan ? Inilah mengapa tadi saya bilang kalau menabung itu juga butuh “paksaan.”

Temanku itu termasuk orang yang pandai menabung, walau penghasilannya sedikit. Itulah mengapa ia bisa mempersunting wanita idamannya dan selang beberapa waktu ia bisa membeli tanah dan membangun rumah.

  1. Kerja keras
Ngeri juga ketika saya mendengar cerita teman saya itu tentang pekerjaannya. Bagaimana tidak, saban hari ia berangkat pagi buta, pulangnya malam. Belum lagi kalau disuruh lembur. Bukan hanya itu, dihari libur sekalipun terkadang ia harus berangkat kerja. Tergantung bos, katanya. Di hari libur sekalipun, jika bosnya, ya pemilik burung itu, nelpon teman saya untuk berangkat, tanpa babibu teman saya langsung berangkat. Saya tanya, ndak capek ? dia menjawab tentu saja capek, tapi aku nikmati, katanya. Tipikal pekerja keras menurut saya. Sangat beda dengan saya. Sebagai tenaga honorer di salah satu sekolah negeri, saya terbilang cukup santai. Mulai kerja jam 07.00 WIB, selesai jam 14.00 WIB. Lembur pun jarang, paling kalau ada pekerjaan yang harus diselesaikan dalam waktu dekat. Saking banyaknya, maka saya harus lembur sampai malam, bahkan pernah sampai pagi. Hmm, sangat beda dengan sahabat saya tadi kan ?

  1. Berdo’a
Nah, kalau yang satu ini memang bukan hal yang asing bagi teman saya itu. Sepengetahuan saya, sejak saya mengenalnya sedari SMP dulu, dia memang rajin sholat. Saya pernah memergoki dia membawa sarung ketika SMP dulu. Yupz, tanda kalau dia memang rajin sholat. Bagaimana dengan kita ? sudahkah kita merlantunkan do’a-do’a untuk kesuksesan kita ?

Lima hal di atas  mungkin sudah pernah kita dapatkan ketika kita sekolah atau kuliah. Teman saya itu memang hanya lulus SMP dan kemampuan intelijensinya alias IQ nya memang biasa-biasa saja. Tapi lihatlah, dia menjadi pribadi sukses dengan penerapan lima hal di atas. Ini hanyalah penilaian saya. Mungkin ada penilaian lain yang menurut Anda lebih tepat. Yang jelas, kita takkan bisa berubah jika kita sendiri tak punya kemauan dan kemampuan untuk merubah diri kita sendiri.

Salam revolusi !



23 Mei 2013.

Saturday, September 27, 2014

KURIKULUM BARU........ SOLUSIKAH ?

Gonta ganti kelamin, eh kurikulum. Ini sekadar opiniku saja. Yang suka silahkan baca, yang ndak suka silahkan baca juga. Hi hi.

Yupz, mulai tahun pelajaran 2013/2014 ini, Pemerintah akan menerapkan kurikulum baru, Kurikulum 2013. Untuk nama kurikulumnya sich, kata pejabat di Kemendikbud masih belum ditentukan secara pasti. Yang jelas, kurikulumnya baru. Gituuuuuu.

Jujur saya heran, kenapa ya kurikulum di Negeri ini kok gonta-ganti melulu. Coba hitung, sudah berapa kali kurikulum di negeri ini mengalami perubahan ?

“Susah bos ngitungnya ?.”

“Gampang kok, tinggal ngitung jumlah menterinya sampai sekarang sudah berapa ? He he.”

Ya namanya juga opini, boleh kan ? Perasaan hampir tiap ganti menteri kurikulumnya juga ikut berganti. Hayo, pada berlomba-lomba pengin masuk sejarah Indonesia ya ? He he.

Tapi sebagai warga negara yang baik, aku ikut mendukung dech. Apalagi, katanya, kurikulum ini akan berbasis bukan hanya pada IQ saja, tapi juga kecerdasan-kecerdasan lainnya. Soalnya, kalau terlalu bertumpu pada IQ, hasilnya ya kayak saat ini, KORUPSI dan kejahatan lainnya menjadi santapan sehari-hari di tivi dan sosial media lainnya. Kok bisa ? ya itu, hanya nilai-nilai yang berbau “akal” saja yang diutamakan, sedangkan yang berbau “rohani” masih kurang tersentuh.

Coba bayangkan, pelajaran Agama di sekolah umum tiap minggu hanya 2 jam, sedangkan pelajaran lainnya, kasihlah contoh Matematika, bisa 4 sampai 6 jam per minggu. Bahkan ada yang lebih. Jadinya ya bangsa ini pinter ngitung duit tapi kurang pinter ngitung ibadah. Sorry, bukannya aku mendiskreditkan Matematika, hanya saja, pelajaran Matematika di negeri ini tidak diintegrasikan dengan nilai-nilai budaya dan Agama. Nah lho... kemana nich tujuan pembicaraan ini ?

Okeylah begini contohnya. Coba sekali-kali di dalam pelajaran Matematika diajarkan seperti ini, jika kita mengambil uang seribu, tapi uang seribu itu milik orang lain, berapakah hasil yang didapatkan di akhirat nanti ? minus atau plus ? hayooo jawab !

Wah, kayaknya idealis banget yah aku ini. Ya, namanya juga opini. Suka ya silakan dibaca, ga suka ya silakan dibaca. Haha.

Oh ya aku jadi ingat, untuk kualitas pendidikan di Indonesia sebenarnya sudah sangat bagus. Coba bayangkan, di Inggris sana, anak-anak SD kelas 2 masih banyak bermainnya, kurikulumnya tidak begitu berat. Disini, di Indonesia, kurikulum untuk mereka sudah terbilang berat. Jarang bermain-main pula. Padahal naluri anak-anak adalah bermain. Iya kan ? Bayangkan perbedaannya ?

Informasi ini aku dapat ketika aku mengikuti kuliah perdana seaktu mengambil program diploma. Pembicaranya kebetulan pernah menimba ilmu di Inggris, beliau adalah Pak Waidi, MBA.

Wah, jangan-jangan benar apa yang dikatakan oleh salah satu budayawan nyentrik Indonesia, Sudjiwo Tedjo, karena waktu kecil kita jarang bermain, maka ketika dewasa banyak orang Indonesia yang bermain-main. Jadi pejabat pada bermain-main. Nah itu pada korupsi pada selingkuh. Waduh !

Jadi apa saja pada bermain-main. Yang beristeri mainin isteri orang lain, yang bersuami mainin suami orang lain... halah !

Yang jelas, menurutku nih menurutku, ada sesuatu yang hilang dalam bangsa ini. Menurutku nilai-nilai budaya dan Agama yang sudah terlalu jauh ditinggalkan. Mau kurikulum ini mau kurikulum itu, mau jadi ini mau jadi itu, semuanya akan okey kalau menerapkan nilai-nilai budaya apalagi Agama.  Bukankah dalam ajaran Agama diperkenalkan terhadap surga dan neraka ? Siapa yang baik pasti masuk surga, siapa yang jahat pasti masuk neraka. Coba kita merapkannya, jangankan mau korupsi, terbesit dipikiran  saja kita sudah sangat was-was. Soalnya takut masuk neraka. Sederhananya, kalau pada jujur, bereslah urusan negeri ini.

Smile for INDONESIA ;)



23 Mei 2013.

Jika sekarang Anda merasa terpuruk, yakinlah bahwa masih ada jalanuntuk mengobati keterpurukan Anda....

Kang Kisam, begitu orang-orang di kampungku memanggil namanya. Tubuhnya pendek, hampir sama dengan tubuhku, kira-kira 155 cm. Bentuk mukanya sedikit bundar, sorot matanya teduh dengan dua alis tebal di atasnya. Kulitnya sedikit kehitaman, suaranya kecil tapi lantang. Yang khas adalah cara berjalannya, sedikit ngegeng kata orang Banyumas. Hehe. Ya kalau Anda pernah melihat pertunjukkan wayang orang, jalannya seperti salah satu panakawan, Bawor alias Bagong. Ya maklumlah, perutnya sedikit buncit dan kalau jalan, perutnya agak membusung ke depan. Kaya wanita hamil. Hehe. Tapi tunggu dulu, ada sesuatu yang hebat dari seorang kang Kisam ini. Sesuatu yang belum tentu dimiliki oleh setiap orang. Penasaran ? Okey, begini ceritanya.

Ketika aku masih kecil, aku masih ingat betul pekerjaan kang Kisam ini, tukang becak. Ya, tukang becak. Aku dan ibuku biasa mbecak ke kampung ayahku yang jaraknya kurang lebih 10 km dari kampungku. Ada beberapa tukang becak yang waktu itu menjadi langganan keluargaku. Salah satunya ya kang Kisam itu. Sebagai tukang becak kang Kisam termasuk tipe pekerja keras. Ini bukan hanya semata penilaianku saja. Terbukti dari beberapa tukang becak yang ada di sekitar rumahku, kang Kisam termasuk tukang becak yang bisa dikatakan paris manis. Banyak orang yang suka mbecak sama kang Kisam ini. Cepat dan sabar, begitulah rasanya ketika aku naik becaknya kang Kisam.

Walaupun tergolong laris, namun tentu saja sebagai tukang becak, penghasilan kang Kisam belum cukup untuk menghidupi isteri dan ke tiga anaknya. Aku masih ingat betul waktu itu, ketika tiba-tiba isteri kang Kisam hamil lagi. Hehe. Sekarang anaknya empat, tiga laki-laki dan satu perempuan. Sama seperti kang Kisam, isterinya juga tipe pekerja keras. Ia bertani di ladang. Kang Kisampun sama, sembari menjadi tukang becak, ia juga bertani di ladang. Lumayan untuk menghidupi keluarganya.

Seiring perkembangan zaman, waktu itu sekitar tahun 1992-an wajah kampungku mulai berubah. Jalan memang sudah lama di aspal, namun transportasi umum waktu itu hanyalah ojek, becak,sepeda onthel, dan perahu tradisional untuk penyeberangan sungai. Di tahun itulah angkutan umum pedesaan mulai ada. Trayek, begitu kata orang kampungku menyebut angkutan umum pedesaan itu. Walau terhitung sedikit, bahkan untuk menunggunya saja butuh waktu hampir satu jam, mulai banyak masyarakat yang tertarik menggunakan angkutan itu. Maklumlah, siapa sih yang ndak senang naik mobil ? Di zaman itu adalah sesuatu yang langka di kampungku. He he.

Dengan adanya trayek tadi, otomatis para tukang ojek dan tukang becak seperti kang Kisam mulai was-was. Salah satu sisi, itu adalah kemajuan, namun disisi yang lainnya, itu bisa jadi merupakan pertanda buruk bagi jasa angkutan lainnya, termasuk kang Kisam. Dan benar saja, lambat laun angkutan itu semakin banyak. Bukan hanya penyedia jasa angkutan selain trayek saja yang mengalaminya, bahkan pasar di kampungkupun mulai sepi. Karena para pembeli lebih suka ke kampung sebelah, selain harga barangnya lebih murah, fasilitas ke pasar kampung sebelah juga lebih mudah. Ya, trayek ternyata mampu mengubah kondisi ekonomi suatu kampung. Hmm.

Kembali kang Kisam. Bagaimanapun juga nasi harus tetap mengepul di keluarga kang Kisam. Apa yang dia lakukan ? Ternyata isterinya berdagang pecel. Dan yang unik lagi, anaknya pintar mencari ikan di sungai dan di sawah. Lumayan kan, bisa untuk dimakan beramai-ramai. Kang Kisam masih berprofesi sebagai tukang becak dan bertani, namun lambat laun perekonomian keluarga itu mulai mundur. Apalagi kang Kisam harus menyekolahkan anak-anaknya yang waktu itu sudah mulai masuk ke SMP. Hmm, butuh biaya banyak. Dan perubahan memang harus terjadi. Secara tiba-tiba kang Kisam belajar membuat tahu di rumah kakaknya yang berprofesi sebagai penjual tahu. Ia juga ikut berdagang tahu.

Dasar kang Kisam, dia tidak hanya ulet, tapi juga pandai memanfaatkan peluang. Ia langsung memberanikan diri, banting stir menjadi pengusaha tahu. Tadinya ia hanya menjualkan tahu milik kakaknya, setelah lihai dalam pembuatan tahu, akhirnya ia membuat tahu sendiri dan dipasarkan sendiri juga. Lambat laun usahanya menuai hasil. Bahkan ia mempekerjakan tetangganya untuk membuat tahu. Kalau ndak salah ada dua orang tetangganya yang ia pekerjakan dalam pembuatan tahu itu.

Kemajuan teknologi juga tak diabaikan oleh kang Kisam. Tahu yang biasanya dibuat melalui proses tradisonal, diubah menggunakan mesin pembuat tahu yang lebih modern. Dengan mesin ini kang Kisam bisa membuat tahu dalam porsi yang lebih banyak. Oh ya, tahu kang Kisam tergolong lezat. Sepengetahuanku, hanya berkeliling beberapa jam saja, tidak lebih dari 5 jam, tahu kang Kisam sudah ludes terjual. Dan harus diketahui juga, penjual tahu tidak hanya menjuakl tahunya saja. Ada yang lain, yaitu ampasnya. Ya, orang menyebutnya sebagai ampas tahu. Ampas tahu ini dijual per plastik oleh kang Kisam. Ampas tahu ini, selain bisa digunakan untuk membuat camilan yang bernama tempe dhage, juga bisa digunakan sebagai pakan binatang piaraan, yaitu sapi dan kambing. Terang saja, omzet kang kisam mulai bertambah. Bahkan ada satu peristiwa yang tidak mungkin aku lupakan. Waktu itu sekitar tahun 2000-an, grumbul ku (Grumbul = wilayah kecil dalam suatu kampung) akan mengadakan piknik. Mahal bro biayanya. Namun anaknya kang Kisam justeru ikut. Padahal sebelumnya, jarang sekali salah satu keluarga kang Kisam ikut piknik. Jangankan piknik, untuk biaya sehari-hari saja pas pasan. Banyak yang geleng-geleng kepala waktu itu. Bisa ya dengan biaya mahal anak kang Kisam ikut piknik ? Juragan Tahu. Begitu seloroh salah satu warga di grumbulku.

Benar-benar perubahan yang drastis. Kang Kisam berubah menjadi salah satu orang dengan pendapatan yang besar di kampungku. Ya, kaya lah menurutku. Hehe. Oh ya, waktu itu aku ada tugas kuliah minor dari kampusku, dan produk tahunya kang Kisam lah yang aku jadikan sebagai bahan tugas kuliahku itu. Hehe. Menarik soalnya, bahkan salah satu instruktur pengujiku kelihatan tertarik dengan home industri tahu ini. Kembali ke kang Kisam. Walaupun dia sudah termasuk orang dengan pendapatan yang besar, tapi kesahajaan dan kerendahan hatinya justru, menurutku, semakin bertambah. Tidak sombong ! luar biasa.

Sebagaimana roda becaknya kang Kisam, roda kehidupanpun mulai berputar. Kang Kisam, sang juragan tahu, akhirnya kembali bergelut dengan kerasnya kehidupan. Kedelai yang menjadi bahan baku pembuatan tahu tiba-tiba harganya melonjak luar biasa. Harga jual tahu tidak sebanding dengan harga kedelai. Syahdan, kang Kisampun bangkrut.

Sampai disinikah perjuangan mantan juragan tahu itu berhenti ? TIDAK ! Sekarang dia bahu membahu bersama salah satu putranya yang sengaja drop out dari SMP menjual mainan beraneka asesoris dan mainan anak-anak. Ketiga putranya sudah selesai sekolah, bahkan dua diantaranya sudah berumah tangga. Cucu kang Kisam sudah tiga, putrinya yang ragil kini bersekolah di salah satu SMK ternama. Bagaimana penghasilannya ? Anaknya yang DO itu pernah berkata kepadaku. Minimal, walaupun hanya kurang lebih setengah jam berjualan, ya dari jam setengah tujuh pagi sampai jam tujuh, minimal sekali keuntungan yang ia dapatkan adalah RP. 25.000,00. Itu hanya di pagi hari. Dalam satu hari, kurang lebih antara Rp. 30.000,00 sampai Rp. 50.000,00. Itu minimal, jika ramai ? Tentu saja lebih besar dari itu. Dan itu hanya penghasilan dari anaknya saja, belum lagi dari kang Kisam. Bagaimana jika digabungkan dengan penghasilan anaknya dan isterinya, yang akhirnya ikut berjualan juga ? besar kan ? hehe.

Hmm, bagaimana menurut Anda ? Jika sekarang Anda merasa terpuruk, yakinlah bahwa masih ada jalan untuk mengobati keterpurukan Anda. Jika Anda sekarang merasa berada di titik nadir, maka bersyukurlah. Karena setelah titik nadir ini, keadaan Anda akan semakin naik, naik dan naik. Dan kesuksesanlah yang akan mendatangi Anda. Sabar, ikhtiyar, berdo’a, dan berjuang adalah kemampuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Yakinlah akan kemampuan Anda. Jangan dengarkan orang lain yang menyebabkan mental Anda menjadi lemah. Bangkitlah, dan yakinlah akan firman Tuhan. Bahwa Tuhan tidak akan menguji hamba-Nya sesuai dengan tingkat kemampuannya. Dan tolong catat ini, kisah ini bukanlah kisah rekaan atau fiksi, tapi kenyataan. Semoga kita bisa mengambil manfaatnya.

Salam sukses !

01 Agustus 2013.







Friday, September 26, 2014

MENCINTAI ORANG TUA, THE WAY TO BE SUCCESS

Rindu, ya rindu. Jadi inget salah satu lagu jawa, Gethuk judul lagu itu. Dinyanyikan oleh Manthous dan, emm... siapa ya yang perempuan, lupa tuh. Hehe. Maklum sudah lama banget tuh lagunya. Seperti ini penggalan syair dalam lagu itu, rindu-rindu tambane kudu ketemu. Artinya, rindu-rindu (jika rindu) obatnya ya harus bertemu. Wuih, cakep dech tuh lagu. Hehe. Eh, ngomong-ngomong masalah rindu, beberapa bulan yang lalu aku merindukan salah satu sahabat lamaku. Sahabat ketika masih SMP dulu. Dia satu kelas denganku. Anaknya jangkung, rambutnya agak kriting, dan yang paling menonjol dari sahabatku ini adalah kerutan wajahnya yang kelihatan sedikit tua. Hehe. Memang begitu keadaanya, dia dua atau tiga tahun lebih tua dibanding usiaku. Harusnya sih dia SMA tapi biasalah, keadaan oikos nomos alias ekonomilah yang akhirnya membuat ia satu angkatan denganku. Eng ing oong.

Rindu yang tepat pada waktunya, begitu gumamku. Kenapa ? karena disaat aku ingin bertemu dengannya, secara tiba-tiba aku ditunjuk sebagai ketua panitia reuni akbar SMP. Hehe. Rupa-rupanya rinduku benar-benar tidak akan bertepuk sebelah tangan nih. Sambil menyelam minum susu, begitu kata pepatah lama yang sering kudengar.

Dan benar saja, ketika rapat pembagian tugas, walaupun aku sebagai ketuanya, ternyata aku juga diberi tugas menarik dana dari teman-teman alumni seangkatanku. Jadi deh bertemu dengan sahabat yang kurindukan itu. Oh ya, sebenarnya hampir tiap tahun, ketika lebaran aku berkunjung ke kampung temanku itu, tak terkecuali menemui sahabat yang kurindukan itu. Namun setelah aku menikah, aku sudah tidak lagi berkunjung kesana. Maklumlah, sibuk (sok sibuk tepatnya).

Singkat cerita sampailah aku di rumah sahabatku itu. Wuih, ternyata dia sudah punya isteri, belum lama menikah katanya. Asem, aku tidak diundang. Begitu gerutuku padanya. Tapi, ada satu hal yang sebenarnya membuatku lebih kaget. Ketika kami sedang bersantai di beranda rumahnya, tiba-tiba ada seorang wanita setengah baya yang langsung nyerocos minta bayaran. Sahabatku itu bertanya, “Sampeyan kerja berapa hari yu  ? Lantas si wanita menjawab, “Lima hari bos.”. Wuih, gaul juga nih si ibu itu, make kata bos segala. Hehe.  Langsung deh dikasih uang si wanita tadi sama sahabatku ini. “Wuih, jadi bos nih sekarang bro ?”, tanyaku. “Ya jelaslah bro.” Begitu jawabnya. Asem, benar-benar bos dia. Akhirnya naluri intelku menutunku untuk mengupas lebih jauh perjalanan hidupnya yang selama ini tidak aku ketahui.

Namanya juga sahabat baik, akhirnya dia menceritakan pengalaman kerjanya padaku. Sepengetahuanku, dulu ketika dia lulus STM, dia langsung kerja ke Jakarta. Sudah menjadi tradisi, hampir setiap tahun setelah lulusan, banyak anak-anak muda di kampungku dan juga di kampung-kampung tetanggaku merantau ke Jakarta. Soalnya bingung, di kampung mau ngapain, ndak ada yang bisa menghasilkan uang. Begitu alasan mereka. Tak terkecuali temanku itu.

Di perantauan, tak seenak yang dibayangkan. Begitu temanku mulai bercerita. Dia pernah bekerja sebagai kuli panggul di salah satu depot pengisian air mineral. Pekerjaannya ya bongkar muat dan menata galon-galon air mineral. Rekasa (susah), ucapnya. Sudah capek, bayarannya tak sebanding dengan kerjanya. Waktupun berlalu, dia cukup lama kerja di depot air mineral tersebut. Sampai akhirnya dia bekerja di salah satu restoran mie ternama di ibu kota. Kebetulan ada keponakan dan teman-temannya yang bekerja di restoran tersebut. Istilah jawanya, dicawel (dibawa, dimasukkan) bekerja di restoran mie ternama itu sebagai pelayan. Garis nasib pun mulai berubah. Penghasilannya relatif besar, walau tergolong karyawan baru. Hehe.

Dengan kesabaran, keuletan, dan dedikasi yang tinggi pada tempat kerjanya, akhirnya temanku ini dipercaya sebagai koki. Sambil menyedu teh manis, ia pun melanjutkan ceritanya. Ini adalah hal yang sangat penting dalam hidupku, ucap temanku. Yang namanya kerja di restoran, salah satu pekerjaan yang sangat penting adalah koki. Karena sebagai koki, secara otomatis ilmu-ilmu yang berkaitan dengan masakan, dan tentunya resep-resep rahasia akan diberikan kepada si koki. Itulah mengapa temanku menganggap bahwa bekerja sebagai koki direstoran tempat kerjanya adalah sesuatu yang sangat penting dalam hidupnya. Dan benar saja, sebagai koki bukan hanya penghasilannya saja yang bertambah, tapi kelihaian memasaknyapun juga bertambah.

Sudah siang, tapi aku masih tertarik dengan cerita temanku ini, soalnya belum klimak, jadi belum enak. He he. Dengan pekerjaan enak dan penghasilan besar sebagai koki, lalu kenapa temanku ini justru memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya ? Nah loh.

Jujur saja aku heran. Siapa sih yang tidak ingin bekerja dengan gaji besar ? Setiap orang termasuk Anda, pasti menginginkannya. Tapi kenapa temanku ini malah nekad keluar dari zona nyamannya itu ? Inilah keberanian yang aku yakin, tidak dimiliki oleh setiap orang. Apalagi bagi mereka yang takut menghadapi resiko, sungguh bukan pilihan yang mudah, karena ini berkaitan dengan hidup dan penghidupan.

Kembali temanku ini melanjutkan ceritanya. Setelah dia mendapatkan pekerjaan yang mapan, tiba-tiba dia teringat ayahnya yang hidup sendiri di rumahnya. Memang ada saudara di sekitar rumah ayahnya, ada kakaknya, tapi ia merasa iba dan ingin merawat ayahnya selagi ayahnya masih hidup. Dan karena alasan inilah ia memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya. Sejenak aku terdiam. Sungguh, aku tidak menyangka ternyata inilah alasan mengapa ia keluar dari tempat kerjanya. Ingin berbakti pada ayahandanya yang tinggal sendiri di rumahnya. Hebat, batinku.

Dengan modal kemampuan memasaknya, sebenarnya ia ingin membuka usaha nasi goreng ataupun mie goreng disekitar kampungnya. Namun dengan insting bisnisnya, ia justru melirik pada usaha selai pisang. Selai yang ia jual adalah selai kering. Usaha ini bukan tanpa alasan, ia melirik usaha ini karena ia tahu persis kalau camilan ini sangat digemari di ibu kota. Selain  itu, keponakannya juga bersedia memasarkannya di daerah Jakarta dan sekitarnya.

Akhirnya dengan penuh kemantapan, ia mulai usahanya itu dari rumah. Awalnya ia membuat sendiri, lambat laun karena penjualannya tergolong bagus akhirnya ia pun mulai kewalahan. Baik dari segi pembuatan maupun dari pencarian bahan baku pisang, yang memang tidak setiap hari ada dalam jumlah yang besar. Ia pun memutuskan untuk mempekerjakan sekitar enam orang ibu rumah tangga disekitar rumahnya agar usahanya semakin berkembang dan berkualitas. Selain itu, ia juga harus berkonsentrasi dalam berburu pisang sebagai bahan baku pembuatan selainya. Dikarenakan tidak setiap hari ada pisang berkualitas bagus di jual di pasaran. Ia pun melintas ke  kabupaten lain di sekitar banyumas untuk mencari pisang berkualitas tersebut. Hebat, kata temanku ini, berapapun selai yang ia buat, selalu ludes dipasaran. Bahkan keponakannya yang bekerja sebagai karyawan restoran  akhirnya memutuskan berhenti dari restoran tempat bekerjanya untuk konsentrasi pada penjualan selai yang makin hari makin bertambah pembelinya. Bahkan ada pedagang besar yang bersedia membeli selai temanku ini, seberapapun jumlahnya. Good.

Selesai sudah cerita temanku ini. Dengan penuh bangga ia pun memberikan sumbangan reuni kepadaku. “Payah ! Masa juragan selai cuman kasih sumbangan Rp. 20.000,00 ! Lagi mabuk yah kowe ?” Umpatku pada temanku itu.

“Huss, bisnis bro. Kalau pengin lebih banyak, tahun depan kesini lagi !”.

Asem !!!”

Tuhan tidak akan memberikan kesengsaraan pada hamba-Nya yang mengasihi orang tuanya. Dia selalu memberi jalan, memberi gagasan, memberi ide, dan memberi rezeki tanpa diduga dari mana arah datangnya semua itu. Kerja keras, kerja cerdas, bersungguh-sungguh, ikhlas, dan tawakal menjadi pelajaranku pada kisah sahabatku itu.

Salam waras !

:)



02 Agustus 2013.















JENDELA RUMAH SANG USTADZ

03.30 WIB

Gelap masih membungkus dinginnya pagi. Sementara embun masih bercengkrama dalam pelukan cemara jingga. Semak–semak pun mulai mengibaskan kaki–kakinya yang ranum diantara butiran tanah yang teronggok merekah. Cahaya lampu mulai terlihat dari beberapa rumah mungil yang tersusun rapi. Berderet sepanjang jalan kecil. Rumah–rumah cerah di tengah keangkuhan dunia yang megah.

Syahdan, di salah satu rumah mungil.“ Mas, sudah pagi. Sudah hampir jam 4.” Suara perempuan terdengar merdu dari arah bibir pintu kamar  rumah itu.

Brak !

“Astaghfirullah !”

“Rizki !”

Haaaa.... mamaaa !

Mamaaaaaaaaaa !

“ Ada apa de ?”

“I..ini mas, Rizki jatuh.”

“Apa?”



06.45 WIB

Pagi yang cerah, namun tak secerah wajah lelaki ini. Perkenalkan, namanya Sastro. Sastro Juwono lengkapnya. Badannya kecil dengan otot yang cukup kekar. Kulitnya sawo matang, bahkan cenderung hitam. Rambutnya hitam pekat, lurus namun agak kaku. Dengan potongan rambut ala penyanyi gaek, Koes Hendratmo. Matanya tajam, siap menusuk siapa saja yang berhadapan dengannya. Pertanda bahwa ia adalah lelaki tegas dan pemberani. Di lengan kanannya melingkar sebuah jam tangan. Jam tangan asmer alias asal merk. Jam tangan yang bagi sebagian orang mungkin dianggap nyleneh. Bukan karena jam tanganya, namun karena letaknya yang berada di lengan kanan. Bukankah sebagian besar dari kita lebih sering mengenakan jam tangan di lengan kiri ?

“Pagi pak Sastro. Assalaamu ‘alaikum.”

“ E e e e... Pagi Juga bu Dian. Wa’alaikumussalaam warahmatullah.”

“Ihhh pak Sastro, pagi–pagi kok be te banget kaya gitu ?  lagi ngalamun yah pak ? Jangan ngalamunin orang lain. Ga boleh ! heee.”

Sastro benar–benar gugup kali ini. Ia tak dapat menyembunyikan rasa gugupnya. Walaupun ia berusaha keras untuk menghilangkannya, mimik wajahnya tak bisa membohongi perempuan cantik berjilbab biru yang ada dihadapannya itu.

“Kenapa Pak,  kok kikuk seperti itu ?. Malu ya sama saya?.  Yaa udah tak kasih senyum saja ya pak,b iar bapak tidak kikuk seperti itu. Heee.”

Ah, senyum itu. Lagi–lagi senyum itu. Mengapa selalu senyum itu. Ah, mengapa ? Ahhh  senyum itu ?

Duh Gusti, berikanlah hamba kesabaran dan kekuatan.



13.00 WIB

“Pulang pak ?”

“Iya pak Anto, kebetulan hari ini saya tidak mengawasi anak–anak yang sedang ujian pak. Mau langsung pulang. Tadi pagi Rizki, anak saya terjatuh dari tempat tidur. Dari jam pertama mengajar sampai sekarang saya tidak tenang pak. Teringat Rizki.” “Ohh maaf pak, sekali lagi saya minta maaf. Saya tidak tahu kalau putra bapak jatuh dari tempat tidur. Bagaimana kondisinya ? Tidak apa–apa kan pak ?”

Hmmmmm. Sastro menghelas nafas panjang. Seandainya ada air dingin di depannya, mungkin ia akan buru – buru memuntahkan ke kepalanya yang serasa panas itu.



16.30 WIB

“Bagaimana de keadaan Rizki ? sudah membaik kan de ?”

“Kata bu bidan sih tidak apa – apa mas. Cuman shock saja katanya.”

“Oh, syukurlah. Mas khawatir dengan keadaan....”

Belum selesai merampungkan kalimatnya, tiba–tiba sakunya bergetar. Ada lantunan sholawat badar terdengar dari saku celananya.

“ Ada SMS itu mas, dilihat dong mas, siapa tahu dari pak kyai atau kepala sekolah.”

Buru – buru ia merogoh saku celananya...

“ Dari siapa mas ?”

“Oh, dari provider de, biasa promo. He he he .”

“Oooohh.”

“Ade ke kamar dulu ya mas. Bentar lagi kayaknya Rizki bangun. Tidur dari jam satu tadi.”

“Ohh ya de. Mas mau ke tempat kang Wiro. Mau minta tolong. Mumpung masih sore. Nanti kan malam Jum’at, seperti biasa kang Wiro akan mas mintai pertolongan buat woro–woro pengajian di musholla kita nanti.”

“Ohh ya mas, hampir lupa. Ini tadi ibu memberikan ini untuk acara nanti malam. katanya sih mau buat sodakoh”. “Gini aja de, gunakan saja uang itu untuk membeli snack. terserah ade. Ade kan jagonya nyari hal- hal seperti itu.” Sahut Sastro sambil mencubit pipi isterinya.

‘Iiiihhh apaan si mas. Cepetan sana ke rumahn kang Wiro. Nanti keburu Maghrib.”

“Okey honey, I love you. Mmmuuuachhh”.

“Ihhhh genit !”



Sembari keluar rumah, Sastro mengeluarkan Hand phone nya.

“ Mas, gemana kondisi Rizki ? tidak apa-apa kan?. Mas jangan sedih, semua itu kan cobaan dari Allah. Mas kan sering bertaushiah seperti itu di masjidku. Sabar ya mas !.”

Deg !. Jantung Sastro berdegup kencang. Ia benar–benar lemas kali ini. SMS itu, senyum itu. Ah, kenapa.  Kenapa harus dia ?.  Dia. Dan dia ?.

“Maafkan aku isteriku. Terpaksa aku berbohong padamu. Aku tidak ingin engkau berprasangka buruk kepadaku.” Batin Sastro lirih dalam hati. Ternyata SMS tadi bukan dari provider. Tapi dari perempuan berjilbab biru yang senantiasa memberikan senyumnya hampir setiap pagi di tempat kerjanya. Perempuan yang senantiasa dengan setia memberikan komentar–komentar lucu di setiap postingan facebooknya. Perempuan yang senantiasa menyapa melalui messengernya ketika dia sedang on line. Perempuan yang senantiasa memberikan SMS nya disela kesibukannya memberikan ilmu kepada murid–muridnya.

Wussssssss. Angin sore menghempas jiwa Sastro ke pelataran dewangga. Jauh, mendekap mimpi.



17.30 WIB

Jam dinding menunjukkan pukul setengah enam sore. Ada yang mengganjal dalam benak Sastro. Kali ini bukan mengenai perempuan berjilbab itu. Tapi entah kenapa tiba–tiba ia merasakan kecapekan yang luar biasa. Badannya serasa dihimpit batu, kepalanya pusing, dan rasa kantuk mulai menjajah tubuhnya secara perlahan. Pelan tapi pasti. Mungkin  karena hari ini ia mengajar penuh di sekolah. Sehabis itu, ia mengajar anak–anak di TPA dan membantu Kang Wiro menyebarkan separuh undangan pengajian untuk nanti malam. Ditambah beban berat akibat anaknya yang terjatuh dari ranjang tadi pagi.

Akhirnya ia pun tertidur pulas di ruang tengah. Kebetulan ada dipan kecil yang biasa digunakan untuk bersantai menonton televisi bersama anak dan isterinya.

Sastro benar–benar capek. Ia tertidur lelap dalam dekapan senja yang paling senja. Entah ia bermimpi apa. Yang jelas, raut wajahnya terlihat sumringah, bahagia dalam tidurnya.



18.15 WIB

Gedubrak !

Bruk !!!

Mamaaaaa !

“Masya Allah, siapa yang meletakkan Rizki dibawah kakiku ?. Bagaimana sih kamu ini de, seharusnya ade tahu kalau mas ini sedang capek de. Capek !.Makanya aku tertidur. Malah kamu taruh Rizki tidur dibawah kakiku. Lihat, lihat ini ! Lihat kan akibatnya !”

Isterinya hanya terdiam. Sekilas, terlihat butiran air jernih mengalir di pipinya yang putih. Sementara tangannya mendekap erat si kecil Rizki, si kecil yang baru berusia satu tahun. Si kecil yang baru saja terjatuh karena tersenggol kaki suaminya. Si Kecil yang untuk kedua kalinya harus terlentang di lantai menahan sakit. Oh Gusti.

“Assalaamu ‘alaikum pak, Assalaamu ‘alaikum pak !. Nuwun sewu pak,  jamaah Maghrib dan pengajian rutin sudah menunggu di musholla.... Panjenengan sedang ditenggo di musholla.”



Pettt !

Tiba–tiba saja mati lampu.

“ Bagaimana pak Ustadz, mati lampu ini ???”

Hmm, Ustadz Sastro menghela nafas panjang.







Banyumas, 2012.

























Thursday, September 25, 2014

MASIH ADA CINTA DI LANGIT SANA

Ruang ICU

“Kak, aku mencintai suamiku.”

Suara itu masih terdengar jelas di telingaku. Suara itu lembut, selembut wajah wanita yang mengucapkannya padaku. Tapi matanya tak bisa membohongi kegundahan hatinya. Ada luka yang sedang menari–nari di jiwanya. Aku melihatnya.Ya aku melihatnya dibalik rona matanya yang menitikkan air bening yang sampai ke pipinya itu.

****************************

10 Tahun yang lalu

“Satu dua satu dua satu dua, berhenti grak !”

“Haduh, maaf !”

“Heh kamu ! Hallo ! Kupingnya masih terpasang kan ?”

“I..iii ya kak saya.”

“Ambil posisi push up ! Cepat !.

“Siap kak. Kerjakan !”

“Ada apa nih Ron ?”

“Ini Zal, tadi kan aba–abanya berhenti, eh ni anak malah nylonong aja seenaknya. Tak kasih hadiah tuh. Biar nyaho sekalian. Ngapain lihat – lihat. push up 10 kali lagi !”

“i..ii ya kak !”

“Wah, bisa langsing tuh anak. Sudah Ron jangan banyak–banyak. Kasihan juga.”

“Wah, kalau sang ketua OSIS yang nyuruh, sebagai anak buah yang baik, pasti aku nurut nih. hehee. Eh, Kamu gak naksir kan Zal sama tuh cewek. Soalnya aku perhatikan, cantik juga tuh cewek. Kaya Kate Winslet. Hihiiii.”

“Apaan sih Ron. Aku  gak suka ajah ada acara ploncoan kayak gini. Aku rasa gak akan bikin adik–adik kelas ini simpati sama kita. Malahan bisa jadi dendam. Lagi pula kan Pak Harjo waktu rapat OSIS kemaren kan bilang kalau jangan mengedepankan hukuman fisik. Hukuman itu memang perlu untuk kedisiplinan, tapi jangan mengutamakan hukuman seperti ini. Kita ini kan pelajar. Kaum intelektual katanya. Jadi harus mengedepankan empati, bukan emosi.”

“Waahh panjang betul ceramahmu Zal, kaya pak Kamto.”

“Siapa tuh pak Kamto ?”

“Orang gila di kompleks rumahku. Ha ha.”

“Sialan kamu Ron !.”





Tumben nih kantin sekolah sepi. Biasanya jam segini anak–anak lagi pada ngumpul sambil menikmati bakso sama sebotol coca cola. Ugh, sialan. Kenapa tadi Aku ga ngajak si Roni. Sialan juga tuh anak, sudah dua hari ini ngerjain Aku. Kemarin kirim salam buat Hera, katanya dari Aku. Padahal dia sendiri yang naksir Hera. Dasar aneh. Hari ini, sepatu Aku diumpetin di lacinya Raymond. Untung dia tidak marah. Soalnya sudah hampir tiga bulan sepatuku tidak kena air alias tidak dicuci. Hiks.

“Assalaamu ‘alaikum.”

“Wa ‘alaikumussalaam.”

Upz, ada bidadari berjilbab di depanku. Rasanya seperti....

“Kok ngalamun kak, perkenalkan, nama saya Azizah. Azizah Kania Dewi.”

Langsung saja Aku mengulurkan tangan untuk menyalaminya, tentu saja dengan maksud memperkenalkan diri.

“Eits, maaf ya kak, kita bukan muhrim. Jadi tangan Azizah begini ajah yah kak?”

Ah muhrim. Apa pula itu?. Terlihat kedua tangannya dalam posisi seperti menyembah, tapi di depan dadanya.

“Azizah cuman mau ngucapin terima kasih sama kakak. Soalnya waktu kegiatan sore kemarin kakak nulungin Azizah.”

“Maksudnya ???”

“Azizah jadi gak push up banyak. Hi hi.”

Baru Aku ingat, nih cewek yang disuruh push up sama Roni.

“Ya sama – sama. Aku cuman tidak suka ada acara ploncoan kayak gitu.”

“Oh ya kak, sebagai tanda terima kasih, Azizah kasih sesuatu buat kakak Faizal. Terima ya kak. Ini hasil karya Azizah lho.”

“Apaan nih ?”

“Boneka lucu dari kain perca.”

“Hah, boneka ?” Bengong dah Aku.

“Sekali lagi, makasih ya kak.” Langsung dia pergi tanpa basa basi.

Waduh aku belum memperkenalkan namaku. “Namaku Faizal ! Panggil saja kak Izal.” Teriakku keras.

“Saya tahu kak.” Sahutnya lebih keras sambil melemparkan senyum kepadaku.

Selepas peristiwa itu hubungan kami tambah akrab saja. Apalagi ternyata rumah Azizah satu kompleks denganku. Ternyata dia anak pindahan dari Sumatera. Hampir tiap hari naik angkot bersama. Satu hal yang membuat aku kagum dengan gadis berjilbab ini adalah sopan santunnya. Setiap bertemu siapa saja di sekolah. Apakah itu guru, teman, penjaga sekolah, bahkan mang Ucup yang punya kantin, ia selalu mengucapkan salam. Ucapannya halus, tersirat ketulusan dan kebahagiaan dalam salamnya. Hanya saja ada ciri khas yang menjadi pergunjingan teman – temannya di SMA ini, yaitu ia tidak mau bersalaman dengan teman cowoknya. Mencium tanganpun ia lakukan hanya kepada Ibu–ibu guru. Kepada Bapak Guru ? No !.

Teman – temannya menganggap kalau ia adalah cewek aneh dan terlalu fanatik terhadap agamanya. Entahlah, mungkin ini sekolah umum, bukan madrasah. Kata Diaz, teman cewek Azizah, Azizah itu dari SD sampai SMP sekolahnya di Pesantren. Pesantren modern katanya. Modern ? ahhh menurut Aku dia tidak modern. Tapi kolot.

“Hei Zal, gemana nih kegiatan Rohisnya ?”

“Emang kenapa non ? nyantai aja lagi. Ingat kan iklan ini, B\bikin hidup lebih hidup.”

“Jangan bercanda kamu Zal, Ini serius!. Soalnya rencana pengajian untuk  rohis  nanti sore terancam gagal !”

“Apa ? Kenapa Lel ?”

Leli nama cewek ini. Dia sekretaris  di OSIS. Wajahnya imut, badannya proporsional kayak Tamara Geraldine, tapi galaknya minta ampun. Lebih galak dari mpok Nori !.

“Gini Zal, Akhmad sakit mendadak.”

“Gila tuh anak ! Kenapa harus sakit mendadak sih. Harusnya kalau mau sakit bilang kek dari kemaren. Sialan !”

“Hallo, emangnya sakitnya kayak Jailangkung apa. Musti diundang segala. Gemana nih Zal ?”

“Mana Roni ???”

“Tuh!”

“Hei Ron, sini !” Kampret tuh anak, ternyata lagi nggodain Rina. Cewek paling aduhai di sekolah ini.

“Ada apa Bos ?”

“ Si Akhmad sakit, padahal nanti sore kan ada kegiatan pengajian rohis di sekolah ini. Gemana nih ? Dia kan koordinator sekaligus pengisi tausiahnya. Gemana nih Ron ?”

Hmm. kami sama–sama terdiam.

“Begini.” Suara kami hampir berbarengan.

“Gemana Ron ?”

“Kamu dulu dech Zal !”

“Okey.  Bagaimana kalau koordinatornya langsung Aku handle,  trus yang ngisi kultum. Dia !”

Tangan ini langsung refleks pada cewek berjilbab yang lagi membaca buku di bawah pohon akasia di depan kelas paling timur sana.

“Dia ?”

“Iya Lel. Kenapa ?”

“Cewek aneh itu ?” Celoteh Leli.

“Iya. Azizah !”

“Gila kamu Zal. Kamu mau dia ngisi pengajian di sekolah ini? Gak salah kamu Zal ?”

“Aku rasa tidak.”

“Kamu yakin Zal ?”

Si Leli tampaknya masih penasaran dengan keputusanku.

“Kenapa tidak ? “ jawabku enteng.

Kamipun saling berpandangan.

“ Begini, selama ini kan kita menganggap dia itu sebagai cewek aneh, naahh, nanti sore kita adain sesi tanya jawab  biar anak–anak bertanya tentang berbagai hal yang menjadi rumor dia  selama ini. Ya, rumor tentang keanehan yang dipraktekkanya selama ini. Bagaimana?”

“Kamu mau menjatuhkan dia Zal ? Kamu mau mempermalukan dia Zal ?”

No ! Bukan begitu Ron. Bukankah dengan cara seperti itu kita bisa mengetahui tentang segala sesuatu yang nyleneh – nyleneh itu? Hal-hal yang dipraktekannya selama ini. Seperti tidak mau berjabat tangan dengan anak lelaki dan Bapak-bapak guru kita ?”

Hmmm. Kali ini mereka diam.

“Rapat selesai !”

Okey Bos. Setuju !”

“Kamu Lel ??”

“Gemana ya ? Setuju saja deh bos.”

Sorenya terjadilah apa yang kami rencanakan. Setelah bersusah payah membujuk Azizah, akhirnya goal juga bujukanku. Azizah akan mengisi pengajian di sore ini. Hanya saja ia mempunyai syarat, waktu pengajian dia meminta para cewek di barisan depan, sedangkan anak–anak cowok dibelakang dengan ditutup menggunakan tirai. Untung musholla sekolahan mendukung hal tersebut. Kalau tidak, bisa berabe nih acara. Tapi Aku masih bisa melihat wajahnya, ya, Aku kan kordinatornya, jadi terserah aku mau berada dimana. Aku pilih diluar, disamping jendela musholla. Jadi dengan leluasa Aku bisa memandang wajahnya.

Pengajian Rohis  berjalan sukses. Kami masih terdiam memikirkan untaian kalimat-kalimat yang terucap dari bibir Azizah itu, dan tentunya sederetan jawaban dari pertanyaan anak – anak bahkan guru–guru yang bertanya seputar pengetahun Agama Islam dan cara bergaulnya selama ini. Ahh, aku merasa bodoh dibuatnya. Jujur baru kali ini aku mendapat siraman rohani yang menurutku bagus banget buat kehidupanku saat ini. Ditambah keteduhan dan ketenangannya dalam membawakan materi dan menjawab berbagai pertanyaan yang menyeruak. Dia benar-benar memukulku kali ini.

Ahhh, malam selarut ini Aku masih teringat wajahnya. Oh my God. Ada apa ini ?.

Semenjak pengajian  itu, aku dan Roni jadi sering pulang lebih sore. Untuk apa ? untuk sholat Ashar terlebih dahulu. Kalau dhuhur memang sering kami lakukan. Maklumlah Aku ketua OSIS masa waktu dhuhur aku tidak ke musholla sekolah. Malu aku. Kalau Ashar aku jarang. Apalagi si Roni, tidak pernah katanya. Untung bulan ini mulai les jadi pulangnya sore, jam setengah empat sore tepatnya. Jadi cukup mendukung. Dan entah kenapa pula tiba- tiba hidupku merasa tentram. Dan ketika melihat Azizah, entah kenapa hati ini bergetar keras. Ahh Azizah, kau merubah hidupku.

**********************

7 tahun yang lalu

“Kamu hebat Faizal. Cumlaude, selamat yah !”.

“Terima kasih Lel. Kamu juga hebat. Kerja atau merit nih Lel ?”

“Aku mau ke London Zal. Bokapku ternyata sudah ngedaftarin aku buat ngambil S2 disana. Pisah dong Zal. “

Sambil Aku kerdipkan mata, aku bilang kepadanya, “ Life must go on.”

Leli pun tersenyum. Yiahhh, sedari TK kami selalu bersama. SD, SMP, SMA, bahkan kuliahpun kami di Fakultas dan Universitas yang sama. Hari ini adalah wisuda kami, pertemuan yang mungkin juga menjadi pertemuan terakhir kami. Soalnya keluarga Leli juga pindah ke Kalimantan. Ayahnya pensiun dan ingin hidup damai di kampung halamannya di Martapura sana. Ahhh, selamat yah Lel, Maafin Aku selama ini, Aku sering nyusahin kamu. Ternyata menangis juga batinku kehilangan sahabat terbaik, sahabat seperjuangan, sahabat dalam suka dan duka. Ah, selamat jalan ya Lel. Batinku sedih.

**********************

Ruang ICU

“Dok bagaimana keadaan suami saya ? Apakah dia baik–baik saja. Bagaimana luka di dadanya ?”

“Sabar  bu, kami sudah mengusahakan yang terbaik buat suami ibu. Berdo’a ya bu. Saya yakin Allah akan memberikan yang terbaik untuk ustadz Faizal.”

Badan ini serasa dingin. Kepala ini sakit luar biasa seperti ada ribuan paku yang menancap di otakku. Oh, benar – benar sakit. Tubuhku mulai menggigil, mataku perlahan tapi pasti mulai tak melihat apa–apa lagi. Yang kulihat hanyalah kegelapan, nafasku mulai sesak, dadaku begitu perih. Perih yang tak terhingga. Tanganku sudah tidak bisa kugerakkan. Ya Allah. Ampuni hamba. Engkaulah Dzat Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, ampuni hamba Yaa Robb.

“Abah, maafin umi.” Suara itu, ya suara itu adalah suara Leli isteriku. Terdengar suaranya lirih dan kurasakan ada air menetes di keningku. Ah, ini air mata isteriku. Maafkan aku isteriku. Maafkan aku. Aku bukan suami yang baik untuk mu. Aku memang suamimu, tapi wajah Azizah senantiasa menyelimuti hari-hariku. Maafkan aku isteriku. Maafkan aku. Tak kuasa air matakupun menetes dipipiku.

“Selamat sore bu. Saya Bripda Anggoro. Kami sudah menangkap Inspektur Roni. Dia yang menembak Ustadz Faizal. Saya mohon ibu bersabar dan bersedia ke kantor kami saat ini juga. Kata pelaku, dia mengenal ibu dan juga Ustadz Faizal.”

Ah, maafkan aku juga Ron. Aku tidak melakukan apa–apa kepada isterimu. Aku tidak melakukan apa–apa terhadap Azizah. Dia mempunyai penyakit kanker otak, dia menyembunyikan penyakitnya selama ini. Sebagaimana aku menyembunyikan perasaan cintaku kepadanya sampai saat ini, sampai detik ini.

Kami tidak sengaja bertemu di lobby hotel itu, dia kaget begitu juga aku. Tiba–tiba dia pingsan, lalu kugotong dia ke kamarku, itu kulakukan karena aku panik. Ketika mulai siuman ia berkata lirih ditelingaku kalau  dia terkena kanker otak. Dan dia bercerita kepadaku bahwa suaminya adalah kau Ron. Dia mengatakan kalau dia sangat mencintaimu, walau aku tak percaya itu. Ah, tak seharusnya aku melakukan itu, tak sepantasnya aku membawa isterimu masuk ke kamarku. Karena ada embel–embel ustadz di depan namaku saat ini. Tapi aku panik Ron.

Tapi kau juga ceroboh, sama seperti waktu SMA dulu.. Kenapa kau langsung menembak dadaku ini?  Kenapa kau tidak bertanya terlebih dahulu kepadaku perihal apa yang telah terjadi diantara kami. Ah, kau benar – benar bodoh Ron !.

Asyhadu ala ilaa ha illallah. Wa asyhadu ana Muhammadurrasulullah.....

“Maafkan kami bu, kami sudah berusaha. Ternyata Allah sangat mencintai Ustadz Faizal. Beliau telah dipanggil kepangkuan cinta-Nya bu. Sabar ya bu.”

“Abaah !”

Belajar jujur yuuk....

“Kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana.” Hayo masih ingat tidak dengan kalimat itu ? Bagi kalian yang hidup di zaman ’90 an dan hobi banget dengan dunia Pramuka, pasti sering membaca, minimal melihat kalimat seperti itu. Yupz, kalimat tersebut ada dalam buku saku pramuka (coba dech cek kalau masih ada bukunya. Buku bersejarah tuch gan... hikz). Ternyata eh ternyata dizaman serba canggih dan ruwet saat ini, menerapkan kejujuran terkadang serba salah, bahkan makan ati, begitu kata mpok Ati, eh salah... Kataku dhing. Mungkin agan-agan juga ngalamin hal seperti itu. Entah itu di rumah, di kantor, di sekolah, atau bahkan di lingkungan agan sendiri. Hmmmm...

Saya nulis ini bukan berarti saya orang yang selalu jujur, saya nulis ini karena tiba-tiba saja saya teringat dengan almarhum ayah saya yang wafat pada Ramadhan 1 tahun kemarin. Nah lo.. kok BISA ? Yaaa... Karena Beliau adalah orang yang pertama kali mengajarkan kejujuran, bukan dari kata-kata saja, tapi dari tindakan Beliau. Itulah alasan saya menulis ini, saya kangen Beliau ;)

Suatu malam, ketika Beliau masih hidup tentunya. Oh ya sebelum saya lanjutkan tulisan ini, dengan bangga dan tanpa malu saya beritahukan kepada agan-agan bahwa pekerjaan ayah saya adalah kernet, kadang-kadang menjadi kondektur (setelah berhenti, usaha sendiri membuat dan menjual batu bata). Saya lanjutkan cerita ini. Malam itu kami sekeluarga berkumpul, saya, ayah, ibu, nenek, kakek, adik-adik saya dan beberapa tetangga yang notabene masih saudara sedang bersantai. Ayah saya bilang bahwa ada salah satu kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang yang bekerja di Perusahaan Oto (PO) Bus adalah menyembunyikan uang bayaran penumpang di sepatu atau dilipatan celana. Ini dilakukan tentu saja agar tidak disetorkan ke pemilik bus. Dengan demikian penghasilan oknum tersebut menjadi “berganda”. Satu dari bayaran hasil setoran, dan yang satunya lagi dari uang yang disembunyikan tadi. Tiba-tiba ada yang nyeletuk, “Kok kamu tidak melakukan itu  ? Lumayan kan hasilnya”. Tanyanya ke ayahku. Lantas ayahku bilang, “Untuk apa aku melakukannya. Duit sepira-pira ya kurang ( sebanyak-banyaknya uang, tetap saja Kurang). Lagi pula aku bekerja untuk menghidupi keluargaku. Aku moh (tidak mau) melakukannya. Karena ini dimakan oleh isteri dan anak-anakku.”

HEBAT !!! Batinku waktu itu. Dan memang betul, sepengetahuanku sampai aku selesai kuliah, bahkan sampai Beliau berhenti bekerja, Beliau memang tidak pernah melakukan tindakan tidak terpuji seperti itu. Bahkan saking jujurnya, aku tidak diterima di salah satu sekolah negeri di Purwokerto. Hah, kok bisa ? ya, setamat SMP Beliau menyuruhku untuk mendaftar sendiri, bukan berarti Beliau tidak bertanggungjawab. Beliau berkata agar aku bisa mandiri. Apalagi nilai EBTANAS ku lumayan tinggi, 45 bro ! berarti rata-rata 7,5. Lumayan kan ? Lalu Beliau bilang, “Aku tidak akan titip pada salah satu orang di sekolah itu. Jika memang nilaimu bisa diterima, maka kamu diterima no. Jika tidak, ya sudah, aku tidak mau memakai model titipan.” Yang dimaksud titip adalah memasukanku ke sekolah itu dengan perantaraan orang dalam di sekolah tersebut. Bahasa kerennya ya KOLUSI or NEPOTISME... hehe. Akhirnya, tidak diterima. Padahal ada yang nilainya di bawah nilaiku bisa diterima. Kenapa ? karena titip. Sialan !

Dari peristiwa tidak diterima di sekolah itu, saya jadi belajar tentang banyak hal. Dari situlah juga, jujur, saya jadi benci dengan dunia pendidikan dan tetek bengek yang menyangkut dengan itu di negeri ini. (tentu saja berhubungan dengan hal yang gak bener). Emang banyak yang gak bener dalam dunia pendidikan di negeri ini ? Eng ing ooong....

Ternyata tidak mudah kan berbuat jujur ? Walaupun kita tahu, apa resiko bagi orang-orang yang tidak jujur. Semoga Tuhan melahirkan pejuang-pejuang kejujuran di negeri ini.



Thankyou pa....

Teruntuk almarhum ayahandaku tercinta : Ayahanda  Darmo Suwito Darsim bin Kartareja :

TERIMA KASIH PA TELAH MENGAJARKANKU KEJUJURAN. MOHON MAAF ANAKMU INI BELUM MAMPU MENERAPKANNYA SECARA SEMPURNA. SEMOGA ALLAH SWT MEMBERIKAN AMPUNAN DAN DIMASUKAN KE SURGA INDAHNYA. AMIIN.....



Catatan kecil ini saya tulis di Wlahar Wetan pada 23 Mei 2013

Pas malem Jumat.

Featured Post

Karakteristik Meeting Room yang Sesuai untuk Meeting

Karakteristik Meeting Room - Menjamurnya bisnis startup mendorong bermunculannya perusahaan pelayanan coworking space dan private space. Be...